Liga Asuransi – Selamat hari Senin! Awal minggu yang penuh semangat adalah waktu yang tepat untuk memperbarui wawasan Anda dengan kabar terkini.
Dunia asuransi Indonesia tengah diguncang berbagai kabar panas dan perkembangan terbaru yang patut disimak! Mulai dari pemanggilan Komisaris Utama PT Asuransi Sinarmas oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terkait skandal korupsi investasi fiktif di PT Taspen, hingga strategi besar Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dalam memperkuat industri asuransi syariah melalui spin-off 17 unit usaha syariah pada tahun 2025. Tak hanya itu, Indonesia Re juga menyoroti pentingnya peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) sebagai kunci utama dalam mendorong penetrasi asuransi nasional yang masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain di Asia.
Artikel ini akan mengupas tuntas 7 berita asuransi terupdate dan terlengkap yang wajib Anda ketahui! Jangan lewatkan informasi penting yang bisa membuka wawasan baru tentang masa depan industri asuransi di Indonesia, tantangan yang dihadapi, serta solusi strategis yang tengah digalakkan oleh para pemangku kepentingan. Siap untuk tetap terdepan dalam mengikuti dinamika asuransi nasional? Mari kita mulai!
Indonesia Re: SDM Jadi Kunci Rahasia untuk Dongkrak Penetrasi Asuransi di Indonesia!
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) menjadi faktor kunci dalam mempercepat penetrasi asuransi nasional, demikian disampaikan oleh PT Reasuransi Indonesia Utama (Persero) atau Indonesia Re.
Dalam webinar bertajuk “Regulatory Changes and Their Impact on the Insurance Industry: A 2025 Outlook” yang digelar oleh Indonesia Re Institute, Direktur Pengembangan dan Teknologi Informasi Indonesia Re, Beatrix Santi Anugrah, menekankan bahwa keberlanjutan industri asuransi tidak hanya bergantung pada regulasi dan modal, tetapi juga pada kompetensi SDM yang menjalankan bisnis ini.
“Kami di Indonesia Re berkomitmen membangun ekosistem industri asuransi yang lebih kuat, stabil, dan terpercaya melalui tiga pilar utama—pembelajaran, riset, dan data. Dengan SDM yang mumpuni, kami yakin penetrasi asuransi di Indonesia akan meningkat secara signifikan,” ungkap Beatrix dalam keterangannya, Rabu (5/2/2025).
Penetrasi Asuransi Masih Rendah, SDM Jadi Solusi!
Indonesia masih tertinggal dalam hal penetrasi asuransi dibandingkan negara-negara lain di Asia. Salah satu penyebab utama adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang manfaat asuransi, yang erat kaitannya dengan kualitas tenaga pemasaran dan profesional industri ini.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Indonesia Re Institute terus mengembangkan berbagai program edukasi dan pelatihan bagi para pelaku industri asuransi. Dengan pendekatan berbasis riset dan data, pelatihan ini bertujuan mencetak tenaga profesional yang tidak hanya memahami regulasi, tetapi juga mampu menghadirkan solusi asuransi yang tepat bagi masyarakat dan bisnis.
Regulasi Baru Butuh SDM Handal!
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Manajemen Risiko, Kepatuhan, SDM, dan Corporate Secretary Indonesia Re, Robbi Yanuar Walid, menegaskan bahwa kebijakan baru seperti Undang-Undang P2SK dan POJK No. 23 Tahun 2023 menuntut industri untuk memiliki SDM yang lebih berkualitas.
“Aturan baru ini bukan hanya menuntut perubahan strategi bisnis, tetapi juga peningkatan keterampilan dan pemahaman pelaku industri asuransi. SDM yang lebih baik akan memastikan industri ini berkembang dan semakin dipercaya masyarakat,” jelasnya.
Masa Depan Industri Asuransi: Siap atau Tidak?
Melalui berbagai inisiatif yang telah dicanangkan, Indonesia Re optimistis bahwa peningkatan kualitas SDM akan menjadi kunci utama dalam memperluas jangkauan asuransi di Indonesia. Tidak hanya memperkuat stabilitas industri, langkah ini juga mendukung pertumbuhan ekonomi nasional secara berkelanjutan.
