Dalam satu dekade terakhir, Indonesia mengalami lonjakan besar dalam transformasi digital. Hampir semua aspek kehidupan kini terkoneksi internet: belanja online, pembayaran digital, aplikasi transportasi, layanan kesehatan, hingga pendidikan. Perusahaan swasta, BUMN, dan instansi pemerintah berbondong-bondong melakukan digitalisasi proses bisnisnya.
Di balik semua layanan ini ada infrastruktur yang sering luput dari perhatian publik, yaitu data center. Fasilitas yang berisi ribuan server, sistem pendingin, jaringan listrik cadangan, serta sistem keamanan tingkat tinggi inilah yang memastikan data masyarakat dan bisnis tetap aman, tersimpan, dan bisa diakses kapan saja.
Menurut riset terbaru Arizton (2025), pasar data center Indonesia diperkirakan bernilai USD 2,39 miliar pada 2024 dan akan meningkat ke USD 3,79 miliar pada 2030 dengan pertumbuhan tahunan rata-rata 7,99 %. Angka ini diperkuat oleh laporan Mordor Intelligence yang menekankan pertumbuhan kapasitas daya, sementara IMARC Group bahkan memproyeksikan pertumbuhan hingga USD 7,8 miliar pada 2033. Dengan tren positif ini, headline USD 2,5 miliar menjadi representasi realistis skala industri saat ini.
Pertumbuhan ini bukan tanpa risiko. Proyek data center membutuhkan investasi ratusan juta dolar untuk satu kampus saja. Kerusakan kecil pada sistem pendingin bisa menyebabkan kerugian miliaran rupiah per jam akibat downtime. Selain itu, ada ancaman kebakaran, banjir, cyber attack, hingga tuntutan hukum dari pelanggan jika layanan terganggu.
Di sinilah asuransi berperan strategis. Tidak lagi sekadar formalitas kontrak, melainkan alat proteksi keuangan dan reputasi. Dengan portofolio asuransi yang tepat, pemilik proyek dan operator data center dapat memastikan kelangsungan bisnis meskipun risiko besar menghantam.
L&G Insurance Brokers hadir untuk mendampingi Anda. Kami menyediakan solusi asuransi umum dan finansial mulai dari tahap konstruksi, instalasi, operasional, pengiriman perangkat, hingga perlindungan dari klaim pihak ketiga.
Hubungi L&G Insurance Broker sekarang di 08118507773 untuk konsultasi gratis sebelum risiko menghantui bisnis Anda.
1. Kondisi Pasar & Investasi Data Center Indonesia
1.1 Faktor Pendorong Pertumbuhan
Beberapa faktor utama mendorong booming data center di Indonesia:
- Lonjakan pengguna internet: 220 juta lebih pengguna aktif dengan pertumbuhan trafik data rata-rata 25% per tahun.
- E-commerce & fintech: Shopee, Tokopedia, Gojek, OVO, dan lainnya membutuhkan kapasitas server masif.
- Cloud computing: Amazon Web Services (AWS), Google Cloud, Microsoft Azure, dan Alibaba Cloud terus memperluas footprint di Indonesia.
- Kebijakan pemerintah: Regulasi data localization mewajibkan data strategis disimpan di dalam negeri, sehingga permintaan fasilitas lokal meningkat.
- Geografi strategis: Indonesia sebagai hub Asia Tenggara menjadikan lokasi seperti Batam, Jakarta, dan Surabaya sasaran investasi global.
1.2 Proyek Nyata dan Investasi Terbaru
- DayOne – INA Batam Data Center: pinjaman USD 411 juta dari DBS dan UOB, kapasitas 72 MW, terdiri dari tiga gedung data center.
- Edgnex AI Data Center: kapasitas 144 MW, menargetkan era komputasi AI.
- NTT Jakarta 2 Annex (JKT2A): kapasitas 12 MW, selesai topping-out pertengahan 2025, beroperasi awal 2026.
- Sovereign Wealth Fund INA: alokasi lebih dari USD 1,2 miliar ke infrastruktur digital.
