Perkembangan industri asuransi nasional sepanjang akhir Oktober hingga awal November 2025 menunjukkan dinamika yang menarik dan penuh tantangan. Di tengah meningkatnya intensitas bencana alam seperti gempa bumi dan banjir di berbagai wilayah Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) semakin gencar mendorong pentingnya kepemilikan asuransi bencana alam bagi masyarakat. Sejalan dengan itu, sejumlah isu strategis turut mewarnai industri, mulai dari pengawasan terhadap enam perusahaan asuransi bermasalah, lonjakan klaim akibat kerusuhan, hingga peluang baru di sektor asuransi perjalanan dan transformasi digital yang digerakkan oleh generasi muda. Semua perkembangan ini mencerminkan bagaimana industri asuransi Indonesia terus beradaptasi terhadap risiko dan peluang dalam lanskap ekonomi yang dinamis.
OJK Ungkap Ada 6 Asuransi Bermasalah, Nasabah Wajib Waspada!
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan bahwa saat ini terdapat enam perusahaan asuransi dan reasuransi yang berstatus dalam pengawasan khusus. Langkah ini diambil karena perusahaan-perusahaan tersebut belum memenuhi rasio kesehatan keuangan minimum yang ditetapkan oleh regulator.
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, menyampaikan bahwa identitas keenam perusahaan tersebut tidak dapat dipublikasikan untuk menjaga stabilitas industri.
“Hingga saat ini terdapat enam perusahaan asuransi dan reasuransi yang masih dalam pengawasan khusus OJK. Penyebab utamanya adalah belum terpenuhinya rasio kesehatan keuangan minimum sebagaimana diatur dalam ketentuan OJK,” ujar Ogi dalam keterangannya, Kamis (30/10/2025).
Ia menambahkan bahwa OJK melakukan pengawasan ketat dan terukur, termasuk memastikan perusahaan memiliki rencana perbaikan permodalan yang telah disetujui dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS). Rencana tersebut harus dijalankan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan.
“OJK memastikan setiap perusahaan menjalankan rencana permodalan secara disiplin dan meminta komitmen pemegang saham untuk menambah modal. Fokus utama kami adalah menjaga kepentingan pemegang polis,” tegasnya.
Dampak Kerusuhan Demo Agustus 2025! OJK Ungkap Klaim Asuransi Fantastis Mencapai Rp150 Miliar
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan total klaim asuransi akibat kerusuhan dan aksi demonstrasi yang terjadi pada akhir Agustus 2025 mencapai sekitar Rp150 miliar. Angka tersebut diperoleh dari data Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI).
Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, menjelaskan bahwa klaim tersebut berasal dari empat lini bisnis utama, yaitu properti, kendaraan bermotor, engineering, dan aneka asuransi.
“OJK menekankan pentingnya penyelesaian klaim sesuai dengan ketentuan polis dan prinsip kehati-hatian agar hak pemegang polis tetap terlindungi serta menjaga kepercayaan publik terhadap industri asuransi,” ujar Ogi dalam pernyataannya, Jumat (31/10/2025).
Ia menambahkan, klaim pertanggungan terbagi dua jenis, yakni yang dijamin oleh Konsorsium Asuransi Barang Milik Negara (KABMN) dan oleh asuransi swasta.
Gedung-gedung yang termasuk dalam cakupan KABMN antara lain Polsek Ciracas, Kejaksaan Tinggi Jambi, Kejaksaan Tinggi Mamuju, pagar depan Gedung MPR/DPR, dan Gedung DJKN Kanwil Jakarta.
Sementara itu, aset yang dijamin oleh asuransi swasta meliputi Gedung DPRD Sulawesi Selatan, Gedung Negara Grahadi Surabaya, tiga pos polisi di Slipi, Salemba, dan Gunung Sari, serta sebuah hotel di Bandung.
Ogi juga menegaskan agar perusahaan asuransi mempercepat proses verifikasi dan pembayaran klaim yang sudah dinyatakan layak (eligible) serta melaporkan perkembangannya secara berkala kepada OJK.
Selain itu, ia mengingatkan pentingnya perluasan jaminan Riot, Strike, Malicious Damage, and Civil Commotion (RSMDCC) dalam polis asuransi, karena manfaatnya sangat besar dalam memberikan kepastian perlindungan bagi pemilik aset publik maupun pribadi.