Dengan SDM yang lebih berkualitas, apakah industri asuransi Indonesia siap menghadapi tantangan baru? Kita tunggu gebrakan berikutnya!
17 Unit Usaha Syariah Bakal Pisah dari Induk! OJK Beberkan Rencana Besar Industri Asuransi Syariah
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa sebanyak 17 unit usaha syariah (UUS) perusahaan asuransi akan segera melakukan spin-off atau pemisahan dari induk usahanya pada tahun 2025. Langkah ini dilakukan sesuai dengan Rencana Kerja Pemisahan Unit Syariah (RKPUS) yang telah disampaikan sebelumnya.
Wakil Ketua Dewan Komisioner OJK, Mirza Adityaswara, dalam pernyataannya di Jakarta pada Selasa (11/2), menjelaskan bahwa selain 17 UUS yang akan melakukan spin-off, terdapat lima UUS lainnya yang memilih untuk mengalihkan portofolio mereka kepada perusahaan asuransi syariah yang sudah beroperasi.
“Berdasarkan RKPUS yang telah disampaikan, tahun 2025 diproyeksikan ada 17 UUS yang melakukan spin-off, sementara lima lainnya akan mengalihkan portofolio ke perusahaan asuransi syariah yang sudah ada,” ujar Mirza.
Progres Pemisahan UUS dan Pertumbuhan Industri Syariah
OJK mencatat bahwa hingga Desember 2023, sebanyak 41 perusahaan asuransi dan reasuransi telah menyerahkan RKPUS mereka. Sepanjang 2024, progres realisasi mencakup satu UUS dari perusahaan asuransi jiwa yang telah mendapatkan izin usaha asuransi jiwa syariah serta tengah dalam proses pengalihan portofolio ke perusahaan baru. Sementara itu, satu UUS dari perusahaan asuransi umum telah menyelesaikan pengalihan portofolionya ke perusahaan asuransi syariah lain.
Di tengah transisi ini, sektor keuangan syariah masih menunjukkan pertumbuhan positif dari tahun ke tahun (YoY), meskipun Indeks Saham Syariah Indonesia (ISSI) mengalami penurunan sebesar 1,78 persen year to date (YTD). Beberapa indikator pertumbuhan sektor keuangan syariah antara lain:
- Pembiayaan perbankan syariah meningkat sebesar 12,33 persen.
- Kontribusi asuransi syariah tumbuh 21,07 persen.
- Piutang pembiayaan syariah naik 10,12 persen.
Peningkatan Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah
Dalam upaya meningkatkan pemahaman dan inklusi keuangan syariah, OJK telah mengadakan pertemuan dengan asosiasi serta pelaku usaha jasa keuangan syariah guna membentuk Organizing Committee Orkestrasi Program Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah (OC LIKS). Komite ini bertujuan untuk memperkuat koordinasi serta efektivitas program literasi dan inklusi keuangan syariah di Indonesia.
“OC LIKS akan berperan sebagai penghubung antara OJK dan pelaku usaha jasa keuangan syariah, sekaligus mendorong kolaborasi dengan para pemangku kepentingan guna meningkatkan pemahaman dan akses masyarakat terhadap layanan keuangan syariah,” jelas Mirza.
Dengan berbagai langkah strategis ini, diharapkan ekosistem keuangan syariah semakin solid dan mampu memberikan dampak positif bagi masyarakat luas serta industri asuransi syariah di Indonesia. Bagaimana dampaknya bagi nasabah dan industri ke depan? Kita tunggu perkembangan selanjutnya!
Komisaris Utama Asuransi Sinarmas Dipanggil KPK, Kasus Korupsi Taspen Kian Terkuak!
Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) kembali memanggil sejumlah saksi terkait kasus dugaan korupsi investasi fiktif di PT Taspen (Persero) tahun anggaran 2019. Salah satu saksi yang dipanggil adalah Komisaris Utama PT Asuransi Sinarmas, Indra Widjaja. Selain Indra, KPK juga meminta keterangan dari tiga saksi lainnya, yaitu Ferriyady Hartadinata (Direktur PT Hartadinata Abadi), Agung Cahyadi Agung (Direktur Utama PT FKS Multi Agro, Tbk), serta Helmi Imam Satriyono (mantan Direktur Keuangan Taspen).
