Liga Asuransi – Industri asuransi di Indonesia tengah menghadapi tantangan besar, mulai dari krisis keuangan yang memaksa perusahaan seperti AJB Bumiputera 1912 melakukan PHK massal, hingga skandal korupsi yang kembali mencuat di Jiwasraya. Di tengah ketidakpastian ini, perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI) juga mulai mengubah lanskap industri, menciptakan kebutuhan mendesak akan tenaga ahli yang mampu mengelola dan menerapkan AI secara efektif. Bagaimana dampak krisis ini terhadap industri asuransi, dan solusi apa yang bisa diterapkan? Simak ulasan lengkapnya bersama tujuh berita asuransi terbaru yang akan memberikan gambaran menyeluruh tentang kondisi terkini sektor ini.
PHK Massal 800 Karyawan! Asuransi AJB Bumiputera 1912 Lakukan Efisiensi di Tengah Krisis Keuangan
Manajemen Asuransi Jiwa Bersama (AJB) Bumiputera 1912 memastikan akan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terhadap sekitar 800 karyawan sebagai bagian dari langkah efisiensi. Kebijakan ini merupakan bagian dari Rencana Penyehatan Keuangan (RPK) yang telah mendapat persetujuan dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak Juli 2024.
Efisiensi Demi Menyelamatkan Keuangan Perusahaan
Sekretaris Perusahaan AJB Bumiputera 1912, Hery Darmawansyah, menyatakan bahwa langkah ini bertujuan untuk menyeimbangkan sumber daya manusia (SDM) dengan kondisi keuangan perusahaan yang sedang dalam masa pemulihan.
“PHK 800 karyawan ini merupakan bagian dari program rasionalisasi SDM dalam rangka efisiensi perusahaan sesuai dengan RPK yang telah disetujui oleh OJK,” ujar Hery, Jumat (21/2/2025).
Namun, Hery belum memberikan rincian lebih lanjut mengenai kriteria dan skema PHK yang akan diterapkan, hanya memastikan bahwa prosesnya masih berjalan.
Ketua Umum Serikat Pekerja NIBA AJB Bumiputera 1912 (SP NIBA), F. Ghulam Naja, juga mengonfirmasi kabar ini. Ia menyebut bahwa meskipun sudah santer terdengar, pihak manajemen belum memberikan penjelasan detail kepada para karyawan yang terdampak.
Krisis Keuangan dan Langkah Penyelesaian Klaim
AJB Bumiputera 1912 mengalami krisis gagal bayar klaim, yang berdampak pada ribuan pemegang polis. Sebagai solusi, perusahaan menyusun strategi pemulihan yang mencakup:
- Pembayaran klaim tertunda secara bertahap dengan skema Penyelesaian Nilai Manfaat (PNM).
- Menjual aset tidak produktif seperti tanah dan bangunan untuk meningkatkan likuiditas.
- Konversi aset tetap menjadi aset finansial agar lebih likuid dan mempercepat pembayaran klaim.
- Menjual premi baru guna meningkatkan pendapatan.
- Melakukan reorganisasi dan rasionalisasi SDM, termasuk kebijakan PHK yang kini sedang berjalan.
Masih Jauh dari Target Pembayaran Klaim
Hingga akhir 2024, AJB Bumiputera 1912 telah membayar Rp377 miliar kepada 87.082 pemegang polis yang menyetujui skema PNM. Namun, angka ini masih jauh dari target RPK, yakni Rp2,8 triliun pada 2024.
Kondisi keuangan yang masih dalam tekanan membuat perusahaan terus berupaya melakukan berbagai strategi pemulihan. Namun, PHK massal terhadap 800 karyawan menimbulkan pertanyaan besar—apakah ini solusi terbaik atau justru tanda bahwa krisis semakin parah?
Kasus Korupsi Jiwasraya Makin Panas! Kejagung Periksa 11 Saksi, Eks Pejabat Kemenkeu Jadi Tersangka
Kasus dugaan korupsi besar-besaran dalam pengelolaan keuangan dan dana investasi PT Asuransi Jiwasraya terus bergulir. Kejaksaan Agung (Kejagung) kini telah memeriksa 11 orang saksi guna memperkuat bukti terhadap tersangka Isa Rachmatarwata, mantan Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan (Kemenkeu) yang sebelumnya menjabat sebagai Kepala Biro Perasuransian di Bapepam LK (2006-2012).