Gempa dan Banjir Meningkat! OJK Dorong Masyarakat Punya Asuransi Bencana Alam
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menegaskan pentingnya memperkuat asuransi bencana alam di tengah meningkatnya frekuensi bencana di Indonesia.
Kepala Eksekutif Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Ogi Prastomiyono, menyampaikan bahwa posisi geografis Indonesia di cincin api Pasifik (Ring of Fire) membuat negara ini memiliki risiko tinggi terhadap berbagai bencana alam seperti gempa bumi, letusan gunung berapi, hingga banjir besar.
“Indonesia menghadapi tingkat risiko bencana alam yang sangat tinggi. Karena itu, asuransi bencana menjadi instrumen vital untuk melindungi masyarakat dan aset dari kerugian ekonomi akibat bencana,” ujar Ogi dalam pernyataannya, Kamis (30/10/2025).
Meski memiliki risiko besar, Indonesia belum mewajibkan kepemilikan asuransi bencana. Saat ini, perlindungan terhadap risiko bencana biasanya masih menjadi bagian tambahan dalam polis asuransi properti atau asuransi harta benda.
OJK menilai potensi pengembangan asuransi bencana di Tanah Air masih sangat besar. Untuk itu, diperlukan peningkatan literasi, kesadaran publik, dan kolaborasi aktif antara pemerintah, industri asuransi, serta lembaga reasuransi global guna membangun sistem perlindungan yang lebih kuat dan berkelanjutan.
Per Agustus 2025, OJK mencatat pendapatan premi dari lini usaha asuransi properti mencapai Rp23 triliun, naik 7,2% secara tahunan (YoY). Sementara itu, nilai klaim yang dibayarkan tercatat Rp4,8 triliun, turun 6,2% dibandingkan periode yang sama tahun lalu, menandakan adanya perbaikan pada pengelolaan risiko dan stabilitas portofolio asuransi harta benda.
Umrah Mandiri Resmi Berlaku! Industri Asuransi Perjalanan Siap Panen Peluang Baru
Asuransi perjalanan diprediksi bakal melesat seiring dengan disahkannya kebijakan Umrah Mandiri oleh pemerintah. Langkah ini membuka peluang besar bagi perusahaan asuransi untuk memperluas pasar, baik di sektor perjalanan luar negeri maupun domestik.
Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) Abitani Taim menjelaskan bahwa legalisasi umrah mandiri memberikan keleluasaan bagi masyarakat untuk memilih layanan asuransi perjalanannya sendiri. “Kebijakan ini membuka kesempatan yang sama bagi perusahaan asuransi di luar yang sudah bekerja sama dengan asosiasi travel haji dan umrah,” ujarnya, Rabu (29/10/2025).
Pandangan senada disampaikan pengamat asuransi Irvan Rahardjo, yang menilai kebijakan tersebut akan berdampak positif bagi industri asuransi perjalanan. Dengan skema umrah mandiri, biaya keberangkatan bisa lebih fleksibel dan terjangkau, sehingga jumlah jamaah yang berangkat berpotensi meningkat signifikan. “Semakin banyak jamaah yang berangkat, semakin luas pula potensi pasar asuransi perjalanan. Kolaborasi dengan maskapai, hotel, dan operator transportasi akan menjadi kunci,” jelas Irvan.
Namun, Irvan juga menyoroti tantangan di sisi permintaan, seperti rendahnya daya beli masyarakat, minimnya kesadaran akan pentingnya asuransi, serta keberadaan perlindungan dari Jasa Raharja yang sudah melindungi penumpang umum. Oleh karena itu, ia menekankan pentingnya digitalisasi produk dan distribusi agar asuransi perjalanan mudah diakses melalui platform online maupun mitra perjalanan.
Sementara itu, anggota Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (Kupasi) Wahju Rohmanti menilai peluang bisnis ini bisa menjadi momentum penting, terutama jika nantinya asuransi perjalanan ditetapkan sebagai syarat wajib bagi jamaah umrah mandiri atau pembelian tiket. “Selama masih bersifat opsional, dampaknya mungkin belum terlalu terasa,” katanya.
