Industri Pertambangan

Prediksi Peluang Bisnis Nikel di Tahun 2022 seperti apa?

Liga Asuransi – Sidang pembaca yang luar biasa, apa kabar? Tulisan ini disusun tepat pada tanggal 31 Desember 2021. Di hari paling akhir di tahun 2021.

Kita perlu bersyukur bahwa kita mampu melewati tahun 2021 yang penuh dengan ketidakpastian akibat dari lanjutan wabah COVID-19.

Dari perkembangan yang ada, wabah COVID-19 rasanya sudah mulai terkendali. Semoga demikian adanya sehingga kita kembali bisa melanjutkan pengembangan bisnis di tahun 2022 dan seterusnya.

Kali ini kami ingin meninjau prospek usaha nikel di Indonesia. Seperti yang sudah kita ketahui bahwa selama beberapa tahun terakhir industri nikel mengalami perkembangan pesat akibat dari peningkatan permintaan dunia.

Nikel muncul menjadi primadona industri pertambangan karena harga nikel meningkat tajam sehubungan dengan perubahan besar yang terjadi di industri otomotif dari kendaraan konvensional yang digerakkan dengan tenaga mesin menjadi kendaraan listrik atau yang disebut dengan Electric Vehicle (EV). Dimana untuk penyimpanan listrik pada kendaraaan EV diperlukan alat penyimpanan listrik yang terbuat dari nikel.

Indonesia adalah negara produsen nikel terbesar di dunia.

Untuk mengetahui seperti apa prospek industri nikel di tahun 2022, berikut ini kami tuliskan beberapa berita yang dimuat di media online beberapa waktu lalu. Jika Anda tertarik dengan informasi ini, silahkan dibagikan kepada rekan-rekan Anda agar mereka juga paham seperti Anda.

CNBC Indonesia:   2021 Harga Nikel Naik 22%, 2022 Kayaknya Nggak Lanjut…

Tahun depan harga nikel dunia diperkirakan melemah seiring dengan pemulihan produksi. Harga nikel mengalami konsolidasi setelah mencapai rekor harga tertinggi pada Oktober. Konsolidasi diperkirakan akan bertahan hingga tahun depan.

Dari sisi konsumsi, permintaan dari China untuk pabrik baja anti karat (stainless steel) akan mulai melemah. Sebelumnya permintaan dari sektor ini melesat pada tahun 2021 dan turut menopang kenaikan harga nikel global.

Namun, sinyal perlambatan mulai muncul dari PMI manufaktur, produksi industri, dan aktivitas konstruksi perumahan yang lesu.

Sektor energi hijau pun masih belum bisa berkontribusi besar terhadap konsumsi nikel dunia. Pada tahun 2020 diperkirakan permintaan nikel untuk pembuatan batera kendaraan listrik hanya 5% dari keseluruhan konsumsi nikel dunia.

Di sisi penawaran, produksi nikel rafinasi akan meningkat selama paruh pertama tahun 2022 di ekspor nikel utama termasuk Indonesia dan Filipina seiring dengan pelonggaran pembatasan aktivitas yang ketat dalam upaya memerangi penyebaran COVID-19.

Chen Ruirui, analis Antaike, memperkirakan neraca pasokan nikel akan surplus 45.000 ton tahun 2022.  Surplus pasokan didorong oleh nikel berkalori rendah Nickel Pig Iron (NPI) yang diproduksi oleh Indonesia, produsen nikel terbesar dunia. Global Palladium Fund memperkirakan surplus nikel global sebesar 59.000 ton pada tahun 2022.

Fitch Solution Country Risk & Industry Research memproyeksi harga nikel dunia tahun depan akan berada di kisaran US$ 17.000/ton. Sedangkan konsensus yang dihimpun Bloomberg memprediksi harga nikel akan berada di level US$ 19.000/ton. Saat ini (24/12/2021) harga nikel di bursa logam London (LME) berada di level di US$ 20.045/ton.

