Liga Asuransi – Sidang pembaca yang luar biasa apa kabar? Meski libur Natal dan Tahun Baru masih beberapa hari lagi tapi gairah bisnis sudah terasa berkurang. Hal ini juga terlihat dari organic traffic dari pengunjung website kami dan juga website industry lainnya yang juga turun cukup tajam.
Dalam suasana bisnis yang sedang reda seperti ini mungkin saat yang tepat bagi kita untuk stop and think untuk meninjau perjalanan bisnis selama tahun 2021 ini dan menerawang masa depan tentang akan seperti apa kondisi bisnis di tahun 2022.
Bagi kami sebagai salah satu perusahaan broker asuransi di Indonesia, tahun 2021 masih masuk dalam tahun yang penuh dengan perjuangan. Ketika di awal tahun kami memulainya dengan penuh optimisme karena angka-angka selama kuartal 1 pendapatan sudah mulai menanjak, akan tetapi mulai di pertengahan tahun bisnis kembali merosot karena merebaknya COVID varian Delta.
Tapi Alhamdulilah mulai September bisnis kembali bergairah setelah kami mulai mengubah strategi dengan memaksimalkan digital marketing dan mengubah target market. Alhasil diperkirakan hingga akhir tahun ini nanti pendapatan meningkat sekitar 20% dibandingkan dengan tahun lalu.
Semoga bisnis Anda juga mengalami pertumbuhan yang bagus atau mungkin lebih bagus.
Seperti apa kondisi ekonomi dan bisnis di tahun 2022?
Dengan melihat pencapaian di tahun 2021 yang menunjukkan adanya pertumbuhan maka kita boleh berharap hal yang sama juga akan terjadi di tahun depan.
Untuk mengetahui seperti apa gambaran kondisi ekonomi Indonesia di tahun 2022, berikut ini kami tuliskan laporan dari Bank Indonesia, Institute For Development of Economics and Finance (Indef), Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB), The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD).
Semoga tulisan ini bermanfaat, jika Anda tertarik dengan tulisan ini silahkan dibagikan kepada rekan-rekan Anda agar mereka juga paham seperti Anda.
- Bank Indonesia
Menurut laporan yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia (BI) yang memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 akan mencapai 4,7-5,5% naik dari 3,2-4,0% pada tahun 2021, atau meningkat 100% dari pertumbuhan tahun 2021.
Peningkatan ini didorong oleh berlanjutnya perbaikan ekonomi global yang berdampak pada kinerja ekspor Indonesia yang tetap kuat, serta meningkatnya permintaan domestik dari kenaikan konsumsi dan investasi.
Hal ini didukung kesuksesan program vaksinasi, pembukaan sektor ekonomi, dan stimulus kebijakan. “Sinergi kebijakan yang erat dan kinerja perekonomian tahun 2021 menjadi modal untuk semakin bangkit dan optimis akan pemulihan ekonomi Indonesia yang lebih baik pada tahun 2022.
Penguatan sinergi dan inovasi ditujukan untuk menciptakan imunitas massal dari pandemi Covid-19 dan pembukaan kembali sektor ekonomi prioritas, mendorong pemulihan ekonomi dalam jangka pendek melalui kebijakan peningkatan permintaan, serta memperkuat pertumbuhan yang lebih tinggi dalam jangka menengah melalui kebijakan reformasi struktural.
Respons bauran kebijakan BI yang bersinergi dengan kebijakan ekonomi nasional akan terus mengawal perekonomian pada tahun 2022. Inflasi rendah dan terkendali pada sasaran 3±1% pada tahun 2022, didukung oleh kenaikan kapasitas produksi nasional melalui peningkatan efisiensi dan
produktivitas dalam memenuhi kenaikan permintaan agregat di dalam perekonomian. Defisit transaksi berjalan rendah, pada kisaran 1,1-1,9% pada 2022. Stabilitas sistem keuangan terjaga, kecukupan modal tinggi, dan likuiditas melimpah. Dana Pihak Ketiga dan kredit akan tumbuh 7,0-9,0% dan 6,0-8,0% pada 2022.
Ekonomi-keuangan digital akan meningkat pesat. Pada tahun 2022, nilai transaksi e-commerce diprakirakan akan mencapai Rp530 triliun, uang elektronik Rp337 triliun, dan digital banking lebih Rp48 ribu triliun.