Wahju menambahkan, agar tetap relevan, produk asuransi perjalanan perlu dikemas dengan pendekatan gaya hidup (lifestyle insurance) yang sesuai dengan tren generasi modern. “Asuransi harus dilihat bukan sebagai kewajiban, tapi bagian dari gaya hidup cerdas dan aman dalam bepergian,” tutupnya.
Kementerian Haji dan Umrah sebelumnya telah melegalkan Umrah Mandiri melalui UU Nomor 14 Tahun 2025 tentang perubahan ketiga UU 8/2019. Kebijakan ini memberikan payung hukum terkait keamanan, perlindungan jamaah, dan ketertiban administrasi di tengah perubahan regulasi dari Pemerintah Arab Saudi.
Gen Z Bisa Jadi Game Changer Industri Asuransi Digital, Tapi Kok Masih Sepi Peminat?
Generasi Z dinilai menyimpan potensi besar untuk mendorong pertumbuhan industri asuransi digital di Indonesia. Namun, tingkat pemanfaatan teknologi asuransi atau insurtech di kalangan muda masih terbilang rendah.
Direktur Utama PT Asuransi Kredit Indonesia (Askrindo), M. Fankar Umran, mengungkapkan bahwa riset yang dilakukannya bertujuan memahami cara pandang dan perilaku Gen Z terhadap layanan asuransi berbasis teknologi sebuah elemen penting dalam ekosistem keuangan masa depan.
“Sebagai bagian dari Askrindo, kami berkomitmen terus berinovasi di bidang insurtech, memperluas inklusi keuangan, dan memberikan perlindungan yang lebih menyeluruh kepada masyarakat,” ujar Fankar.
Ia menekankan bahwa Gen Z mencakup sekitar 27,5% populasi Indonesia, dengan karakter yang semakin digital dan terbiasa bertransaksi tanpa uang tunai. Namun, sayangnya kontribusi insurtech terhadap total premi asuransi di Indonesia masih kecil baru sekitar 1% saja.
“Industri asuransi harus menjadikan ini peluang besar. Kita perlu menciptakan produk yang relevan dengan kebutuhan Gen Z, memperbaiki pengalaman digital secara menyeluruh, serta memperluas kanal distribusi daring agar potensi ini bisa benar-benar dimanfaatkan,” tambahnya.
Fankar juga menilai bahwa transformasi digital di sektor asuransi merupakan langkah penting untuk membuka akses perlindungan bagi generasi muda. “Ini adalah bentuk nyata komitmen Askrindo dalam mendukung digitalisasi industri asuransi dan memperluas jangkauan perlindungan,” jelasnya.
Pernyataan itu disampaikan saat ia mempertahankan disertasi berjudul “Faktor-Faktor yang Memengaruhi Keinginan Menggunakan Teknologi Asuransi (Insurtech) di Kalangan Generasi Z di Indonesia dengan Menggunakan Extended D-M Model” di Universitas Tarumanagara. Dalam sidang terbuka tersebut, Fankar berhasil meraih gelar Doktor Ilmu Manajemen dengan predikat Cumlaude dan IPK sempurna 4.00.
Promotor sidang, Prof. Dr. Agustinus Purna Irawan, memberikan apresiasi tinggi terhadap hasil riset Fankar. “Penelitian ini sangat relevan dengan perkembangan digital saat ini. Temuan tersebut memberikan kontribusi nyata bagi industri asuransi untuk memahami perilaku generasi muda terhadap layanan keuangan berbasis teknologi dan memperkuat inklusi keuangan digital,” ujarnya.
Liburan Bisa Bikin Bokek Tanpa Asuransi Perjalanan! Ini Alasannya Kamu Harus Punya Sekarang
Bagi banyak orang, terutama generasi muda, bepergian ke luar kota atau bahkan ke luar negeri kini sudah menjadi bagian dari gaya hidup. Namun di balik keseruannya menjelajahi tempat baru, selalu ada risiko tak terduga yang bisa muncul kapan saja mulai dari bagasi hilang, penerbangan tertunda, hingga jatuh sakit saat di negara orang.