Pemeriksaan terhadap keempat saksi ini berlangsung di Gedung Merah Putih KPK pada Rabu (12/2/2025). “Pemeriksaan dilakukan untuk mendalami dugaan keterlibatan pihak-pihak terkait dalam investasi fiktif yang merugikan keuangan negara,” ungkap Juru Bicara KPK, Tessa Mahardhika Sugiarto.
Kerugian Negara Capai Rp 200 Miliar
Dalam kasus ini, KPK telah menahan dua tersangka utama, yakni mantan Direktur Utama PT Taspen, Antonius NS Kosasih (ANSK), serta mantan Direktur Utama PT Insight Investment Management (PT IIM), Ekiawan Heri Primaryanto (EHP). Direktur Penyidikan KPK, Asep Guntur Rahayu, mengungkapkan bahwa investasi fiktif tersebut menyebabkan kerugian keuangan negara hingga Rp 200 miliar.
“ANSK diduga telah merugikan keuangan negara atas penempatan dana investasi PT Taspen sebesar Rp 1 triliun pada Reksadana RD I-Next G2 yang dikelola oleh PT IIM. Dari jumlah tersebut, setidaknya Rp 200 miliar mengalami kerugian,” kata Asep.
Dugaan Skema Investasi Fiktif
KPK menduga investasi fiktif ini sengaja dilakukan untuk menguntungkan sejumlah pihak dan beberapa perusahaan. Berdasarkan temuan awal, sejumlah korporasi yang diduga menerima keuntungan dari skandal ini antara lain PT IIM yang mendapat keuntungan Rp 78 miliar, PT VSI sebesar Rp 2,2 miliar, PT PS senilai Rp 102 juta, dan PT SM sebesar Rp 44 juta.
“Indikasi kuat menunjukkan bahwa ada pihak-pihak yang terafiliasi dengan tersangka ANSK dan tersangka EHP yang turut menikmati keuntungan dari investasi fiktif ini,” tambah Asep.
Dengan terus bergulirnya kasus ini, publik menantikan langkah tegas KPK dalam mengungkap siapa saja yang terlibat dalam skandal investasi yang merugikan dana pensiun pegawai negeri ini. Akankah lebih banyak nama besar terseret? Kita tunggu kelanjutannya!
OJK Targetkan Pertumbuhan Asuransi & Dana Pensiun di 2025! Ini Faktor Pendorongnya
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menargetkan pertumbuhan positif di sektor perasuransian, penjaminan, dan dana pensiun (PPDP) pada 2025. Kepala Eksekutif Pengawas PPDP OJK, Ogi Prastomiyono, optimistis target tersebut dapat tercapai dengan dukungan berbagai kebijakan pemerintah, termasuk program ekonomi Presiden Prabowo.
“Sektor PPDP diproyeksikan tetap tumbuh positif pada 2025 dengan asuransi naik 6-8%, dana pensiun 9-11%, dan penjaminan 6-8%,” ungkap Ogi dalam konferensi pers Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan 2025 di Jakarta, Selasa (11/2/2025).
Menurut Ogi, pertumbuhan industri ini akan didorong oleh kebijakan ketahanan pangan pemerintah, yang dapat dimanfaatkan sektor asuransi melalui pengembangan asuransi parametrik, asuransi usaha tani padi, serta asuransi usaha ternak sapi. Selain itu, program pembangunan 3 juta rumah per tahun yang dijanjikan Prabowo juga membuka peluang besar bagi industri asuransi dalam menyediakan perlindungan infrastruktur dan properti.
“Asuransi akan berperan dalam memberikan perlindungan terhadap risiko kredit, asuransi jiwa kredit bagi debitur, serta proteksi properti dari bencana alam dan banjir,” tambahnya.
Namun, tantangan besar juga menanti industri ini di 2025. Ogi menyebut meningkatnya kasus penyakit kritis, angka kematian, isu kesehatan masyarakat, hingga ancaman keamanan digital sebagai faktor yang perlu diwaspadai.
Dengan sinergi kebijakan pemerintah dan kesiapan industri asuransi, OJK optimistis sektor PPDP bisa tumbuh lebih kuat dan memberikan perlindungan finansial yang lebih luas bagi masyarakat.