Dengan nilai proyek ratusan juta dolar per lokasi, jelas bahwa pasar ini adalah ladang investasi besar yang tidak boleh diabaikan.
2. Peran Asuransi dalam Mendukung Keamanan Proyek Data Center
Industri data center Indonesia tengah mengalami percepatan pertumbuhan, dengan pasar diproyeksikan menembus USD 2,5 miliar dalam beberapa tahun mendatang. Namun, tingginya nilai investasi ini sebanding dengan risiko besar yang menyertainya. Di sinilah asuransi berperan sebagai instrumen penting, bukan sekadar proteksi, tetapi juga sebagai keputusan strategis bagi investor, kontraktor, maupun operator data center.
a. Asuransi sebagai Jaminan Kelangsungan Proyek
Pembangunan data center adalah proyek jangka panjang dengan biaya sangat besar. Setiap keterlambatan akibat kerusakan konstruksi, kegagalan instalasi, atau bencana alam dapat memicu kerugian miliaran rupiah.
- Polis Engineering All Risks (EAR) dan Contractor’s All Risks (CAR) berfungsi menanggung kerusakan material maupun biaya tambahan akibat insiden.
- Dengan adanya perlindungan ini, investor dan kontraktor dapat melanjutkan proyek tanpa khawatir pada kerugian finansial mendadak.
Contoh nyata: proyek data center di Asia Tenggara sempat tertunda enam bulan akibat banjir besar. Perusahaan yang memiliki polis EAR dapat mengajukan klaim untuk menutup biaya rekonstruksi, sementara yang tidak, harus menanggung kerugian sendiri.
b. Menjaga Kepercayaan Investor dan Kreditor
Di sektor dengan modal padat seperti data center, kepercayaan investor adalah segalanya. Investor global, termasuk dari Jepang, Singapura, dan Amerika Serikat, hanya akan menyalurkan dana jika proyek memenuhi standar manajemen risiko internasional.
- Memiliki portofolio asuransi lengkap menunjukkan bahwa perusahaan proaktif dalam mitigasi risiko.
- Bank dan lembaga keuangan juga lebih mudah memberikan pinjaman atau pendanaan jika proyek sudah diasuransikan.
Dengan kata lain, asuransi bukan hanya pelindung, tetapi juga alat finansial untuk memperlancar akses modal.
c. Menyediakan Perlindungan terhadap Gangguan Operasional
Begitu data center beroperasi, risiko tidak berhenti. Justru fase ini penuh tantangan karena terkait dengan downtime.
- Menurut laporan Uptime Institute, rata-rata biaya downtime untuk data center mencapai USD 9.000 per menit.
- Polis Business Interruption Insurance berfungsi sebagai bantalan finansial agar kerugian akibat downtime bisa ditanggung, termasuk penggantian pendapatan yang hilang.
Contoh: pada 2022, sebuah data center besar di AS mengalami gangguan pendingin sehingga menyebabkan layanan ribuan perusahaan fintech terganggu. Klaim asuransi menutup kerugian yang dialami operator dan memberikan kompensasi bagi klien yang terdampak.
d. Meningkatkan Reputasi dan Kepatuhan Regulasi
Industri data center erat dengan isu keamanan data dan kepatuhan regulasi. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kominfo dan OJK menuntut standar keamanan yang ketat, terutama untuk data finansial dan pemerintahan.
- Memiliki asuransi yang mencakup cyber risk dan public liability meningkatkan kepercayaan regulator dan klien.
- Perusahaan penyedia data center yang terlindungi asuransi dapat memposisikan diri sebagai mitra terpercaya di pasar yang sangat kompetitif.
e. Asuransi sebagai Pendukung Ekspansi Bisnis
Perusahaan data center yang ingin memperluas kapasitas atau membangun lokasi baru akan menghadapi risiko baru, termasuk di daerah dengan potensi gempa bumi, banjir, atau keterbatasan infrastruktur.
- Dengan perlindungan asuransi, perusahaan lebih berani mengambil langkah ekspansi.
- Polis terpadu yang disusun oleh broker asuransi dapat menyesuaikan kebutuhan setiap fase proyek, dari konstruksi hingga operasional.
