Liga Asuransi – Di tengah dinamika industri asuransi yang terus berkembang, keterlibatan pialang asuransi dalam penyusunan regulasi menjadi semakin krusial. Sebagai pihak yang berada di garis depan interaksi dengan nasabah dan perusahaan asuransi, pialang asuransi memiliki wawasan yang berharga tentang kebutuhan pasar dan tantangan yang dihadapi industri ini. Dengan terlibat aktif dalam regulasi, pialang asuransi dapat memastikan bahwa kebijakan yang dihasilkan tidak hanya relevan tetapi juga efektif dalam mendukung pertumbuhan industri yang sehat dan berkelanjutan. Berikut ini adalah rangkuman berita terbaru yang mencerminkan peran vital industri asuransi di Indonesia, serta tantangan dan peluang yang ada di depan mata.
Asuransi Astra Mengukir Pertumbuhan Laba Rp1,08 triliun di Tengah Tantangan Klaim
PT Asuransi Astra Buana (Asuransi Astra) mencatatkan pencapaian luar biasa hingga 30 September 2024 dengan laba setelah pajak mencapai Rp1,08 triliun. Ini merupakan pertumbuhan sebesar 8,5% year on year (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu. Laporan keuangan terbaru Asuransi Astra menunjukkan bahwa pertumbuhan laba ini didorong oleh peningkatan pendapatan premi yang mencapai Rp5,34 triliun, naik 18,8% dibandingkan Rp4,50 triliun pada periode Januari-September 2023.
Meskipun demikian, peningkatan laba ini juga diiringi dengan lonjakan klaim. Dalam sembilan bulan pertama tahun 2024, beban klaim Asuransi Astra meningkat 25,6% yoy menjadi Rp2,74 triliun, dibandingkan Rp2,18 triliun pada tahun sebelumnya. Menanggapi situasi ini, Laurentius Iwan Pranoto, Head of PR Marcomm dan Event Asuransi Astra, menjelaskan bahwa perusahaan terus menerapkan strategi triple P Roadmap, yaitu Portfolio Roadmap, People Roadmap, dan Public Contribution Roadmap, untuk menjaga pertumbuhan laba di tengah meningkatnya klaim.
Diversifikasi Portofolio untuk Keberlanjutan
Dalam Portfolio Roadmap, Asuransi Astra aktif melakukan diversifikasi portofolio di tiga lini bisnis utama: asuransi kendaraan bermotor, komersial, dan kesehatan. “Kami mengelola portofolio dari sisi revenue dan profit pada seluruh segmen,” ungkap Iwan. Dengan pendekatan ini, Asuransi Astra berupaya untuk tidak hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga memperbaiki hasil underwriting melalui mitigasi risiko yang cermat.
Investasi dalam Sumber Daya Manusia
Strategi kedua, People Roadmap, menekankan pentingnya pengembangan sumber daya manusia. Asuransi Astra secara proaktif meningkatkan kemampuan karyawannya melalui program pengembangan dan sertifikasi keahlian. “Kami ingin memastikan bahwa tim kami selalu siap menghadapi tantangan industri yang terus berkembang,” tambah Iwan.
Kontribusi untuk Pembangunan Berkelanjutan
Melalui Public Contribution Roadmap, Asuransi Astra berkomitmen untuk berkontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan. Perusahaan berusaha untuk selalu beradaptasi dengan perkembangan terkini dan menerapkan strategi-strategi yang telah terbukti efektif sambil mengimplementasikan inovasi baru.
“Upaya kami selama ini menunjukkan bahwa dengan strategi yang tepat dan komitmen yang kuat, Asuransi Astra dapat terus tumbuh dan berkembang meskipun di tengah tantangan yang ada,” pungkas Iwan.
Dengan langkah-langkah strategis ini, Asuransi Astra tidak hanya berhasil mempertahankan kinerjanya, tetapi juga menunjukkan bahwa inovasi dan adaptasi adalah kunci utama dalam industri asuransi yang kompetitif.
Generasi Muda Perlu Memahami Asuransi: Upaya Askrindo untuk Meningkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan
Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2024 memberikan gambaran menarik mengenai kondisi literasi asuransi di Indonesia. Indeks literasi asuransi mencatatkan peningkatan signifikan menjadi 76,25%, melesat dari 31,72% pada tahun 2022. Namun, dibalik pencapaian ini, terdapat tantangan besar: indeks inklusi asuransi justru menurun menjadi 12,21% dari 16,63% pada tahun lalu. Fenomena ini menunjukkan adanya kesenjangan antara pemahaman masyarakat tentang asuransi dan keinginan untuk membeli produk asuransi.
