Liga Asuransi – Sidang pembaca yang luar biasa, apa kabar? Kali ini kami ingin membahas tantangan yang sedang dihadapi oleh industri batu bara baik secara nasional maupun di tingkat internasional.
Sebagai broker asuransi dan konsultasi asuransi kami merasakan langsung kesulitan di dalam mendapatkan jaminan asuransi untuk pembangklit listrik dengan menggunakan bahan bakar batu bara.
Untuk sekedar Anda ketahui bahwa sudah hampir dua bulan kami berusaha untuk mendapatkan back up asuransi atas sebuah proyek pembangunan pembangkit listrik dengan menggunakan batubara. Kami telah berusaha mendapatkan back up asuransi baik dari perusahaan asuransi di dalam negeri maupun dari pasar asuransi luar negeri.
Rekan kami perusahaan broker reasuransi di luar negeri juga sudah “mengacak-acak” seluruh pasar reasuransi di seluruh dunia akan tetapi kapasitas yang mereka dapatkan masih sedikit. Alhamdulillah akhir pekan kemarin rekan kami dari broker reasuransi di luar negeri memberi tahu bahwa mereka sudah mendapatkan dukungan 100%. Alhamdulillah, great job!
Untuk memberikan gambaran kondisi tantangan yang sedang dihadapi oleh industri batu bara, berikut ini kami tuliskan beberapa hal penting untuk Anda. Tulisan ini kami susun berdasarkan pengalaman pribadi dan juga dari beberapa informasi termasuk dari internet. Jika Anda tertarik dengan tulisan ini silahkan dibagikan kepada rekan-rekan Anda agar mereka juga paham seperti Anda.
The Paris climate summit and UN talks2015
Sejak beberapa tahun belakangan, beberapa perusahaan asuransi ingin keluar dari bisnis batu bara. Perusahaan-perusahaan asuransi terkemuka seperti raksasa Prancis Axa, Aviva Inggris, Allianz Jerman, dan Asuransi Zurich di tambahan puluhan perusahaan besar lainnya mulai membatasi keterlibatan mereka di industri batu bara.
Mereka tidak lagi bersedia menjamin g proyek batu bara atau perusahaan yang memperoleh lebih dari 30 persen pendapatannya dari penambangan atau pembakaran batu bara. Tetapi beberapa, seperti Axa, menjanjikan baru akan keluar total pada tahun 2030 di negara maju dan pada tahun 2040 secara global.
Perusahaan asuransi di seluruh dunia mengalami ketakutan akibat semakin meningkatkan risiko dan bencana yang disebabkan oleh perubahan iklim yang telah menyebabkan kerugian besar yang dialami oleh hampir semua jenis aset yang mereka asuransikan.
Ternyata salah satu penyebab terjadinya perubahan iklim adalah batubara. Batubara adalah bahan bakar utama yang paling kotor. Pembakaran batubara menghasilkan sekitar dua kali lebih banyak CO2 untuk setiap unit output energi gas alam. Energi batubara menjadi faktor penyebab dari sekitar 30 persen emisi CO2 terkait energi secara global.
Untuk mengurangi emisi CO2 di seluruh dunia, telah diadakan sebuah konferensi dengan topik “the Paris climate summit and UN talks” 2015 yang dihadiri oleh lebih dari 190 negara di Paris untuk membahas kesepakatan global baru tentang perubahan iklim, dengan bertujuan untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dengan demikian bisa menghindari ancaman perubahan iklim yang berbahaya.
Akibat kesepakatan Paris tersebut, para investor dan penyandang dana menghadapi tekanan yang semakin besar agar menghentikan penggunaan batu bara dari para penggerak kampanye iklim global. Mereka yakin penghentian pembiayaan adalah jalan terbaik untuk melumpuhkan industri bahan bakar fosil.
Investor Pun sulit mencari alasan untuk melawan tekanan tersebut karena bisnis batu bara saat ini juga sedang mengalami kenaikan risiko keuangan karena permintaannya yang semakin menurun, para regulator juga semakin keras dalam menerapkan persyaratan emisi CO2, dan selain itu munculnya saingan dari energi bersih (green energy) lebih murah.
Perusahaan Asuransi – Menjadi pemain penting dalam transisi dari bahan bakar fosil
Perusahaan asuransi berada dalam posisi yang dilematis untuk mempercepat transisi dari energi fosil ke energi masa depan yaitu energi terbarukan 100%. Sebagai manajer risiko, mereka memainkan peran penting penting dalam memutuskan jenis proyek mana yang dapat dibangun dan dioperasikan di tengah-tengah masyarakat modern. Tanpa ada jaminan asuransi dari mereka, hampir tidak ada tambang batu bara dan pembangkit listrik baru yang dapat dibangun, sementara sebagian besar proyek yang ada harus dihentikan secara bertahap.
Di lain pihak perusahaan asuransi juga menanggung sebagian besar dari peningkatan kerusakan alam yang disebabkan oleh badai yang lebih serius, kebakaran hutan, banjir dan kekeringan. Para ahli asuransi memiliki akses ke ilmu tentang iklim yang terbaik dunia dan telah mulai memperingatkan tentang risiko iklim sejak tahun 1970-an. Namun mereka masih terus mendukung sektor batubara tidak sesuai dengan misi fundamental mereka untuk melindungi kita dari risiko bencana.