3. Risiko Besar di Industri Data Center
Industri data center adalah tulang punggung transformasi digital Indonesia. Namun, di balik peluang yang besar, terdapat risiko kompleks yang dapat memengaruhi kelangsungan bisnis dan investasi. Berikut beberapa kategori risiko utama yang perlu diperhatikan:
a. Risiko Konstruksi dan Pemasangan Teknologi
Pembangunan data center membutuhkan investasi masif, baik dalam infrastruktur fisik maupun perangkat teknologi berstandar tinggi. Selama proses konstruksi, ada potensi kerugian seperti:
- Kerusakan material bangunan akibat cuaca ekstrem, kebakaran, atau kesalahan teknis.
- Kecelakaan kerja yang bisa menimbulkan klaim hukum.
- Kegagalan pemasangan sistem listrik dan pendingin yang vital untuk data center.
Jika tidak ditangani dengan perlindungan asuransi seperti Engineering All Risks (EAR) atau Erection All Risks (EAR), kerugian ini bisa menelan biaya miliaran rupiah.
b. Risiko Operasional
Setelah beroperasi, risiko tidak berhenti. Data center menghadapi potensi:
- Kebakaran atau ledakan akibat overheat server.
- Gangguan pasokan listrik yang bisa mempengaruhi layanan ratusan perusahaan sekaligus.
- Kerusakan mesin atau perangkat server (hardware failure).
- Downtime yang bisa menimbulkan klaim ganti rugi dari klien karena kehilangan data dan bisnis.
Kasus nyata: tahun 2023, sebuah data center besar di Jakarta mengalami gangguan listrik yang mengakibatkan layanan beberapa platform digital berhenti berjam-jam. Kerugian reputasi dan finansial sangat signifikan.
c. Risiko Teknologi & Siber
Selain risiko fisik, data center juga rawan terhadap serangan siber, termasuk ransomware, hacking, dan kebocoran data. Meskipun perlindungan ini biasanya masuk dalam kategori Cyber Insurance, tetap menjadi bagian integral dari strategi perlindungan data center.
4. Peran Asuransi dalam Mendukung Keamanan Proyek Data Center
Asuransi berfungsi sebagai jaring pengaman finansial yang memastikan proyek data center tidak terhenti karena kejadian tak terduga. Berikut peran strategisnya:
a. Menjamin Kelangsungan Proyek
Dengan polis seperti Engineering All Risks dan Contractor’s All Risks, setiap potensi kerugian material atau kerusakan instalasi selama fase pembangunan ditanggung. Ini mencegah proyek terhenti akibat kendala finansial.
b. Melindungi Nilai Investasi Besar
Dengan pasar yang mencapai $2,5 miliar, setiap investor ingin memastikan modal mereka terlindungi. Property All Risks melindungi aset fisik, sementara Business Interruption Insurance menjamin arus kas tetap berjalan jika terjadi downtime.
c. Meningkatkan Kredibilitas di Mata Klien dan Regulator
Perusahaan penyedia data center yang memiliki perlindungan asuransi lengkap lebih dipercaya oleh klien besar seperti perusahaan fintech, e-commerce, maupun instansi pemerintah. Hal ini juga mendukung kepatuhan terhadap regulasi terkait keamanan data dan perlindungan konsumen.
d. Mendukung Strategi Jangka Panjang
Asuransi bukan hanya soal mitigasi risiko, tapi juga mendukung strategi ekspansi. Perusahaan dapat lebih percaya diri mengambil proyek baru jika perlindungan dasar sudah kuat.