Dalam upaya merayakan Hari Asuransi dan Bulan Inklusi Keuangan, PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) berkomitmen untuk meningkatkan penetrasi asuransi di kalangan generasi muda, khususnya individu berusia 18–25 tahun. Melalui talkshow bertajuk “Generasi Muda Paham Asuransi”, Askrindo berusaha menjangkau dan mendidik generasi muda tentang pentingnya perlindungan asuransi.
Direktur Utama PT Askrindo, Fankar Umran, menegaskan pentingnya kesadaran dalam mengelola keuangan sejak dini. “Banyak generasi muda, terutama pelajar, yang belum memahami cara mengelola keuangan dengan baik, termasuk memilih asuransi sebagai opsi perlindungan. Kami ingin membantu mereka menyadari pentingnya melindungi diri dan aset dari berbagai risiko,” ujar Fankar.
Menurut SNLIK 2024, generasi muda berusia 18–25 tahun memiliki tingkat literasi keuangan 70% dan inklusi keuangan 79%. Tania Putri, seorang Certified Financial Planner, menekankan bahwa meskipun generasi muda adaptif terhadap perkembangan zaman, literasi keuangan mereka harus terus ditingkatkan untuk menghindari penipuan dan praktik ilegal. “Pengelolaan keuangan yang baik dimulai dari kontrol diri, yang menjadi kunci sukses dalam manajemen keuangan,” tambah Tania.
Yudhi Ferraro, Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Produk PT Askrindo, menyoroti minimnya pemahaman generasi muda tentang asuransi. Padahal, asuransi sangat penting untuk melindungi diri dari risiko sehari-hari. “Banyak risiko, seperti kerusakan laptop atau kendaraan mogok, dapat dikelola dengan asuransi. Kini banyak produk asuransi dengan premi terjangkau, setara dengan harga jajanan sehari-hari,” ungkap Yudhi.
Askrindo juga memberikan edukasi tentang Penjaminan Kredit Usaha Rakyat (KUR) kepada mahasiswa yang memiliki usaha. “Dengan perlindungan usaha atau asuransi mikro, mahasiswa dapat meminimalkan risiko kerugian yang mungkin terjadi,” tutup Yudhi.
Melalui inisiatif ini, Askrindo berupaya tidak hanya untuk meningkatkan literasi asuransi, tetapi juga untuk memperkuat inklusi keuangan di kalangan generasi muda, membekali mereka dengan pengetahuan yang diperlukan untuk mengambil keputusan keuangan yang bijaksana.
PT Great Eastern General Insurance Indonesia (GEGI) Targetkan Ekuitas Rp1 Triliun hingga 2028 Tanpa Investor Baru
PT Great Eastern General Insurance Indonesia (GEGI) bertekad untuk mencapai target ekuitas minimum sebesar Rp1 triliun pada 2028. Dalam usaha tersebut, GEGI akan melakukan penyuntikan modal tambahan yang akan datang langsung dari pemegang saham, tanpa melibatkan investor strategis baru. Direktur Utama GEGI, Aziz Adam Sattar, menyatakan bahwa pencapaian ini akan dilakukan dengan komitmen kuat dari para pemegang saham.
Saat ini, posisi ekuitas GEGI mencapai Rp550 miliar, sudah memenuhi ketentuan minimum yang diatur dalam POJK 23/2023 untuk tahun 2026. Berdasarkan peraturan, perusahaan asuransi diwajibkan memiliki ekuitas Rp250 miliar pada 2026 dan Rp500 miliar pada 2028 untuk Kelompok Perusahaan Perasuransian Berdasarkan Ekuitas (KPPE) I. Sementara itu, untuk KPPE II, ekuitas minimum yang diperlukan adalah Rp1 triliun. Dengan pencapaian yang telah diraih, GEGI optimis dapat memenuhi syarat tersebut dan memasuki KPPE II.
“Para pemegang saham kami berkomitmen penuh untuk memenuhi persyaratan ekuitas Rp1 triliun, sehingga GEGI dapat terus berkembang dan menyediakan solusi perlindungan asuransi yang komprehensif,” ungkap Aziz.