11 Saksi Diperiksa, Siapa Saja Mereka?
Dalam keterangan resminya, Kepala Pusat Penerangan Hukum (Kapuspenkum) Kejagung, Harli Siregar, menyebut bahwa pemeriksaan saksi ini menjadi bagian dari proses penyidikan kasus yang terjadi dalam kurun waktu 2008–2018.
Berikut daftar 11 saksi yang diperiksa:
✅ AF – Sekretaris Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya (2008–2015)
✅ HS – Kepala Divisi PT Asuransi Jiwasraya (2017)
✅ CS – Kepala Bagian Keuangan pada Divisi Keuangan & Akuntansi PT Asuransi Jiwasraya (2018)
✅ RA – Direktur Teknik PT Asuransi Jiwasraya (2015)
✅ SW – Kepala Bagian Pertanggungan Pusat Bancassurance & Aliansi Strategis (Februari–Oktober 2018)
✅ MTR – Sekretaris Direktur PT Asuransi Jiwasraya (2008–2012)
✅ DS – Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya (2018)
✅ MH – Sekretaris Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya (2008–2015)
✅ DG – Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya (2008–2012)
✅ FW – Direktur Keuangan PT Asuransi Jiwasraya (2008–2015)
✅ DW – Kepala Bagian Keuangan pada Divisi Keuangan, Akuntansi, dan Inkaso PT Asuransi Jiwasraya (2012)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mendalami peran serta tanggung jawab para pejabat dalam dugaan megakorupsi yang menyebabkan kerugian negara triliunan rupiah.
Eks Pejabat Kemenkeu Resmi Jadi Tersangka
Kasus ini semakin mengejutkan publik setelah Kejagung menetapkan Isa Rachmatarwata sebagai tersangka utama. Direktur Penyidikan Jampidsus Kejagung, Abdul Qohar, mengungkapkan bahwa saat kasus terjadi, Isa masih menjabat sebagai Kepala Biro Perasuransian di Bapepam LK (2006-2012).
“Kami telah menemukan bukti yang cukup mengenai keterlibatan IR yang saat itu menjabat sebagai Kabiro Asuransi di Bapepam LK pada periode 2006-2012,” ujar Qohar dalam konferensi pers, Jumat (7/2/2025).
Isa diduga melanggar Pasal 2 ayat 1 atau Pasal 3 juncto Pasal 18 UU Tindak Pidana Korupsi, serta Pasal 55 ayat 1 ke-1 KUHP. Kini, Isa telah ditahan di Rutan Salemba Cabang Kejagung untuk 20 hari ke depan guna menjalani proses hukum lebih lanjut.
Kasus ini bukanlah skandal baru. PT Asuransi Jiwasraya telah lama terjerat permasalahan keuangan akibat pengelolaan dana investasi yang buruk dan dugaan penyelewengan besar-besaran.
Kini, dengan terus bertambahnya jumlah saksi dan tersangka, akankah skandal ini segera menemukan titik terang? Atau justru akan semakin menyeret lebih banyak nama besar?
Allianz Life Optimis Premi Asuransi Tradisional Melonjak di 2025, Ini Strateginya!
PT Asuransi Allianz Life Indonesia (Allianz Life) optimistis bahwa kinerja premi asuransi tradisional akan terus meningkat sepanjang tahun 2025. Optimisme ini didasarkan pada meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap perlindungan finansial serta strategi inovatif yang diterapkan perusahaan.
Direktur & Chief Financial Officer Allianz Life Indonesia, Ong Le Keat, mengungkapkan bahwa prospek bisnis asuransi tradisional tetap cerah seiring dengan upaya perusahaan dalam menyediakan produk yang sesuai dengan kebutuhan nasabah.