ESG Power! PNM & BRINS Gelar Aksi Hijau di Bangka Belitung: 1.000 Pohon Ditanam, UMKM Terlindungi
PT Permodalan Nasional Madani (PNM) semakin menegaskan komitmennya pada prinsip Environmental, Social, and Governance (ESG) melalui kolaborasi spektakuler bersama PT BRI Asuransi Indonesia (BRINS). Dalam acara Kolaborasi Penanaman Pohon dan Literasi Asuransi BRINS – PNM 2025 yang digelar di Bangka Tengah, Provinsi Bangka Belitung, Selasa (11/2), kedua pihak menunjukkan aksi nyata dalam mendukung keberlanjutan dan perlindungan keuangan.
Acara ini mengusung dua inisiatif utama. Pertama, penanaman 1.000 bibit pohon—terdiri dari pohon kayu putih dan kacang mete—yang tak hanya mendukung pelestarian lingkungan tetapi juga memberikan nilai ekonomi bagi masyarakat setempat. Kegiatan penghijauan ini mendapat dukungan penuh dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Bangka Belitung dan diselenggarakan di kompleks perkantoran Gubernur.
Kedua, PNM dan BRINS juga menggelar sesi edukasi literasi asuransi bagi nasabah PNM Mekaar. Melalui penyuluhan ini, para pengusaha ultra mikro dan mikro diajak untuk memahami pentingnya perlindungan usaha melalui asuransi, sehingga bisnis mereka dapat terjaga dari berbagai risiko, mulai dari bencana alam hingga gangguan operasional lainnya. Inisiatif ini diharapkan dapat meningkatkan ketahanan finansial dan keberlanjutan usaha di tengah dinamika ekonomi saat ini.
Turut hadir dalam acara tersebut perwakilan dari PNM dan BRINS, serta Penjabat Sekretaris Daerah Provinsi Bangka Belitung. Pimpinan PNM Cabang Bangka Belitung menegaskan bahwa kolaborasi ini memberikan dampak positif tidak hanya bagi lingkungan—seperti pengurangan polusi udara—tetapi juga bagi peningkatan kesadaran nasabah dalam melindungi usaha mereka.
Perwakilan BRINS menambahkan bahwa kegiatan ini merupakan bagian dari upaya mendorong inklusi keuangan dan meningkatkan literasi asuransi di kalangan pengusaha mikro, yang selama ini kurang mendapatkan perhatian. Dengan sinergi antara aksi penghijauan dan edukasi keuangan, PNM dan BRINS berharap dapat menginspirasi masyarakat untuk lebih peduli terhadap kelestarian alam sekaligus memanfaatkan asuransi sebagai alat pengaman usaha.
Melalui langkah strategis ini, PNM semakin menegaskan peran aktifnya dalam mendukung prinsip ESG dan membangun masa depan yang lebih hijau serta kuat secara ekonomi.
Asuransi Asei Siap Tancap Gas di 2025! Transformasi Besar-Besaran Menuju Era Baru
PT Asuransi Asei Indonesia tengah bersiap menghadapi peluang pertumbuhan industri asuransi di 2025 dengan strategi transformasi besar-besaran! Direktur Utama Asuransi Asei, Dody Achmad Sudiyar Dalimunthe, mengungkapkan bahwa dalam dua tahun terakhir, perusahaan terus melakukan perubahan untuk memperbaiki proses bisnis dan menyeimbangkan portofolio usaha.
Sayangnya, meskipun ada pergeseran fokus bisnis dari satu lini usaha ke portofolio lainnya, hasil yang dicapai pada 2024 masih belum memenuhi target. Oleh karena itu, pada 2025 dan dalam lima tahun ke depan, Asuransi Asei akan berfokus pada penguatan bisnis, implementasi PSAK 117, pengembangan inovasi produk, digitalisasi layanan, serta penguatan modal agar lebih kompetitif di industri.
Peluang Besar dan Strategi Transformasi
Menurut Dody, beberapa faktor akan menjadi momentum emas bagi industri asuransi umum di 2025. Meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi, inovasi berbasis teknologi untuk meningkatkan pengalaman pelanggan, serta dukungan pemerintah dalam bentuk regulasi asuransi wajib adalah katalis pertumbuhan yang siap dimanfaatkan.