Dalam rencana jangka panjang, GEGI tidak akan menggandeng perusahaan lain untuk memperluas operasinya. Menjadi perusahaan asuransi KPPE II akan memungkinkan GEGI untuk menjangkau pasar yang lebih luas dengan produk yang lebih unggul. Sementara itu, fokus utama mereka tetap pada sektor asuransi individual, ritel, dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Direktur Marketing GEGI, Linggawati Tok, menambahkan bahwa perusahaan berhasil mencatat pendapatan premi sebesar Rp643 miliar per September 2024, mengalami pertumbuhan 28% dibandingkan tahun lalu. Bisnis Asuransi Properti, Marine Cargo, rekayasa, liability, dan afinitas memberikan kontribusi terbesar terhadap pendapatan premi tersebut.
Dengan optimisme tinggi, GEGI menargetkan pendapatan premi hingga Rp760 miliar pada akhir tahun ini, dan sekitar Rp930 miliar untuk tahun depan. Program-program yang mendukung gaya hidup masyarakat, seperti asuransi perjalanan dan asuransi kecelakaan diri, menjadi bagian penting dari strategi pertumbuhan GEGI ke depan.
Dengan langkah-langkah strategis ini, GEGI siap berkontribusi lebih dalam industri asuransi Indonesia, sekaligus memberikan perlindungan yang lebih baik bagi masyarakat.
Lifepal Optimis Pertumbuhan Sektor Asuransi di Era Kabinet Merah Putih
Marketplace asuransi terbesar di Indonesia, Lifepal, menunjukkan optimisme tinggi terhadap pertumbuhan sektor asuransi di bawah pemerintahan baru yang dipimpin oleh Kabinet Merah Putih. Co-Founder Lifepal, Benny Fajarai, menyoroti pentingnya Kementerian Komunikasi dan Digital yang dibentuk oleh pemerintah baru. Kementerian ini diharapkan dapat mempercepat transformasi digital di Indonesia.
Dengan fokus pada pengembangan komunikasi dan digitalisasi, kementerian ini akan mempermudah pembangunan infrastruktur digital, termasuk jaringan internet yang lebih kuat dan luas, terutama di wilayah terpencil. “Akses yang lebih baik akan memungkinkan perusahaan asuransi menjangkau lebih banyak masyarakat, sehingga mendukung peningkatan penetrasi asuransi,” ungkap Benny.
Namun, Benny mengingatkan bahwa banyak masyarakat Indonesia masih belum menyadari manfaat asuransi dalam mengelola risiko keuangan. “Dengan akses internet yang semakin baik, kami dapat menjangkau lebih banyak calon nasabah dan memberikan edukasi tentang asuransi yang dibutuhkan. Ini adalah langkah penting untuk meningkatkan kesadaran tentang perlunya proteksi keuangan di era digital,” jelasnya.
Lebih jauh, pertumbuhan daya beli masyarakat juga dianggap sebagai faktor penting yang dapat mendorong industri asuransi. Bank Indonesia memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional bisa mencapai 5,5% pada 2025, berkat stabilitas politik dan kebijakan fiskal yang pro-rakyat. Hal ini diprediksi akan memperbesar pasar asuransi, termasuk asuransi kesehatan dan kendaraan.
Sebagai marketplace asuransi terkemuka dengan jutaan pengguna terdaftar, Lifepal berada dalam posisi strategis untuk menjembatani masyarakat dengan produk-produk asuransi yang relevan dengan kebutuhan mereka. Lifepal berkomitmen mendukung agenda pemerintah dalam meningkatkan inklusi keuangan melalui platform yang mudah diakses dan menawarkan berbagai pilihan produk asuransi, mulai dari kesehatan hingga kendaraan.
Teknologi Lifepal memungkinkan konsumen untuk melakukan berbagai proses secara online, mulai dari konsultasi hingga pengelolaan polis. Hal ini membuat nasabah dapat meraih hasil terbaik dengan lebih cepat dan efisien. Benny berharap Lifepal dapat berkontribusi dalam membantu masyarakat Indonesia memahami pentingnya asuransi sebagai bagian dari perencanaan keuangan mereka. “Dengan kehadiran Lifepal, masyarakat kini memiliki akses yang lebih mudah dan transparan untuk memilih produk asuransi terbaik sesuai kebutuhan, mendukung visi pemerintah baru untuk memperkuat ekonomi yang lebih inklusif dan berkelanjutan,” tambahnya.