Lonjakan Premi 20% di 2024, Allianz Siap Pacu Pertumbuhan di 2025
Hingga Desember 2024, Allianz Life mencatat pendapatan premi bisnis asuransi tradisional mencapai Rp 4,5 triliun, mengalami pertumbuhan 20% dibandingkan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Tren positif ini mendorong perusahaan untuk terus melakukan inovasi agar pertumbuhan tetap berlanjut di tahun 2025.
Strategi Jitu Allianz Life: Inovasi Produk dan Digitalisasi
Untuk mempertahankan momentum pertumbuhan, Allianz Life akan terus menghadirkan solusi perlindungan yang maksimal bagi nasabah. Salah satu strategi yang dijalankan adalah peluncuran produk asuransi kesehatan tradisional Allianz Flexi Medical dan asuransi jiwa Allianz Flexi Medical Plan, yang melengkapi unit link dengan tambahan perlindungan kesehatan (rider).
Selain itu, Allianz Life juga memperkuat penjualan melalui digitalisasi dengan mengadopsi digital sales tools. Teknologi ini akan membantu tenaga pemasar dalam menyampaikan informasi produk secara lebih efektif serta mempermudah nasabah dalam memahami dan memilih perlindungan yang tepat sesuai dengan kebutuhannya.
Fitur Unggulan Produk Allianz Life yang Makin Diminati
Salah satu produk unggulan Allianz Life, Allianz Flexi Medical, menawarkan manfaat perlindungan kesehatan dengan batas tahunan hingga Rp 20 miliar. Produk ini juga menghadirkan fitur terbaru, yaitu Flexi Benefit, dimana nasabah bisa memperoleh saldo hingga 30% dari premi yang dapat digunakan untuk klaim rawat jalan.
Terus Berinovasi, Allianz Life Siap Penuhi Kebutuhan Dinamis Nasabah
Ke depan, Allianz Life berkomitmen untuk terus mempelajari dan memahami kebutuhan nasabah, baik di segmen asuransi unit link maupun tradisional. Perusahaan juga akan terus menghadirkan inovasi yang sesuai dengan tren perlindungan finansial yang dinamis, sehingga setiap segmen masyarakat bisa mendapatkan solusi perlindungan yang optimal.
Dengan berbagai langkah strategis ini, Allianz Life semakin percaya diri dalam mempertahankan pertumbuhan bisnis asuransi tradisional di tahun 2025. Inovasi dan digitalisasi menjadi kunci utama dalam memberikan layanan terbaik serta memenuhi kebutuhan nasabah di era modern.
PSAK 117 Resmi Berlaku! Dampaknya bagi Industri Asuransi dan Strategi Menghadapinya
Implementasi International Financial Reporting Standards (IFRS) 17 atau Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 117 mulai berdampak signifikan terhadap kinerja keuangan perusahaan asuransi. Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA), Abitani Taim, mengungkapkan bahwa tahun 2024 menjadi masa transisi sebelum aturan ini diterapkan secara penuh pada 2025.
Penurunan Laba Perusahaan Asuransi, Apa Penyebabnya?
Menurut Abitani, penerapan PSAK 117 dapat menekan laba perusahaan asuransi karena adanya kebutuhan untuk memproyeksikan laba di masa mendatang. Proyeksi yang lebih tinggi otomatis akan mengurangi ekuitas pemegang saham. Tren keuangan asuransi umum sepanjang 2024 yang tercatat oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan dampak nyata regulasi ini.
Pada Maret 2024, asuransi umum masih mencatatkan laba setelah pajak sebesar Rp2,29 triliun. Namun, sejak April 2024, kinerja keuangan mulai memburuk dengan laba setelah pajak turun drastis menjadi -Rp5,93 triliun. Hingga akhir tahun, Desember 2024, laba setelah pajak asuransi umum merosot lebih dalam hingga -Rp8,93 triliun. Sebagai perbandingan, pada Desember 2023, laba setelah pajak masih positif sebesar Rp9,13 triliun.
Regulasi dan Tantangan Berat yang Harus Dihadapi Industri Asuransi
Abitani menegaskan bahwa PSAK 117 hanyalah salah satu dari berbagai aturan yang harus dipatuhi perusahaan asuransi. Tantangan lain yang dihadapi industri mencakup persyaratan minimum ekuitas untuk produk-produk asuransi tertentu serta pemenuhan ekuitas minimum yang harus dicapai pada akhir 2026 dan 2028.