Namun, bukan berarti perjalanan ini tanpa hambatan. Ketidakpastian ekonomi global, fluktuasi daya beli masyarakat, serta risiko bencana akibat perubahan iklim diperkirakan akan meningkatkan klaim asuransi, khususnya di sektor properti dan kendaraan. Selain itu, persaingan yang semakin ketat menuntut perusahaan untuk terus berinovasi agar tetap relevan di pasar.
Tantangan Besar: Implementasi PSAK 117
Salah satu tantangan utama bagi industri asuransi tahun ini adalah implementasi PSAK 117, yang akan mengubah sistem pencatatan pendapatan dan struktur modal perusahaan asuransi. Dody mengungkapkan bahwa banyak perusahaan asuransi berpotensi terdampak secara signifikan, sehingga Asuransi Asei telah mulai menyiapkan data keuangan, analisis biaya, serta strategi pencadangan teknis sejak 2024 untuk menghadapi perubahan ini.
Dengan proyeksi pertumbuhan aset industri asuransi di kisaran 6%-8% sebagaimana ditargetkan OJK, sektor asuransi diharapkan dapat memainkan peran penting dalam mendukung program pemerintah, seperti ketahanan pangan dan pembangunan infrastruktur. Oleh karena itu, perusahaan asuransi dituntut untuk mengembangkan produk yang lebih mudah dipahami dan diakses oleh masyarakat.
“Dengan strategi yang tepat dan kesiapan menghadapi tantangan, kami optimis industri asuransi umum dapat mencapai target pertumbuhan yang telah ditetapkan OJK di tahun 2025,” pungkas Dody.
Mampukah Asuransi Asei dan industri asuransi secara keseluruhan menghadapi tantangan dan memanfaatkan peluang di 2025? Kita nantikan gebrakan selanjutnya! 🚀
Askrindo & Deprindo Kolaborasi! Solusi Cerdas Lindungi Properti dari Risiko Kebakaran
Dalam upaya memberikan perlindungan maksimal bagi pemilik properti di Indonesia, PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo) menjalin kerja sama strategis dengan Developer Properti Indonesia (Deprindo). Langkah ini bertujuan untuk memperluas cakupan asuransi kebakaran, khususnya di segmen perumahan kelas menengah, guna meningkatkan ketahanan finansial masyarakat.
Perjanjian kerja sama ini ditandatangani oleh Direktur Bisnis Askrindo, Budhi Novianto, dan Ketua Umum Deprindo, Muhammad Aditya Prabowo, pada Kamis (13/02/2024). Menurut Budhi, kemitraan ini merupakan langkah strategis dalam memberikan proteksi menyeluruh terhadap risiko kebakaran yang dapat mengancam aset properti.
SIKEBAL: Perlindungan Mudah & Terjangkau
Sebagai bagian dari kerja sama ini, Askrindo menghadirkan program SIKEBAL (Asuransi Kebakaran), yang dirancang khusus untuk developer perumahan kelas menengah. Program ini menawarkan perlindungan komprehensif dengan fitur unggulan dan kemudahan proses klaim.
“Deprindo akan berperan aktif dalam mendistribusikan dan menyosialisasikan program SIKEBAL kepada para anggotanya serta masyarakat luas. Kami berharap inisiatif ini dapat meningkatkan kesadaran akan pentingnya asuransi dalam menjaga nilai investasi properti,” ujar Budhi.
Askrindo dan Deprindo sepakat untuk menjalankan kerja sama ini selama satu tahun ke depan, dengan harapan semakin banyak pemilik properti yang dapat mengakses perlindungan dari risiko kebakaran.
Dengan adanya program SIKEBAL, pemilik rumah kini bisa lebih tenang dan terlindungi. Jangan biarkan risiko kebakaran mengancam aset Anda—lindungi properti Anda sekarang juga dengan solusi cerdas dari Askrindo dan Deprindo!
Artikel ini dipersembahkan oleh L&G Insurance Broker, mitra terpercaya Anda dalam perlindungan bisnis dan manajemen risiko. Kunjungi website kami di https://lngrisk.co.id untuk informasi lebih lanjut. Untuk setiap kebutuhan asuransi bisnis Anda, jangan ragu untuk menghubungi call center 24 jam kami di +62 811-8507-773 — bisa melalui WhatsApp chat atau telepon. Kami selalu siap melayani Anda!