Di sinilah asuransi perjalanan berperan penting, bukan sekadar formalitas, melainkan bentuk perlindungan finansial dan mental yang membuat perjalanan terasa lebih aman dan nyaman. Dengan perlindungan ini, wisatawan bisa menikmati setiap momen tanpa rasa cemas jika hal buruk terjadi.
Banyak contoh nyata yang menunjukkan betapa pentingnya asuransi perjalanan. Misalnya, wisatawan yang harus menjalani perawatan medis darurat di luar negeri dan menghadapi tagihan mencapai ratusan juta rupiah. Namun berkat polis asuransi perjalanan aktif, semua biaya bisa ditanggung. Kasus serupa juga terjadi di dalam negeri, ketika bagasi berisi barang berharga hilang di bandara—klaim asuransi menjadi penyelamat utama.
Kesadaran masyarakat terhadap pentingnya perlindungan ini memang terus meningkat, terutama di kalangan pelancong muda yang sudah terbiasa dengan layanan digital. Kini, mereka dapat membeli polis, mengatur perlindungan sesuai kebutuhan, hingga mengajukan klaim dengan mudah secara online.
Sayangnya, masih banyak yang menganggap asuransi perjalanan sebagai pengeluaran tambahan yang tidak penting. Padahal, premi yang relatif murah bisa menyelamatkan dari kerugian besar saat musibah terjadi. Data menunjukkan bahwa penjualan asuransi perjalanan di Indonesia terus meningkat, mencapai 5.000 hingga 6.000 polis per bulan, dan diperkirakan menembus 10.000 polis di akhir tahun. Produk ini dijual baik melalui agen perjalanan maupun kanal digital seperti situs resmi perusahaan dan mitra penyedia visa.
Founder dan Group CEO Oona Insurance Group, Abhishek Bhatia, menegaskan bahwa asuransi perjalanan kini menjadi kebutuhan penting bagi banyak orang. Senada, Direktur Utama Vincent C. Soegianto menyoroti rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan saat bepergian. “Biaya perawatan di luar negeri bisa setara dengan total biaya liburan, padahal asuransinya sangat murah,” jelasnya.
Menurutnya, edukasi publik tentang manfaat asuransi perjalanan harus terus digalakkan agar masyarakat tidak menyesal ketika menghadapi situasi darurat tanpa perlindungan.
Pertumbuhan pasar ini juga tercermin dari kinerja industri yang tetap solid meski beban operasional naik sekitar 12% (YoY) menjadi Rp705,94 miliar. Berkat strategi distribusi yang efektif dan penetrasi digital yang semakin kuat, profitabilitas tetap terjaga.
Kesimpulannya, asuransi perjalanan bukan lagi sekadar pelengkap liburan, melainkan kebutuhan utama di era mobilitas tinggi. Generasi muda yang hobi traveling perlu memahami bahwa melindungi diri secara finansial adalah bagian penting dari perencanaan liburan yang cerdas.
Raih Laba Melejit 288%! Jasindo Buktikan Asuransi Bisa Jadi Motor Pertumbuhan Ekonomi Nasional
Pemerintah terus mendorong penguatan literasi dan inklusi keuangan nasional sebagai upaya membangun masyarakat yang melek finansial. Mendukung komitmen tersebut, PT Asuransi Jasa Indonesia (Asuransi Jasindo) aktif berpartisipasi dalam rangkaian kegiatan Hari Keuangan Nasional 2025 dan Bulan Inklusi Keuangan (BIK) dengan menghadirkan berbagai program edukatif seputar pentingnya asuransi di berbagai daerah Indonesia.
“Sebagai bagian dari ekosistem keuangan nasional, Jasindo berkomitmen memperluas pemahaman masyarakat tentang peran vital asuransi. Melalui kegiatan literasi yang menyentuh berbagai lapisan, kami ingin masyarakat memahami bahwa asuransi adalah bagian dari gaya hidup finansial yang sehat dan berkelanjutan,” ujar Sekretaris Perusahaan Jasindo, Brellian Gema, Kamis (30/10/2025).
Sepanjang Oktober, Jasindo menyelenggarakan berbagai kegiatan literasi dan edukasi keuangan. Di antaranya Indonesia Career Expo & Campus Job Fair, yang membuka peluang karier bagi generasi muda sekaligus memperkenalkan peran industri asuransi dalam menjaga stabilitas ekonomi.