Selain itu, kondisi ekonomi nasional yang melemah, seperti penurunan penjualan kendaraan bermotor dan meningkatnya inflasi biaya medis, turut menambah beban perusahaan asuransi. Oleh karena itu, regulator dan industri perlu bekerja lebih keras untuk memastikan keseimbangan antara kepentingan seluruh pemangku kepentingan di sektor asuransi.
Biaya Besar Implementasi PSAK 117, Tantangan bagi Perusahaan Asuransi
Analis senior bidang asuransi, Irvan Rahardjo, menyoroti besarnya biaya yang harus dikeluarkan untuk implementasi PSAK 117. Menurutnya, investasi dalam sistem akuntansi berbasis IFRS 17 membutuhkan anggaran setidaknya US$3 juta hingga US$5 juta. Belanja modal (capex) dan biaya operasional (opex) yang tinggi ini semakin menekan laba perusahaan asuransi sepanjang 2024.
Tantangan Lain: Tarif Asuransi Tak Berubah Sejak 2017
Selain regulasi baru, Irvan juga menyoroti permasalahan tarif asuransi kendaraan bermotor dan properti yang belum mengalami penyesuaian sejak 2017. Sementara itu, klaim kendaraan terus meningkat akibat inflasi dan bertambahnya jumlah kendaraan di jalanan. Kondisi ini berdampak pada premi asuransi kredit yang semakin tertekan akibat persaingan harga yang tidak sehat, sementara klaim yang harus dibayarkan justru melebihi perolehan premi.
Strategi 2025: Pemulihan Kepercayaan dan Inovasi Produk
Tantangan utama industri asuransi di 2025 adalah memulihkan kepercayaan masyarakat, meningkatkan tata kelola, serta menegakkan etika bisnis dan best practice. Selain itu, perusahaan asuransi diharapkan dapat mendukung program-program pemerintah seperti ketahanan pangan dan gizi seimbang dengan inovasi produk, termasuk asuransi parametrik (parametric insurance). Dengan strategi ini, industri asuransi diharapkan bisa bertahan dan berkembang di tengah tantangan yang semakin kompleks.
Industri Asuransi Krisis Ahli AI! Bagaimana Dampaknya dan Solusinya?
Industri asuransi menghadapi tantangan besar dalam mengadopsi kecerdasan buatan (AI). Laporan terbaru dari GlobalData dan Verdict Media mengungkap bahwa seperempat perusahaan asuransi kekurangan tenaga ahli berpengalaman dalam teknologi ini, yang menghambat penerapan AI secara optimal.
Kurangnya Ahli AI, Hambatan Utama Adopsi Teknologi di Asuransi
Survei yang melibatkan lebih dari 120 pelaku industri menunjukkan bahwa 25 persen responden menganggap kurangnya keahlian internal sebagai kendala utama dalam mengintegrasikan AI. Selain itu, sejumlah tantangan lain juga menghambat adopsi AI, termasuk rendahnya pemahaman pelanggan terhadap teknologi ini (21,3 persen), keraguan terhadap kesiapan AI dalam industri (17,3 persen), serta rendahnya tingkat kepercayaan pelanggan terhadap sistem berbasis AI (13,4 persen).
“Industri asuransi menyadari potensi besar AI, tetapi kekurangan tenaga ahli menjadi penghalang utama. Tanpa talenta yang tepat, perusahaan asuransi akan kesulitan mengoptimalkan solusi berbasis AI,” ujar Charlie Hutcherson, Associate Insurance Analyst di GlobalData, dikutip dari Insurance Asia, Jumat, 21 Februari 2025.
Perusahaan yang Fokus Pelatihan AI Bakal Unggul
Hutcherson menambahkan bahwa perusahaan yang berinvestasi dalam pelatihan AI dan perekrutan tenaga ahli akan lebih unggul dalam persaingan. “Semakin cepat mereka mengatasi masalah ini, semakin besar peluang mereka untuk memimpin dalam adopsi AI di industri asuransi,” jelasnya.