KONTAN.CO.ID Aneka Tambang (ANTM) Optimistis Bisnis Emas dan Nikel Masih Prospektif di Tahun 2022

PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) masih optimistis terhadap dua komoditas andalannya, yakni nikel dan emas. 

Sekretaris Perusahaan Aneka Tambang Yulan Kustiyan mengatakan, pihaknya optimistis prospek bisnis nikel akan tetap positif, baik di akhir tahun ini maupun di tahun 2022 mendatang. Optimisme ini tercermin dari kinerja komoditas nikel ANTM hingga kuartal ketiga 2021.

Tahun ini, ANTM berfokus dalam pengembangan pasar domestik bijih nikel seiring dengan outlook pertumbuhan industri pengolahan nikel di dalam negeri dengan tetap mengedepankan aspek konservasi cadangan dan sumberdaya bijih nikel.

Sebagai gambaran, nikel menjadi salah satu penopang kinerja ANTM. Segmen feronikel mencatatkan penjualan sebesar Rp 4,34 triliun atau 16% dari total pendapatan bersih. Pendapatan dari segmen feronikel naik 33,03% dari realisasi di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 3,26 triliun.

Sedangkan segmen bijih nikel mencatatkan pendapatan senilai Rp 3,25 triliun atau 12% dari total pendapatan bersih ANTM. Pendapatan dari komoditas ini melejit 390,48% dari realisasi per akhir kuartal III-2020 yang hanya Rp 663,07 miliar.

Yulan juga meyakini prospek komoditas emas masih cukup menjanjikan. 

“Di tengah kekhawatiran atas munculnya varian baru Covid-19, emas sebagai salah satu instrumen investasi yang bersifat safe haven akan kembali menjadi pilihan masyarakat,” terang Yulan kepada Kontan.co.id, Rabu (15/12).

ANTM optimistis, melalui inovasi sistem penjualan berbasis online serta variasi produk yang ditawarkan, akan meningkatkan nilai tambah produk-produk logam mulia. 

ANTM juga berfokus untuk mengoptimalkan tingkat penjualan emas, seiring dengan pertumbuhan apresiasi masyarakat untuk berinvestasi produk Logam Mulia.

Adapun penjualan produk emas menjadi kontributor terbesar terhadap total penjualan bersih Aneka Tambang per akhir September 2021, yakni sebesar Rp 17,67 triliun atau 67% dari total pendapatan. Pendapatan dari segmen emas naik 36,11% dari penjualan emas di periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 12,98 triliun.

WARTAKOTALIVE.COM Mengintip Peluang Bisnis Nikel di 2022 

Peluang bisnis nikel ke depan di 2022 dinilai cukup menjanjikan, disebabkan oleh tingginya permintaan bijih nikel di pasar domestik. 

Di mana hal ini juga didukung oleh pemerintah yang akan mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik melalui holding BUMN baterai Indonesia, hasil kerja sama dengan produsen mobil listrik yaitu LG Chem dan CATL. 

Karena itu, Direktur Utama PT PAM Mineral Tbk (NICL) Ruddy Tjanaka memperkirakan pada 2022, permintaan nikel akan melebihi pasokan atau supply yang ada. 

“Potensi besar untuk bertumbuh. Mengingat, saat ini baru sebagian kecil dari area yang sudah dieksploitasi,” ujarnya, Kamis (15/7/2021). 

Seperti diketahui, pabrik baterai mobil listrik milik PT Industri Baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC) dan Konsorsium LG serta CATL untuk mobil listrik akan mulai melakukan peletakan batu pertama atau groundbreaking akhir Juli 2021. 

Selanjutnya, pabrik baterai tersebut diharapkan akan mulai beroperasi pada 2023, di mana nikel dengan kadar rendah banyak dibutuhkan untuk kebutuhan campuran dengan jenis logam kobalt sebagai bahan baku untuk baterai. 

Lebih lanjut, Ruddy menjelaskan, jumlah pasokan nikel terbatas saat ini dengan permintaan bijih nikel semakin meningkat, terutama dari industri kendaraan listrik. 