Dengan komitmen untuk memberikan layanan terbaik, Lifepal siap membantu nasabah menemukan produk asuransi yang paling sesuai dengan kebutuhan mereka secara efektif, cepat, dan terjangkau.
Source : https://www.indotelko.com/read/1730326129/pemerintahan-baru-dongkrak-pertumbuhan-industri-asuransi
Asuransi Jasa Tania Tbk (ASJT) Alami Kerugian Rp 6,66 miliar Meski Pendapatan Premi Meningkat
PT Asuransi Jasa Tania Tbk (ASJT) menghadapi tantangan keuangan di tahun ini, dengan mencatat kerugian sebesar Rp 6,66 miliar pada sembilan bulan pertama 2024. Dalam laporan keuangan yang dirilis pada Selasa (29/10), ASJT mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan laba Rp 201,65 juta yang dicatat pada periode yang sama tahun lalu.
Walaupun perusahaan asuransi ini mencatatkan kenaikan pendapatan premi bruto, hal tersebut tidak cukup untuk menghindari kerugian. Pada kuartal III 2024, pendapatan premi bruto ASJT meningkat 10,75% year on year (YoY) menjadi Rp 164,35 miliar, dibandingkan Rp 148,41 miliar pada tahun sebelumnya. Namun, tantangan muncul dari kenaikan beban premi reasuransi yang melonjak 32,64%, menjadi Rp 65,38 miliar dari Rp 49,29 miliar.
Peningkatan beban ini berdampak langsung pada pendapatan underwriting ASJT yang hanya tumbuh tipis sebesar 0,94% YoY menjadi Rp 87,63 miliar, sementara hasil underwriting mengalami penurunan sebesar 5%, turun menjadi Rp 31,90 miliar dari Rp 33,58 miliar.
Selain itu, ASJT juga mengalami peningkatan beban usaha yang cukup tinggi, mencapai 14,73% secara tahunan, dari Rp 40,23 miliar menjadi Rp 46,15 miliar. Kenaikan ini menjadi salah satu penyebab kinerja perusahaan yang kurang memuaskan.
Namun, di tengah tantangan yang dihadapi, total ekuitas ASJT per 30 September 2024 tercatat sebesar Rp 318,21 miliar, meskipun mengalami penurunan dari Rp 324,37 miliar pada akhir tahun lalu. Total liabilitas juga menurun menjadi Rp 187,04 miliar dari Rp 174,34 miliar.
Yang menggembirakan, perusahaan ini masih menunjukkan kekuatan permodalan dengan Risk Based Capital (RBC) berada di level 659,30% pada kuartal III-2024, jauh melampaui ambang batas minimum sebesar 120%. Meskipun menghadapi kerugian, ASJT tetap optimis dengan modal yang kuat dan strategi yang tepat untuk memulihkan kinerja di masa depan.
Perkuat Ekosistem Perasuransian, Pialang Asuransi Perlu Terlibat dalam Regulasi
Dalam upaya memperkuat ekosistem perasuransian di Indonesia, Ketua Ahli Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (APARI), Bambang Suseno, menekankan pentingnya peran aktif pialang asuransi dalam proses penyusunan regulasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Dalam diskusi yang diadakan pada 22 Oktober 2024, Bambang menyoroti bahwa keterlibatan pialang asuransi dalam pembentukan aturan sangat penting untuk mengakomodasi kebutuhan dan kekhawatiran yang ada dalam industri.
Bambang mencatat bahwa pada pembahasan POJK 20/2023 mengenai Produk yang Dikaitkan dengan Asuransi Kredit, sektor pialang asuransi tidak dilibatkan. Dia menegaskan bahwa pialang asuransi, sebagai bagian dari profesi pendukung di sektor ini, perlu diikutsertakan dalam proses pembuatan regulasi. “Keterlibatan pialang asuransi sama pentingnya dengan pelaku usaha lainnya di ekosistem perasuransian, sehingga kekhawatiran praktisi dapat diperhatikan,” jelas Bambang dalam unggahannya di LinkedIn.