Pada bulan Juli tahun 2019, ada 17 perusahaan asuransi terkemuka di dunia yang telah mulai menjalankan pembatasan pemberian jaminan untuk industri berbasis batu bara. Selain itu ada sekitar 25 perusahaan asuransi lagi dengan aset gabungan lebih dari $6 triliun yang telah melakukan divestasi dari batu bara.
Dilema yang dihadapi oleh perusahaan batu bara saat ini adalah perusahaan asuransi menolak memberikan jaminan dan bank juga menolak memberikan pinjaman untuk membiayai industri ekspor batu bara. Para pelaku industri batubara berteriak dan mengatakan sedang diperas oleh bank dan perusahaan asuransi, dan mereka menginginkan agar pemerintah ikut campur.
Beberapa lembaga keuangan internasional telah mengeluarkan panduan yang meminta bank dan perusahaan asuransi untuk mempertimbangkan dan mengungkapkan tentang pentingnya risiko perubahan iklim terhadap neraca mereka, sejalan dengan regulasi internasional yang bertujuan untuk menjaga pemanasan global di bawah 1,5 derajat Celcius yang dituangkan dalam Perjanjian Paris 2015.
Sejalan dengan pengetatan yang dilakukan oleh perbankan, kesulitan untuk mendapatkan jaminan asuransi juga merupakan keluhan utama di kalangan penambang batubara. Dalam beberapa tahun terakhir, sejumlah perusahaan asuransi enggan untuk mengasuransikan bisnis di industri batubara karena kampanye bersama oleh kelompok aktivis iklim global.
China berkomitmen untuk mencapai puncak konsumsi batu baranya pada tahun 2025 setelah itu secara bertahap akan mengurangi ketergantungannya terhadap batu bara. Korea Selatan berjanji untuk mengakhiri pembiayaan luar negeri untuk pembangkit listrik tenaga batu bara. Jepang membatalkan pabrik batu bara terakhir dalam daftar proyek konstruksinya.
Bank secara resmi akan keluar dari semua pembiayaan batu bara, kecuali untuk mengurangi dampak lingkungan dari pembangkit batu bara yang ada atau menonaktifkannya. Ini berkomitmen untuk tidak mendukung proyek apa pun untuk meningkatkan fasilitas batubara yang ada yang akan memperpanjang umurnya.
Bagaimana dengan di Indonesia?
Wakil Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo saat rapat bersama Komisi VII DPR, Kamis (27/5) mengatakan bahwa PLN menginginkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) atau yang menggunakan batu bara dan pembangkit listrik tenaga mesin gas (PLTMG) pensiun alias tidak beroperasi lagi pada 2025. Perusahaan berencana menggantikannya dengan pembangkit listrik berbasis energi baru terbarukan (EBT).
Berdasarkan rencana perusahaan, PLN berencana menghentikan operasional PLTU dengan kapasitas mencapai 50,1 GW. Namun, masa pensiun ini akan berjalan bertahap.
Rencananya, PLN akan menghentikan operasional PLTU subcritical tahap pertama dengan kapasitas 1 GW pada 2030. Lalu, PLN menghentikan PLTU subcritical tahap kedua berdaya 9 GW pada 2035.
Kemudian pada 2040, dilanjutkan untuk masa pensiun PLTU subcritical tahap ketiga dengan kapasitas mencapai 10 GW. Selanjutnya, tahap keempat dengan daya mencapai 24 GW pada 2045 dan penghentian PLTU ultra supercritical berdaya 5 GW pada 2055.
Solusi Manajemen Risiko dan Asuransi
Tantangan yang dihadapi oleh industri batu bara saat ini sungguh berat. Ketika mereka melihat ada peluang untuk pengembangan usaha akan tetapi mereka kesulitan untuk mendapatkan dukungan pembiayaan.
Ketika mereka membutuhkan dukungan dan jaminan asuransi akan tetapi hampir sebagian besar perusahaan asuransi tidak bersedia memberikan jaminan. Padahal kita semua tahu bahwa resiko yang dihadapi oleh pembangkit listrik termasuk tinggi.
Resiko yang paling sering terjadi adalah kesukan mesin atau machinery breakdown (MB). Komponen yang paling sering mengalami kerusakan adalah steam turbine, transformers, panels, cables dan beberapa komponen lainnya.
Selain itu juga sering terjadi kebakaran yang berasal dari pembakaran batu bara dan juga akibat penyimpanan batu bara.
Mendapatkan solusi yang terbaik mengenai jaminan asuransi untuk pembangkit listrik dengan menggunakan batu bara, sebaiknya Anda berkonsultasi dengan perusahaan broker asuransi atau ahli asuransi yang berpengalaman.
Salah satu perusahaan broker asuransi yang berpengalaman adalah L&G Insurance Broker.
Untuk semua kebutuhan asuransi anda hubungi L&G Sekarang juga!
—
HOTLINE L&G 24JAM: 0811-8507-773 (CALL – WHATSAPP CHAT – SMS)
website: lngrisk.co.id
E-mail: customer.support@lngrisk.co.id
—
Kenapa Broker Asuransi sering juga disebut sebagai Advocate asuransi?