5. Jenis Asuransi yang Relevan untuk Proyek Data Center
Ada beberapa produk asuransi utama yang sebaiknya dimiliki oleh perusahaan data center di Indonesia:
a. Engineering All Risks / Erection All Risks
Memberikan perlindungan dari risiko kerusakan fisik selama pembangunan dan pemasangan peralatan. Contohnya, jika mesin pendingin utama rusak saat instalasi, klaim bisa menutup biaya penggantian.
b. Property All Risks Insurance
Melindungi gedung data center, infrastruktur listrik, pendingin, dan perangkat server dari risiko kebakaran, banjir, gempa bumi, dan bencana alam lain.
c. Machinery Breakdown Insurance
Server dan mesin pendingin (HVAC) adalah jantung data center. Polis ini menanggung biaya perbaikan atau penggantian mesin jika rusak mendadak.
d. Business Interruption Insurance
Jika terjadi downtime akibat kebakaran atau gangguan listrik besar, polis ini mengganti potensi kerugian pendapatan dan biaya tambahan operasional.
e. Cyber Insurance
Melindungi dari risiko serangan siber, pencurian data, dan ransomware. Dengan tren serangan digital meningkat di Indonesia, perlindungan ini semakin krusial.
f. Public Liability Insurance
Menanggung klaim pihak ketiga jika terjadi kecelakaan atau kerugian akibat operasional data center.
g. Surety Bond / Bank Garansi
Mendukung proyek-proyek pembangunan data center agar lebih meyakinkan bagi investor, kontraktor, dan regulator.
6. Rekomendasi Strategi Asuransi untuk Perusahaan Data Center
Untuk memastikan perlindungan maksimal, perusahaan data center sebaiknya mengikuti tahapan strategi berikut:
- Tahap Perencanaan dan Konstruksi
- Lakukan risk assessment menyeluruh sebelum pembangunan dimulai.
- Gunakan polis Engineering All Risks dan Erection All Risks.
- Pastikan kontraktor dan subkontraktor juga memiliki perlindungan yang memadai.
b. Tahap Operasional
- Terapkan kombinasi Property All Risks, Machinery Breakdown, dan Business Interruption Insurance.
- Pastikan nilai pertanggungan sesuai dengan nilai pasar terbaru, bukan hanya harga perolehan awal.
c. Tahap Pengelolaan dan Ekspansi
- Lakukan audit polis setiap 6 bulan untuk menyesuaikan dengan kapasitas data center yang berkembang.
- Pertimbangkan paket polis terpadu (integrated insurance program) agar manajemen risiko lebih efisien.
d. Tahap Perlindungan Reputasi dan Kepatuhan
- Tambahkan Cyber Insurance untuk memperkuat kepercayaan klien, terutama sektor finansial dan pemerintah.
- Pastikan semua kontrak kerja sama dengan klien mencantumkan klausul asuransi yang memadai.
e. Tahap Diversifikasi dan Ekspansi Pasar
Dengan meningkatnya investasi asing, data center di Indonesia harus bersiap menghadapi standar global. Memiliki portofolio asuransi lengkap akan membantu bersaing dengan pemain regional seperti Singapura dan Malaysia.
Kesimpulan
Pasar data center Indonesia kini bernilai sekitar USD 2,5 miliar, dan tren ke depan menunjukkan pertumbuhan eksponensial. Investasi ini membawa peluang besar bagi Indonesia untuk menjadi pusat digital Asia Tenggara.
Namun, peluang besar selalu beriringan dengan risiko tinggi. Mulai dari konstruksi, instalasi, hingga operasional, setiap tahapan memiliki potensi kerugian besar. Asuransi hadir bukan sekadar syarat kontrak, melainkan kunci menjaga kelangsungan bisnis dan melindungi investasi.
👉 L&G Insurance Brokers siap menjadi mitra strategis Anda. Dengan pengalaman panjang dalam menangani proyek besar, kami dapat membantu menyiapkan perlindungan menyeluruh—dari Engineering All Risks, Marine Cargo, Property All Risks, Business Interruption, Liability, hingga Cyber Insurance. Hubungi kami sekarang, pastikan investasi data center Anda aman dan masa depan digital Indonesia berjalan tanpa hambatan.
JANGAN BUANG WAKTU ANDA DAN AMANKAN FINANCIAL DAN BISNIS ANDA DENGAN ASURANSI YANG TEPAT.
HOTLINE L&G 24 JAM: 0811-8507-773 (PANGGILAN – WHATSAPP – SMS)
Website: lngrisk.co.id
Email: halo@lngrisk.co.id