Untuk mengatasi hambatan ini, laporan tersebut merekomendasikan perusahaan asuransi untuk meningkatkan keterampilan karyawan melalui pelatihan AI, analitik data, dan machine learning. Kolaborasi dengan universitas serta perusahaan teknologi juga dinilai dapat membantu membangun program pelatihan yang lebih terarah dan sesuai dengan kebutuhan industri.
Edukasi Pelanggan, Kunci Meningkatkan Kepercayaan terhadap AI
Selain meningkatkan keterampilan internal, perusahaan asuransi juga disarankan untuk memberikan edukasi kepada pelanggan mengenai manfaat AI. Transparansi dalam penggunaan teknologi ini menjadi langkah penting untuk meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap sistem berbasis AI. Dengan strategi yang tepat, industri asuransi dapat mengatasi tantangan ini dan memanfaatkan AI untuk meningkatkan efisiensi serta kualitas layanan mereka.
Source: https://mediaasuransinews.co.id/asuransi/industri-asuransi-alami-krisis-talenta-ai-apa-solusinya/
Keuntungan Investasi Asuransi Meroket! Apa Rahasia di Baliknya?
Kinerja investasi industri asuransi mengalami pemulihan signifikan pada 2023 setelah melemah di tahun sebelumnya. Para investor di sektor ini kini bersiap menghadapi potensi pemangkasan suku bunga pada 2024, di tengah inflasi yang masih tinggi serta tren kenaikan suku bunga dalam beberapa tahun terakhir.
Menurut laporan Global Insurance Market Trends 2024 dari OECD, yang dikutip dari Insurance Asia pada Kamis, 20 Februari 2025, meningkatnya biaya klaim dan kondisi pasar reasuransi yang semakin ketat telah mendorong kenaikan premi di sektor asuransi non-jiwa. Tren kenaikan ini paling terasa di segmen asuransi kendaraan bermotor, kesehatan, dan properti.
Lonjakan Premi dan Positifnya Kinerja Underwriting
Total premi bruto yang diterbitkan pada 2023 mengalami pertumbuhan sebesar 12,4 persen secara nominal dan 6,2 persen secara riil, dua kali lipat dari pertumbuhan riil yang tercatat pada 2022. Sebagian besar negara melaporkan hasil underwriting yang menguntungkan bagi industri.
Dampak Suku Bunga Tinggi pada Asuransi Jiwa
Di sektor asuransi jiwa, kenaikan suku bunga memberikan dampak yang beragam. Di beberapa negara, permintaan terhadap produk anuitas dan investasi jiwa dengan jaminan meningkat. Namun, di sisi lain, ada pula pemegang polis yang mencairkan dana asuransinya untuk dialihkan ke investasi lain atau digunakan untuk pembelian rumah.
Kenaikan suku bunga hipotek juga memberikan dampak tidak langsung terhadap penjualan asuransi jiwa, terutama di pasar yang mewajibkan perlindungan asuransi dalam pembiayaan kredit. Secara keseluruhan, premi bruto di sektor asuransi jiwa tetap mengalami pertumbuhan di sebagian besar negara yang dilaporkan.
Pasar Saham dan Obligasi Dorong Keuntungan Asuransi
Hasil investasi industri asuransi pada 2023 menunjukkan kinerja positif, didukung oleh turunnya imbal hasil obligasi pemerintah serta performa kuat di pasar saham. Kombinasi peningkatan hasil underwriting dan investasi ini sukses mengerek profitabilitas industri asuransi, membalikkan tren kerugian yang terjadi di banyak negara pada tahun sebelumnya.
Tingkat Penetrasi Asuransi di Berbagai Negara
OECD juga mencatat bahwa tingkat penetrasi asuransi—yang diukur sebagai persentase premi terhadap PDB—masih lebih tinggi di negara-negara maju seperti Prancis, Inggris, dan Amerika Serikat, dengan angka yang melebihi 10 persen. Sementara itu, beberapa negara di Amerika Latin dan Eropa mencatat tingkat penetrasi yang lebih rendah.
