Liga Asuransi – Industri asuransi Indonesia kembali menjadi sorotan dengan beragam perkembangan penting di awal tahun 2025. Dari gelaran akbar Indonesia Insurance Summit 2025 yang diyakini menjadi tonggak transformasi industri, hingga dinamika asuransi syariah yang mencatat kerugian ratusan miliar rupiah—semuanya menunjukkan bahwa sektor ini tengah bergerak menuju fase baru yang penuh tantangan sekaligus peluang. Artikel ini merangkum 7 berita asuransi terupdate dan terlengkap yang wajib disimak oleh para pelaku industri, profesional keuangan, hingga masyarakat yang peduli terhadap perlindungan risiko di era modern.
Industri Asuransi Siap Bangkit! Indonesia Insurance Summit 2025 Jadi Titik Balik Transformasi Besar!
Ketua Umum Dewan Asuransi Indonesia (DAI), Yulius Bhayangkara, menyatakan keyakinannya bahwa masa depan industri asuransi Indonesia sangat menjanjikan. Menurutnya, sektor ini tengah berada dalam fase pemulihan dan kebangkitan yang penting untuk diperkuat.
Sebagai bentuk optimisme tersebut, DAI bersama seluruh asosiasi perasuransian kembali menggelar Indonesia Insurance Summit (IIS) 2025, sebuah forum nasional yang bertujuan memperkuat kolaborasi lintas sektor di industri ini.
Adapun asosiasi yang tergabung dalam DAI dan berperan dalam kegiatan ini meliputi:
- Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI)
- Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI)
- Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI)
- Asosiasi Perusahaan Pialang Asuransi dan Reasuransi Indonesia (APPARINDO)
- Asosiasi Penilai Kerugian Asuransi Indonesia (APKAI)
Untuk tahun ini, AAJI dipercaya menjadi koordinator penyelenggara dengan mengangkat tema:
“Reimagining the Future of Insurance: Innovation for a Sustainable Future”.
Yulius menjelaskan bahwa IIS 2025 dirancang menjadi wadah strategis untuk mendorong transformasi digital, memperkuat inovasi berkelanjutan, serta menciptakan sinergi antarpelaku industri agar semakin kompetitif dan adaptif menghadapi tantangan masa depan.
Ia juga menilai bahwa pelaksanaan IIS tahun ini berada pada momentum yang tepat, mengingat industri asuransi nasional sedang berbenah dan bangkit, baik dari aspek produk, layanan, tata kelola, maupun penguatan regulasi.
Yulius turut menyampaikan apresiasi kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK) atas dukungan serta arahan yang diberikan untuk menyukseskan acara berskala nasional ini.
Ia menutup dengan harapan:
“Melalui IIS 2025, kami ingin mendorong industri asuransi nasional agar semakin kuat dalam tata kelola, luas dalam perlindungan, dan besar kontribusinya terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia.”
Makan Gratis Dapat Asuransi? Program Andalan Prabowo-Gibran Dilirik Industri Asuransi!
Badan Gizi Nasional (BGN) tengah merancang integrasi asuransi dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG)—program prioritas dari pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Langkah ini mendapat dukungan awal dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), yang telah memberi sinyal positif agar industri asuransi ikut terlibat.
Namun, karena masih dalam tahap perencanaan awal, asosiasi-asosiasi asuransi di Indonesia belum bisa menyampaikan sikap resmi. Mereka masih terus menjalin komunikasi aktif dengan berbagai pihak—mulai dari regulator keuangan, pemerintah, hingga para pelaku industri untuk membahas skema perlindungan yang ideal.
Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), Togar Pasaribu, menegaskan bahwa saat ini pihaknya belum dapat memberikan banyak keterangan. Ia menyebut pembahasan masih berfokus pada perumusan skema risiko dan sumber pendanaan yang tepat.
“Maaf, kami belum bisa menjawab secara detail soal asuransi untuk MBG karena skemanya masih dalam tahap awal diskusi. Termasuk sumber dana dan jenis risiko yang akan dijamin, semuanya masih dikaji,” ujar Togar kepada Media Asuransi, Jumat (23/5/2025).
Sebelumnya, Ogi Prastomiyono, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, mendorong agar industri asuransi nasional mendukung penuh program-program strategis pemerintah—termasuk MBG.