Jasindo juga menggelar Program Literasi Asuransi untuk Petani di Jawa Barat dan Jawa Tengah, memberikan edukasi mengenai pentingnya perlindungan usaha tani demi mendukung ketahanan pangan nasional. Program ini dilaksanakan di sejumlah wilayah seperti Garut, Purwakarta, Bandung, Indramayu, dan Kendal.
Selain itu, kegiatan Jasindo Goes to School dan Jasindo Goes to Campus turut digelar untuk meningkatkan literasi keuangan di kalangan pelajar dan mahasiswa, sekaligus menumbuhkan kesadaran bahwa asuransi memiliki peran penting dalam perencanaan keuangan jangka panjang.
“Kami ingin menjadikan literasi keuangan terasa dekat dengan kehidupan sehari-hari. Mulai dari petani hingga mahasiswa, semua perlu memahami bagaimana asuransi dapat menjaga stabilitas ekonomi keluarga dan usaha,” lanjut Brellian.
Dari sisi kinerja keuangan, Jasindo mencatat lonjakan laba bersih sebesar 288,9% pada kuartal III 2025, mencapai Rp127,30 miliar, naik signifikan dari Rp32,73 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Pertumbuhan positif ini ditopang oleh peningkatan di hampir seluruh lini bisnis. Pendapatan premi mencapai Rp3 triliun, tumbuh 11,36% (YoY), sementara hasil underwriting naik 21,88% menjadi Rp299,42 miliar. Hasil investasi juga meningkat 6,20% menjadi Rp210,8 miliar.
Dari sisi permodalan, RBC Jasindo tercatat 173,49%, jauh di atas ketentuan minimum OJK sebesar 120%. Menurut Direktur Operasional Jasindo, Ocke Kurniandi, capaian tersebut mencerminkan kesehatan keuangan dan penerapan manajemen risiko yang kuat.
“Pertumbuhan ini tidak lepas dari strategi fokus pada portofolio bisnis yang berkualitas dan penerapan Risk Management Partnership dengan para tertanggung korporasi. Kami bukan sekadar menjual polis, tetapi hadir sebagai mitra strategis dalam membantu klien mengelola risiko secara menyeluruh,” jelas Ocke.
Secara bisnis, pertumbuhan tertinggi dicatat oleh lini engineering (rekayasa) yang melonjak 263,59% (YoY) menjadi Rp241,35 miliar, diikuti lini liability yang naik 124,40%, cargo sebesar 40,22%, dan energy onshore sebesar 39,34%.
Lini energy offshore juga mencatat pertumbuhan stabil sebesar 6,78%, dengan total premi sektor energi baik onshore maupun offshore mencapai lebih dari Rp558,17 miliar. Angka ini menjadikan sektor energi sebagai penggerak utama pendapatan Jasindo hingga September 2025.
“Sektor energi adalah keahlian inti kami. Melalui aplikasi Prime, kami dapat melakukan survei dan analisis risiko sejak awal, sehingga nasabah mendapatkan perlindungan yang komprehensif,” tutup Ocke.
Rangkaian berita terkini ini menegaskan bahwa industri asuransi memiliki peran strategis dalam menjaga ketahanan ekonomi nasional sekaligus melindungi masyarakat dari berbagai risiko, baik yang bersifat alamiah, sosial, maupun finansial. Tantangan seperti rendahnya literasi, perubahan perilaku konsumen, hingga kebutuhan digitalisasi layanan, justru membuka ruang besar bagi inovasi dan kolaborasi lintas sektor. Dengan pengawasan yang kuat dari regulator, peningkatan kesadaran publik, serta penguatan manajemen risiko oleh pelaku industri, asuransi dapat menjadi fondasi penting bagi terciptanya masyarakat yang lebih tangguh dan berdaya menghadapi ketidakpastian di masa depan.
—
JANGAN BUANG WAKTU ANDA DAN AMANKAN FINANCIAL DAN BISNIS ANDA DENGAN ASURANSI YANG TEPAT.
HOTLINE L&G 24 JAM: 0811-8507-773 (PANGGILAN – WHATSAPP – SMS)
Website: lngrisk.co.id
Email: halo@lngrisk.co.id
—

