Liga Asuransi – Transformasi digital secara cepat telah mengganggu sejumlah bisnis di pasar horizontal dan vertikal, mencakup model B2B / Business to Business maupun B2C / Business to Consumen. Berbagai jenis industri pun mau tidak mau melakukan perubahan yang cukup signifikan sebagai bentuk upaya untuk mengikuti perkembangan transformasi digital yang tidak mungkin bisa dibendung, tetapi saat ini belum ada gebrakan yang cukup berarti di industri asuransi seperti yang telah dialami industri transportasi dengan adanya Gojek, Grab, dan kawan-kawannya.
Meskipun belum begitu semarak, saat ini pun mulai muncul sejumlah startup InsurTech dengan banyak menggunakan teknologi terbaru, mulai dari kecerdasan buatan / Artificial Intelligent (AI) dan Internet of Things (IoT) untuk menawarkan wawasan data yang lebih mendalam serta kecepatan dan efisiensi layanan yang lebih tinggi untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan yang tentunya terus berubah dengan cepat, sehingga mendasari beberapa pelaku startup mulai melirik InsurTech untuk dikembangkan.
Bagaimana Perusahaan Insurtech Mengubah Industri Asuransi dan Bidang Asuransi Mana yang Paling Terpengaruh?
Startup Insurtech berkembang dengan cepat dan menerapkan segala metode digital untuk lebih mudah mengidentifikasi dan memanfaatkan kelemahan dari perusahaan asuransi tradisional khususnya di bidang asuransi mobil, asuransi kesehatan, asuransi perjalanan, asuransi jiwa, dan asuransi rumah. Akibatnya seluruh industri asuransi seolah-olah mulai instrospeksi diri terhadap kelemahan masing-masing dan mulai menjajaki peluang inovatif dengan menggunakan teknologi yang baru.
Perusahaan asuransi terus menerus mendapatkan tekanan untuk mengikuti model bisnis dan teknologi baru yang sedang berkembang yang saat ini menjadi daya tarik para komunitas startup. Meskipun secara keseluruhan proses asuransi tetap bermuara kepada perusahaan asuransi, tapi dengan adanya perubahan ini InsurTech lama kelamaan mampu mengubah proses yang saat ini berada di tangan perusahaan asuransi menjadi lebih cepat, otomatis, dan berbasis data untuk menentukan tarif dan memberikan layanan. Saat ini pun para calon pelanggan asuransi sudah sangat terbantukan dengan adanya model InsurTech yang mampu menyederhanakan proses pembelian asuransi mobil, dimana sebelumnya harus ada tatap muka, dan mengisi blangko formulir, tapi sekarang cukup dilakukan dari segenggam smartphone, perhitungan polis langsung dikirim via email, pembayaran polis langsung dari mobile banking atau bisa dengan sistem blockchain, kemudian polis bisa langsung terbit dan aktif, Simple dan Cepat. Itulah yang sebenarnya diharapkan oleh para pelanggan asuransi. Yang jelas, dengan adanya InsurTech yang sangat cepat berkembang ini, mampu mengubah pandangan masyarakat terhadap asuransi yang tadinya memandang asuransi sebagai sesuatu yang bertele-tele dan susah, menjadi sesuati yang mudah dan merasa dibutuhkan.
Transformasi digital bukan hanya sekedar mengadopsi teknologi yang baru saja, tetapi juga harus sejalan dengan prinsip-prinsip InsurTech yang menekankan ketangkasan, investasi teknologi jangka panjang, personalisasi, kustomisasi, dan layanan inovatif, dan menggunakan platform pendukung yang dinamis sehingga bisa dengan mudah berkembang untuk menyesuaikan kebutuhan pasar.
Apa Arti Transformasi Digital untuk Praktik Asuransi Tradisional?