“Saat ini asosiasi seperti AAJI dan AAUI sedang menyiapkan proposal awal mengenai bagaimana sektor asuransi dapat terlibat langsung dalam mendukung program pemerintah, salah satunya program MBG,” jelas Ogi.
Source: https://mediaasuransinews.co.id/asuransi/wacana-asuransi-di-program-mbg-begini-respons-aaji/
Potensi Asuransi Indonesia Besar, Tapi Masih Tertidur! OJK Serius Bangkitkan Industri Lewat Strategi Besar Ini!
Ogi Prastomiyono, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, menegaskan bahwa industri asuransi Indonesia memiliki potensi luar biasa. Namun, sejauh ini, kontribusi nyata produk asuransi dalam negeri masih jauh dari harapan.
Melihat kondisi tersebut, OJK semakin terdorong untuk memperkuat komitmen dalam membangun sektor asuransi nasional yang lebih sehat, tangguh, dan berdaya saing tinggi.
“Kami terus menggulirkan berbagai langkah strategis untuk mendorong transformasi industri asuransi ke arah yang lebih positif,” ujar Ogi dalam konferensi pers, Kamis (22/5/2025).
Upaya ini mencakup penguatan fondasi sektor keuangan, termasuk peningkatan permodalan, tata kelola yang lebih baik, penguatan manajemen risiko, serta pengembangan sumber daya manusia dan ekosistem produk asuransi.
Ogi juga menekankan bahwa transformasi digital tidak bisa dilakukan oleh OJK sendirian, melainkan membutuhkan sinergi seluruh pemangku kepentingan.
Dalam konteks ini, penyelenggaraan forum seperti Indonesia Insurance Summit (IIS) 2025 menjadi sangat penting. Ajang ini dapat menjadi ruang kolaborasi antara pelaku industri, regulator, dan asosiasi dalam menjawab tantangan dan menggali peluang yang ada di sektor asuransi.
“Melalui IIS 2025, kami berharap industri asuransi bisa memberikan kontribusi nyata, bukan sekadar pelengkap, melainkan menjadi bagian utama dari perekonomian nasional,” tutup Ogi.
Untung Besar! Laba Jasindo Melejit 68% di Awal 2025, Unit Asuransi Ini Tumbuh Fantastis hingga 400% Lebih!
Perusahaan asuransi milik negara, PT Asuransi Jasa Indonesia (Jasindo), sukses membukukan laba sebesar Rp67,81 miliar hingga April 2025, meningkat tajam 68,34% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Sekretaris Perusahaan Jasindo, Brellian Gema, menyebut pertumbuhan laba ini ditopang oleh kinerja positif dari hasil underwriting yang melonjak 36,12% YoY, dari Rp100,15 miliar menjadi Rp136,32 miliar. Tak hanya itu, pendapatan dari investasi juga ikut tumbuh sebesar 30,30%, dari Rp62,07 miliar menjadi Rp80,88 miliar.
“Kami menerapkan strategi yang berfokus pada pertumbuhan yang sehat dan adaptif terhadap dinamika pasar sepanjang tahun ini,” ujar Brellian dalam pernyataan tertulis, Rabu (21/5/2025).
Pendapatan premi Jasindo juga menunjukkan kenaikan sebesar 8,09%, dari Rp1,03 triliun menjadi Rp1,11 triliun per April 2025.
Pertumbuhan premi ini ditopang oleh performa sejumlah lini bisnis unggulan, di antaranya:
- Engineering melonjak 419,09%
- Personal Accident naik 160,52%
- Energy (Onshore) tumbuh 53,25%
- Cargo meningkat 48,61%
- Property naik 33,69%
- Liability juga ikut naik meski moderat, yakni 1,13%
Brellian menyatakan pihaknya optimistis tren pertumbuhan ini bisa dijaga hingga akhir tahun. Strategi pemasaran yang selektif, penguatan layanan pelanggan, serta komitmen terhadap manajemen risiko akan terus menjadi pilar utama Jasindo.
“Kami berkomitmen memperluas perlindungan risiko secara strategis melalui pendekatan Risk Management Partnership yang memberikan nilai tambah bagi klien,” tutupnya.