- Institute For Development of Economics and Finance (Indef)
Seperti yang dilansir oleh Bisnis.com beberapa waktu lalu Institute For Development of Economics and Finance (Indef) memproyeksikan tingkat pertumbuhan ekonomi 2022 sebesar 4,3 persen secara tahunan (year-on-year/yoy). Ramalan Indef itu lebih rendah dari proyeksi yang ditetapkan oleh pemerintah di angka 5 hingga 5,5 persen.
Direktur Riset Indef Berly Martawardaya mengatakan proyeksi itu berasal dari dampak eksternal dari berlanjutnya pemulihan ekonomi di negara-negara maju yang berpotensi sulit untuk diantisipasi oleh pemerintah tahun depan.
Padahal, kata Berly, kecepatan untuk meredam efek samping dari kebijakan stabilisasi negara-negara maju bakal menjadi penentu utama keberhasilan mencapai target pertumbuhan ekonomi tahun depan. “Salah satu tantangan utama mencapai target pertumbuhan ekonomi pada 2022 adalah terjadinya kenaikan harga energi global.
Minyak bumi yang menjadi salah satu bahan baku energi utama dunia mengalami kenaikan harga seiring pemulihan ekonomi global yang dimotori oleh negara-negara maju.
- Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB)
Seperti yang dimuat di KOMPAS.com Bank Pembangunan Asia (Asian Development Bank/ADB) menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2022.
Dalam laporan terbaru bertajuk Asian Development Outlook Supplement – September 2021, lembaga ini merevisi pertumbuhan ekonomi menjadi 4,8 persen tahun 2022. Angka ini menurun dibanding proyeksi ADB pada bulan April yang mencapai 5 persen.
“Untuk tahun 2022 mungkin perlambatan ini berlanjut sehingga proyeksi pertumbuhan 2022 di 4,8 persen. Tapi kami akan terus memantau dan menghasilkan analisis baru setiap tahunnya,” kata Senior Country Economist ADB, Henry Ma dalam ADB Outlook Update secara virtual, Rabu (22/9/2021).
Padahal tahun ini, lembaga internasional sebelumnya sepakat menjadi tahun pemulihan ekonomi. Lantaran ada perlambatan pemulihan ekonomi, ADB turut merevisi pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2021 menjadi 3,5 persen dari proyeksi 4,1 persen di bulan Juli dan 4,5 persen di bulan April.
Henry menuturkan, masih ada potensi varian baru Covid-19 lainnya yang bermutasi sehingga pemulihan ekonomi dipenuhi ketidakpastian. Pemulihan ekonomi ini bahkan tidak merata (uneven recovery) di beberapa negara dunia.
- The Organisation for Economic Co-operation and Development (OECD)
Ringkasan Prakiraan Ekonomi (Desember 2021)
Pemulihan Indonesia telah tertunda oleh pembatasan dan ketidakpastian baru karena varian Delta COVID-19 menyebar dengan cepat.
Pertumbuhan pada tahun 2021 diproyeksikan relatif sederhana pada 3,3%, tetapi akan rebound pada tahun 2022 dan 2023 menjadi di atas 5% karena situasi kesehatan normalisasi memungkinkan permintaan konsumen dan kepercayaan investor untuk kembali.
Ekspektasi inflasi tetap terjaga dengan baik dan pass-through harga global yang lebih tinggi ke dalam harga konsumen diperkirakan akan terbatas. Keterlambatan dalam mengamankan vaksin dan memvaksinasi populasi yang memenuhi syarat akan berisiko krisis kesehatan lebih lanjut, memperlambat pemulihan dan menempatkan kebijakan di bawah tekanan.
Dengan melihat hasil laporan dan analisa dari lembaga-lembaga yang kredibel seperti di atas dimana hampir semuanya memperkirakan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 diatas 4,7%. Dua kali lebih tinggi dari pertumbuhan tahun 2021.
Angka pertumbuhan ekonomi tahun 2022 ini memberikan semangat dan harapan besar bagi kita untuk bisa kembali ke jalur bisnis yang normal. Ini kesempatan baik untuk memperbaiki segala kerusakan, kehilangan dan kesalahan yang tak dapat terelakkan akibat dampak dari wabah COVID-19 yang terjadi selama dua tahun.
Terima kasih atas dukungannya selama tahun 2021 dan mari kita lanjutkan perjuangan di tahun 2022.