Lebih jauh, Bambang menekankan perlunya dukungan regulasi untuk Asuransi Kredit Karbon, yang dapat mendukung upaya pemerintah dalam menurunkan emisi karbon. Dengan nilai perdagangan yang mencapai Rp8.000 triliun, sektor ini memerlukan perhatian serius agar dapat berkontribusi lebih efektif.
Bambang juga menyuarakan kebutuhan akan harmonisasi aturan dan pengawasan di sektor jasa keuangan, terutama mengenai ketentuan uji kepatutan dan kepantasan bagi direksi di industri. Dia mengusulkan agar prosedur ini dilakukan dengan menyiapkan portofolio persyaratan terlebih dahulu, sehingga direksi dapat memiliki pemahaman dan keahlian yang sesuai sebelum mengikuti fit and proper test.
“Dengan adanya harmonisasi ketentuan bagi direksi yang menjalani uji kepatutan dan kepantasan, diharapkan mereka melengkapi portofolio persyaratan terlebih dahulu sebelum mengikuti uji kelayakan,” tambah Bambang. Dia berharap ketentuan ini tidak akan memicu permintaan dari direksi kepada APARI untuk menyelenggarakan program percepatan pemenuhan portofolio hanya karena mereka telah lulus uji kelayakan.
Dengan langkah-langkah ini, Bambang berharap industri asuransi di Indonesia dapat lebih baik dalam merespons perubahan dan tantangan yang ada, serta memberikan perlindungan yang optimal bagi masyarakat.
Ketua STIMRA Ingatkan Dampak Penghapusan Utang Petani dan Nelayan pada Industri Asuransi Kredit
Rencana Presiden Prabowo untuk menghapus utang bank bagi enam juta petani dan nelayan menuai perhatian besar, terutama dari industri asuransi kredit dan perusahaan penjaminan. Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA), Abitani Taim, menyatakan bahwa sebelum pelaksanaan kebijakan ini, penting untuk memahami dengan jelas utang mana yang akan dihapus. Apakah utang tersebut hanya mencakup kredit macet atau seluruh utang outstanding dari nelayan dan petani?
Abitani mengingatkan bahwa jika yang dihapus hanyalah kredit macet, akan muncul pertanyaan penting: apa yang akan terjadi dengan klaim asuransi kredit yang sudah diajukan? “Apakah bank akan mampu melakukan pemulihan dari klaim tersebut?” tanya Abitani. Dalam konteks ini, perusahaan asuransi dan penjaminan perlu menyusun regulasi yang sesuai untuk mencegah dampak negatif bagi keuangan mereka akibat ketidakmampuan menagih uang jaminan dari kredit macet.
Ia juga menyoroti perlunya perusahaan untuk mengevaluasi iuran penjaminan atau asuransi kredit dengan mempertimbangkan risiko yang dihadapi akibat penghapusan utang ini. Menurut Abitani, industri asuransi dan penjaminan saat ini berada dalam posisi yang cukup menantang, dengan portofolio yang besar dan jangka waktu penjaminan yang panjang. “Regulasi OJK yang ketat juga membatasi jaminan atau manfaat yang bisa diberikan oleh perusahaan asuransi, baik umum maupun jiwa,” tambahnya.
Hashim Djojohadikusumo, adik Presiden Prabowo, mengungkapkan bahwa Perpres mengenai pemutihan utang tersebut sedang dalam tahap persiapan oleh Menteri Hukum, Supratman Andi Atgas. “Saya berharap minggu depan, beliau akan menandatangani Perpres pemutihan untuk 5-6 juta orang, sehingga mereka dapat memulai kehidupan baru,” jelas Hashim dalam acara di Menara Kadin Indonesia pada Rabu (23/10/2024).
Dengan potensi dampak yang luas terhadap industri asuransi kredit dan penjaminan, kebijakan ini tidak hanya berfokus pada pemutihan utang, tetapi juga menantang sektor ini untuk beradaptasi dan memastikan keberlanjutan operasionalnya di masa depan.
Berita ini dipersembahkan oleh L&G Insurance Broker, broker asuransi berpengalaman di Indonesia.
—
URUSAN ASURANSI UNTUK BISNIS ANDA? JANGAN BUANG WAKTU DAN HUBUNGI KAMI SEKARANG
24 JAM L&G HOTLINE: 0811-8507-773 (CALL – WHATSAPP – SMS)
website: lngrisk.co.id
—