Asuransi Syariah Merugi Ratusan Miliar di Awal 2025. Ini Biang Keroknya Menurut Pakar!
Kinerja industri asuransi syariah mengalami tekanan di awal tahun 2025. Menurut pengamat asuransi, Abitani Taim, kondisi ini dipicu oleh ketidakpastian ekonomi global dan domestik, termasuk dampak dari perang tarif yang dipicu Amerika Serikat.
Berdasarkan data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK), per Februari 2025, sektor asuransi jiwa syariah mencatatkan kerugian setelah pajak sebesar Rp180,02 miliar. Di sisi lain, laba bersih asuransi umum syariah turun 20,7% secara tahunan (YoY) menjadi Rp79,88 miliar.
Salah satu penyebab utama penurunan ini adalah anjloknya pendapatan dari investasi. Bahkan, hasil investasi di industri asuransi jiwa syariah tercatat minus Rp403,36 miliar. Sementara itu, asuransi umum syariah masih mencatatkan pertumbuhan hasil investasi sebesar 22,6% YoY menjadi Rp63,19 miliar.
Meski demikian, Abitani yang juga menjabat sebagai Ketua Sekolah Tinggi Manajemen Risiko dan Asuransi (STIMRA) menyatakan bahwa prospek ke depan tetap menjanjikan. Pemulihan ekonomi global dan domestik, serta pesatnya pertumbuhan industri halal, dinilai akan menjadi pendorong positif bagi bangkitnya sektor ini.
Abitani menyarankan agar perusahaan asuransi syariah fokus pada penempatan dana investasi yang stabil dan aman, meski potensi keuntungannya tidak terlalu tinggi, demi menjaga kelangsungan usaha. Di sisi lain, pengembangan produk khas berbasis prinsip berbagi risiko (sharing risk) juga dinilai krusial agar industri ini tetap relevan dan menarik.
Selain itu, Abitani menegaskan pentingnya inovasi digital dalam layanan dan produk, agar asuransi syariah bisa bersaing dan berkembang secara berkelanjutan di tengah tantangan pasar yang dinamis.
Reasuransi Asing Bakal Masuk RI! OJK Buka Pintu Lebar demi Dorong Asuransi Lokal Makin Tangguh!
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) bersama pemerintah tengah menggodok aturan baru yang memungkinkan perusahaan reasuransi luar negeri membuka kantor cabang di Indonesia. Langkah ini diambil untuk memperkuat daya saing dan kapasitas industri reasuransi dalam negeri.
Iwan Pasila, Deputi Komisioner Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, menuturkan bahwa tingkat penetrasi asuransi di Indonesia yang masih rendah justru menjadi peluang besar bagi perusahaan reasuransi global. Namun, ia menegaskan bahwa permodalan yang kuat dan pemanfaatan teknologi digital dalam proses underwriting menjadi kunci untuk memanfaatkan peluang tersebut secara optimal.
“Dengan modal besar dan dukungan teknologi digital, penetrasi asuransi bisa meningkat dengan risiko yang lebih terukur,” ujar Iwan, Senin (19/5/2025).
Iwan juga menegaskan pentingnya kepatuhan terhadap regulasi permodalan yang telah ditetapkan OJK guna mendorong penguatan industri asuransi dan reasuransi nasional. Menurutnya, kolaborasi dengan reasuransi asing tetap diperlukan untuk menyebar dan mengelola risiko secara global, asalkan pelaku lokal memiliki kapasitas yang cukup.
Sementara itu, Ogi Prastomiyono, Kepala Eksekutif Pengawas Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, menyebut bahwa saat ini sebagian besar premi reasuransi di Indonesia masih ditangani oleh pemain global. Untuk meningkatkan daya serap industri nasional terhadap risiko, OJK pun tengah meninjau ulang peraturan kepemilikan asing di bidang reasuransi, termasuk kemungkinan pelonggaran izin pendirian kantor cabang asing di Indonesia.
“Kami sedang berkoordinasi dengan kementerian terkait untuk membuka ruang bagi reasuransi global masuk ke pasar domestik,” kata Ogi dalam konferensi pers RDK April 2025.