Sementara, market share untuk kendaran listrik diproyeksikan meningkat dari 2,5 persen pada 2019 menjadi 10 persen pada 2025. 

Kemudian, market share untuk industri kendaraan listrik diprediksikan akan kembali meningkat menjadi 28 persen di 2030 dan 58 persen di 2040. 

Dia menambahkan, pada 2019, total konsumsi nikel untuk bahan baku baterai baru mencapai 7 persen dari total keseluruhan global. 

Dari data itu, perusahaan melihat satu peluang menjanjikan pada pertambangan nikel berkadar rendah, sejalan dengan pertumbuhan kebutuhan baterai untuk bahan bakar kendaraan listrik. 

Di sisi lain, permintaan bijih nikel berkadar tinggi juga terus mengalami peningkatan, terutama karena adanya industri pengolahan atau smelter yang ada. 

“Adanya industri baterai nasional seiring tumbuhnya smelter dengan teknologi hidrometalurgi akan meningkatkan kinerja dengan diserapnya nikel kadar rendah perusahaan. Ini yang kita harapkan bersama,” pungkas Ruddy. (Yanuar Riezqi Yovanda)

Resiko Industri Nikel

Industri nikel termasuk industri dengan investasi besar sehingga tidak banyak perusahaan yang mampu untuk berinvestasi di industri ini.

Selain nilai investasinya yang besar, resikonya juga besar. Ada resiko penambangan dengan menggunakan alat berat dan dump truck dalam jumlah besar, rawan terjadi kecelakaan, tabrakan dan karena resiko alam seperti tanah longsor dan banjir.

Resiko pengangkutan hasil tambang nikel yang biasanya menggunakan dump truck, kapal tongkang ataupun LCT yang sering kandas atau karam.

Sementara resiko untuk alat pemrosesan nikel atau smelter adalah resiko terjadinya kerusakan atas bangunan pabrik, mesin smelter dan tanur, serta sarana pembangkit listrik.

Untuk mengatasi semua resiko tersebut adalah dengan memastikan bahwa semua asset yang berkaitan dengan industri tambang diasuransikan.

Jenis-jenis asuransi yang dibutuhkan untuk industri nikel antara lain, Motor Vehicle Insurance, Heavy Equipment Insurance, Construction Plant and Equipment Insurance, Industrial All Risks, Machinery Breakdown, Marine Cargo Insurance dan lain-lain.

Cara terbaik untuk mengurus asuransi untuk industri nikel adalah dengan menggunakan jasa perusahaan broker asuransi. Broker asuransi adalah ahli asuransi yang sekaligus sebagai konsultan asuransi.

Broker asuransi bekerja untuk Anda sebagai tertanggung untuk merancang program asuransi yang sesuai dengan kebutuhan, menempatkan ke perusahaan asuransi yang punya reputasi baik serta membantu penyelesaian klaim jika terjadi.

Salah satu perusahaan broker asuransi yang terkemuka di Indonesia adalah L&G Insurance Broker yang sudah berpengalaman di dalam menangani berbagai industri termasuk industri pertambangan.

Untuk semua kebutuhan asuransi Anda hubungi L&G sekarang juga!

Mencari Produk Asuransi? Hubungi Kami Sekarang Juga

HOTLINE L&G 24JAM: 0811-8507-773 (Call – Whatsapp – SMS)

website: lngrisk.co.id

E-mail: customer.support@lngrisk.co.id

Kenapa Broker Asuransi sering juga disebut sebagai Advocate asuransi?

To Top
L&G Risk Registered by Otoritas Jasa Keuangan KEP-667/KM.10/2012
Butuh perlindungan segera?
Chat kami di WhatsApp untuk solusi asuransi yang cepat dan mudah!
Butuh perlindungan segera?
Chat kami di WhatsApp untuk solusi asuransi yang cepat dan mudah!
OJK Registered KEP-667/KM.10/2012