Asuransi Kendaraan Bermotor, Asuransi Properti, Asuransi Jiwa dan Kesehatan selalu menjadi industri yang diatur dengan ketat di mana proses aplikasi yang masih kuno, inkonsistensi penjaminan emisi, dan waktu tunggu keputusan yang lama telah membuat pelanggan memiliki persepsi yang sangat buruk terhadap asuransi. Hal ini bisa menyebabkan hubungan antara konsumen dengan perusahaan asuransi menjadi kurang baik. Terkadang hubungan antara perusahaan asuransi dan konsumen dibangun dengan cara-cara yang sporadis dan akibatnya tidak mampu membangun hubungan jangka panjang yang terus berkelanjutan. Pada akhirnya konsumen hanya sadar terhadap asuransi hanya setahun sekali saja ketika mereka harus memperpanjang polis. Dan ironisnya, mereka tidak mengerti secara detil apa yang menjadi cakupan yang diberikan oleh asuransi yang mereka beli. Mereka hanya mendapatkan penjelasan yang kurang lengkap dari tenaga pemasar.
Selain itu masih banyak terjadi penawaran asuransi yang dilakukan dengan telepon langsung ke calon pelanggan tanpa mengetahui apakah calon pelanggan tersebut butuh atau tidak, waktunya tepat atau tidak, dengan iming-iming “Promo ini hanya berlaku saat ini saja yaitu ketika telepon ini saja”. Inilah yang justru bisa menjadi bumerang bagi perusahaan asuransi itu sendiri. Tentunya calon pelanggan akan memerlukan waktu untuk berpikir plus minus nya asuransi yang ditawarkan bukan harus mengambil keputusan beli asuransi yang hanya dalam waktu singkat.
Sebuah riset konsumen yang dilakukan oleh Ernst & Young LLP (EY) mengidentifikasi banyak masalah kepercayaan dan komunikasi, yang diuraikan dalam Survei Asuransi Konsumen Global EY, menyoroti tingkat perputaran yang tinggi dan hubungan konsumen yang buruk dengan perusahaan asuransi. Hanya 14 persen konsumen menunjukkan bahwa mereka sangat puas dengan komunikasi yang diterima dari perusahaan asuransi. 44 persen lainnya menyatakan bahwa mereka tidak berinteraksi dengan perusahaan asuransi mereka dalam 18 bulan sebelumnya. Satu temuan kunci dari survei ini mencerminkan lonjakan InsurTech: 80 persen konsumen bersedia menggunakan opsi saluran digital dan jarak jauh untuk berbagai tugas dan transaksi. Teknologi digital,dengan jangkauan yang luas dan adopsi yang siap oleh konsumen yang lebih muda (dan semakin banyak oleh konsumen yang lebih tua) menawarkan saluran yang kuat untuk memberikan layanan sesuai permintaan sambil meningkatkan komunikasi dengan perusahaan asuransi dan membangun kepercayaan.
Oleh karena itu, transformasi digital bukan hanya sekedar memanfaatkan teknologi terbaru yang serba digital, tetapi juga bagaimana menggunakan data untuk membangun hubungan yang lebih baik antara pelanggan dengan perusahaan asuransi.
Di Mana Teknologi Mampu Mengganggu Industri Asuransi?
InsurTech membentuk kembali bagaimana pelayanan asuransi yang terstruktur dan tren ini kemungkinan akan berlanjut terus karena kebutuhan konsumen yang kian hari semakin kompleks. Sebagian besar perusahaan asuransi yakin bahwa dengan hanya menggunakan teknologi baru sudah cukup untuk menghadapi perkembangan Startup InsurTech, tapi itu semua tidaklah cukup. Fokus pada peningkatan kualitas personalisasi, model bisnis yang tepat, dan peningkatan efisiensi layanan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan adalah yang terpenting. Dengan analisa data yang tepat, biaya asuransi juga bisa diturunkan seiring dengan berkembangnya cara-cara baru dalam berbisnis – McKinsey menyatakan, bahwa ke depannya, perusahaan asuransi akan memainkan lebih banyak peran penghindaran risiko, dibandingkan dengan mitigator risiko.
L&G Risk sebagai salah satu perusahaan broker asuransi di Indonesia juga akhirnya turut dalam mengembangkan sebuah sistem yang tentunya bertujuan untuk menyederhanakan proses yang terjadi didalam penerbitan polis dan memberikan solusi yang lebih luas terhadap nasabah asuransi di Indonesia.
Jika anda tertarik dengan tulisan ini, silahkan di share kepada rekan-rekan anda agar mereka juga paham seperti anda.
Jika Anda ingin memberikan komentar silahkan tulis di kolom di bawah ini.