Dengan tren positif ini, para pelaku industri asuransi kini menatap 2024 dengan optimisme, meskipun tantangan seperti fluktuasi suku bunga dan inflasi masih membayangi.
Dukungan Asuransi untuk Program Pemerintah: Benarkah Bisa Maksimal?
Pemerintah tengah menggencarkan berbagai program prioritas, dan industri perasuransian digadang-gadang memiliki peran besar dalam mendukung serta memaksimalkan peluang tersebut. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan bahwa sektor asuransi siap menyediakan berbagai produk yang selaras dengan kebijakan pemerintah guna meningkatkan perlindungan keuangan bagi masyarakat.
Namun, menurut Pengamat Asuransi Irvan Rahardjo, dukungan industri asuransi terhadap program pemerintah tidak bisa hanya bergantung pada kebijakan OJK semata. Ia menilai bahwa kesiapan pelaku industri juga harus diperkuat melalui dukungan ekosistem regulasi serta sinergi dengan berbagai pemangku kepentingan, seperti perbankan, kementerian dan lembaga, serta asosiasi industri.
“Tanpa ekosistem yang kuat dan sinergi yang solid, sulit mengharapkan peningkatan signifikan dalam perolehan premi bagi industri asuransi tahun ini,” ujar Irvan kepada Kontan, Senin (18/2).
Peran Asuransi dalam Program Prioritas Pemerintah
Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun (PPDP) OJK, Ogi Prastomiyono, menyatakan bahwa industri asuransi akan turut serta dalam mendukung beberapa program prioritas pemerintah. Beberapa sektor utama yang menjadi fokus antara lain:
- Ketahanan Pangan: OJK mendorong industri asuransi untuk mengembangkan asuransi parametrik bagi sektor pertanian dan peternakan, seperti Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP) dan Asuransi Usaha Ternak Sapi (AUTS). Produk ini bertujuan memberikan perlindungan terhadap risiko gagal panen dan kematian ternak akibat faktor eksternal.
- Pembangunan Infrastruktur: Dalam mendukung program penyediaan 3 juta rumah bagi masyarakat, industri asuransi akan menawarkan perlindungan melalui asuransi kredit dan asuransi jiwa kredit bagi debitur. Selain itu, tersedia pula asuransi properti untuk melindungi dari risiko kebakaran, bencana alam, dan faktor lainnya.
- Ketahanan Energi: OJK berencana untuk mendorong pengembangan produk energy-saving insurance, yang dirancang untuk meningkatkan kepercayaan pemangku kepentingan terhadap proyek-proyek efisiensi energi. Produk ini diharapkan mampu mendukung transisi energi bersih dan berkelanjutan.
“Sebagai bagian dari strategi jangka panjang, sektor PPDP diharapkan dapat berkomitmen dalam mendukung berbagai program prioritas pemerintah demi pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan,” ungkap Ogi dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2025, Selasa (11/2).
Dengan peluang besar yang tersedia, sinergi antara regulator, industri, dan pemangku kepentingan lainnya menjadi kunci keberhasilan dalam memaksimalkan kontribusi sektor asuransi terhadap program-program strategis pemerintah.
Industri asuransi sedang berada di persimpangan jalan, dengan tantangan dan peluang yang berjalan beriringan. Sementara beberapa perusahaan berjuang menghadapi krisis keuangan dan masalah hukum, ada juga yang terus berinovasi untuk meningkatkan layanan dan kepercayaan nasabah. Ke depan, transparansi, manajemen risiko yang lebih ketat, serta pemanfaatan teknologi akan menjadi kunci utama dalam membangun kembali stabilitas industri ini. Bagi para pemegang polis dan pelaku bisnis, tetaplah waspada dan selalu pilih penyedia asuransi yang terpercaya serta memiliki pondasi keuangan yang kuat.
Mencari produk asuransi? Jangan buang waktu Anda dan hubungi kami sekarang
HOTLINE L&G 24 JAM: 0811-8507-773 (PANGGILAN – WHATSAPP – SMS)
Website: lngrisk.co.id
Email: oktoyar.meli@lngrisk.co.id
—