Lebih lanjut, Ogi menjelaskan bahwa kemampuan perusahaan reasuransi menyerap risiko tidak hanya ditentukan oleh besar modal, melainkan juga oleh kompetensi dan kemampuan dalam seleksi risiko. Regulasi terbaru melalui POJK No. 23/2023 pun dirancang untuk memastikan bahwa pelaku reasuransi memiliki kesehatan finansial dan profesionalisme yang cukup.
Bukan Cuma Singapura! Indonesia Siap Jadi Magnet Reasuransi Dunia, Ini Strategi Pamungkasnya!
Pemerintah tengah berupaya mengurangi defisit neraca reasuransi nasional yang terus melebar selama tiga tahun terakhir. Salah satu langkah strategis yang sedang dikaji adalah mengundang perusahaan reasuransi internasional untuk berinvestasi langsung di Indonesia, bahkan menjadikan negeri ini sebagai pusat reasuransi global.
Menurut Delil Khairat, Direktur Teknik Operasi PT Reasuransi Indonesia Utama (Indonesia Re), negara tetangga seperti Singapura dan Malaysia bisa dijadikan acuan. Singapura, ujarnya, sudah jauh melesat menjadi hub reasuransi utama di Asia, bahkan melampaui Hong Kong. Banyak raksasa reasuransi dunia telah membuka kantor cabang di sana.
“Struktur premi di Singapura unik. Meski jumlah penduduknya hanya 5 juta, arus premi yang masuk sebagian besar justru berasal dari luar negeri,” ujar Delil, dikutip Senin (19/5/2025).
Malaysia, menurutnya, meski tak sebesar Singapura, telah menjadi hub reasuransi alternatif di Asia Tenggara. Sejumlah pemain besar seperti Swiss Re, Munich Re, SCOR Re, hingga Reinsurance Group of America (RGA) sudah memiliki kantor di Kuala Lumpur.
Delil menyoroti keunggulan Malaysia dalam sistem dual-regulator, yakni untuk perusahaan onshore diatur oleh Bank Negara Malaysia, sementara yang offshore di Pulau Labuan diatur oleh Labuan Financial Services Authority (LFSA). LFSA berfungsi layaknya OJK di kawasan bebas tersebut dan menawarkan regulasi yang lebih longgar serta insentif pajak yang sangat rendah, bahkan bebas pajak di periode tertentu, sehingga menarik banyak perusahaan reasuransi asing untuk membuka lisensi di sana.
“Regulasi di Labuan meniru konsep dari pusat keuangan global lain seperti Bermuda, Cayman Islands, dan Dublin. Tujuannya jelas: menarik masuknya premi dari luar negeri ke dalam Malaysia,” jelas Delil.
Melihat keberhasilan Malaysia, Delil meyakini Indonesia dapat meniru strategi serupa untuk menekan defisit neraca reasuransi. Ia mendukung langkah OJK dan kementerian terkait yang tengah mengkaji kelonggaran regulasi untuk mempermudah perusahaan reasuransi global membuka kantor di Indonesia.
“Reasuransi itu pada dasarnya bisnis global. Kalau kita ingin terlibat lebih besar, maka kita harus bisa menjadi hub regional. Makin banyak perusahaan beroperasi di sini, makin besar arus premi yang masuk, dan otomatis membantu memperbaiki neraca pembayaran,” pungkasnya.
Deretan berita di atas mencerminkan betapa dinamisnya perkembangan industri asuransi Indonesia saat ini. Di tengah tekanan dan ketidakpastian, ada pula optimisme besar akan transformasi digital, kolaborasi lintas sektor, dan inovasi berkelanjutan yang dapat menjadi motor penggerak industri. Untuk itu, pelaku usaha dan pemilik proyek di berbagai sektor perlu memastikan perlindungan risiko yang tepat dan terpercaya.
Artikel ini didukung oleh L&G Insurance Broker, perusahaan broker asuransi di Indonesia yang ahli dalam menyediakan solusi asuransi komprehensif untuk kebutuhan industri dan proyek. Dengan pengalaman panjang dan tim profesional yang berlisensi, L&G siap membantu Anda menavigasi risiko dengan lebih aman dan efisien. Hubungi kami untuk konsultasi gratis seputar perlindungan asuransi terbaik bagi bisnis Anda.