Liga Asuransi – Sidang pembaca yang luar biasa, apa kabar? Tidak terasa kita sudah memasuki penghujung tahun 2022. Waktu terasa cepat sekali berlalu. Seperti biasa kami akan selalu menyajikan 7 berita pilihan tentang industri asuransi Indonesia, kami berharap semoga berita ini bermanfaat untuk Anda. Jika Anda tertarik silahkan dibagikan kepada rekan-rekan Anda agar mereka juga paham seperti Anda.
- Dorong Akselerasi Industri Asuransi Jiwa Syariah, AASI Bikin Panduan
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI) meluncurkan blue print atau cetak biru asuransi jiwa syariah. Dokumen ini akan menjadi panduan bagi seluruh pemangku kepentingan dalam mengembangkan, memberdayakan, dan mengatasi berbagai kendala industri asuransi jiwa syariah di Indonesia.
Selain itu, AASI bermaksud memberikan pedoman yang bisa dimanfaatkan seluruh pemangku kepentingan untuk mengakselerasi kemajuan asuransi jiwa syariah melalui peranannya masing-masing agar makin banyak masyarakat Indonesia yang terlindungi.
Maklum, saat ini penetrasi asuransi secara umum, termasuk asuransi syariah di Indonesia memang cukup rendah apabila dibandingkan negara lain.
Survei Kadence International 2020 memaparkan, meskipun jumlah penduduk muslim terbesar di dunia, populasi muslim di Indonesia banyak yang masih memilih asuransi jiwa konvensional 26%, dibandingkan asuransi jiwa syariah 12%. Sedangkan 61% muslim lainnya mengaku tidak memiliki asuransi.
Ketua Umum AASI Tatang Nurhidayat menuturkan, tantangan di industri asuransi syariah di antaranya adalah literasi, saluran distribusi, kurang beragamnya produk dan layanan, hingga perangkat-perangkat penentu seperti kebijakan atau peraturan yang masih perlu diperkuat.
“Tugas atau PR asuransi syariah masih cukup banyak untuk bisa menyelesaikannya. Oleh karena itu kami meluncurkan dokumen Cetak Biru ini,” kata Tatang di Jakarta, Kamis (1/12).
Tatang bilang, dokumen ini menjadi panduan untuk melakukan perencanaan strategis guna memajukan industri asuransi jiwa syariah sebagai salah satu penopang ekonomi bangsa.
Adapun, Taskforce Cetak Biru Asuransi Jiwa Syariah Yoga Prasetyo memaparkan, dokumen ini memiliki memiliki tiga pilar fokus penting. Pertama, mengkomunikasikan nilai-nilai asuransi jiwa syariah dan membangun kepercayaan.
Kedua, meningkatkan dan mengembangkan cara kerja. Ketiga, berinovasi dalam produk, bisnis, dan distribusi.
Lebih lanjut, Yoga mengatakan, cetak biru asuransi jiwa syariah di Indonesia dapat diimplementasikan sesuai jangka waktu selama 2022-2028.
“Mari saling bahu-membahu memajukan asuransi jiwa syariah di Indonesia,” tambahnya.
Mengutip dokumen cetak biru asuransi jiwa syariah ini, dokumen ini diharapkan dapat meningkatkan literasi masyarakat Indonesia akan pentingnya asuransi jiwa syariah.
Bagi industri asuransi jiwa syariah, diharapkan dapat mengeksplorasi berbagai potensi peningkatan bisnis dan pemenuhan kebutuhan masyarakat melalui inovasi produk dan layanan.
Selain itu, bagi regulator dan pemerintah, dokumen ini diharapkan dapat Mendukung industri menjadi lebih kuat dan mandiri melalui kebijakan spin-off dan inovasi.
- Liabilitas Jiwasraya yang Dialihkan ke IFG Life Capai Rp 29,3 Triliun
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Proses pengalihan liabilitas dari Jiwasraya ke PT Asuransi Jiwa IFG (IFG Life) masih belum tuntas.
Hingga Oktober 2022, IFG Life sudah menerima total liabilitas dari Jiwasraya sebesar Rp 29,3 triliun.
Plh Corporate Secretary IFG Life Gatot Haryadi menyebut, nilai itu merupakan 88,7% dari total liabilitas Jiwasraya yang telah mendapatkan izin OJK Nomor S-387/NB.2/2021. Adapun, untuk jumlah polisnya mencapai 157.256 polis.
Gatot menambahkan, pada November 2022 ini, OJK juga telah mengeluarkan izin atas pengalihan polis nomor: S-243/NB.2/2022 sebanyak 351 polis dengan nilai liabilitas per Agustus 2022 sebesar Rp 1,17 triliun.
“Ini belum termasuk dalam izin pengalihan dari OJK sebelumnya,” ujarnya kepada Kontan.co.id, belum lama ini.
Di sisi lain, Gatot juga menyebutkan, IFG Life telah menerima aset sebesar Rp 7,7 triliun atau setara 67,7% dari total aset yang telah mendapatkan izin OJK Nomor S-387/NB.2/2021.
“IFG Life sebagai perusahaan penerima mandat polis restrukturisasi dari Jiwasraya terus mengupayakan agar proses pengalihan polis nasabah eks Jiwasraya berjalan dengan lancar dan sesuai dengan peraturan yang berlaku,” jelas Gatot.
Selain itu, IFG Life juga telah melakukan pembayaran manfaat klaim sebesar Rp 5,03 triliun terhadap beberapa polis yang merupakan hasil dari pengalihan Jiwasraya tersebut.
Untuk memastikan perusahaan memiliki kemampuan untuk membayar klaim-klaim lainnya, Gatot menegaskan bahwa IFG Life memiliki rasio solvabilitas (RBC) di atas batas minimum 120%. Per Oktober 2022, IFG Life mencatat RBC di level 214,90%.
- Resesi Menghantui, Begini Ramalan Bos Zurich soal Industri Asuransi RI
Bisnis.com, JAKARTA — PT Zurich Asuransi Indonesia Tbk. optimistis industri asuransi masih akan tetap tumbuh pada tahun depan meskipun sentimen resesi global menghantui dan berpotensi menghambat laju perekonomian Indonesia.
Presiden Direktur Zurich Asuransi Indonesia Edhi Tjahja Negara mengatakan, pemerintah telah memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun depan berada di angka 5 persen. Sejalan dengan angka ini, industri asuransi pun masih akan tumbuh karena aktivitas dalam negeri saat ini sudah kembali normal.
“Potensi resesi yang akan terjadi pada tahun depan itu dampaknya tidak akan terlalu signifikan ke Indonesia, pasalnya sentimen ini akan lebih berdampak kepada negara-negara yang memang memiliki ekspor besar. Sementara ekspor Indonesia itu tidak terlalu besar dan kebanyakan ekspor energi dan sejenisnya, ekspor ini pun masih bagus,” ujar Edhi saat konferensi pers, Rabu (30/11).
Kemudian, industri saat ini pun tengah memiliki peluang pasar baru, yakni e-commerce. Edhi melihat bahwa pasar e-commerce bagi industri asuransi saat ini tengah mengalami pertumbuhan yang pesat sehingga ke depan e-commerce ini juga berpotensi menjadi katalis positif bagi pertumbuhan industri asuransi.
“Ke depan, kami masih optimistis bersama dengan industri asuransi bahwa ada potensi pertumbuhan double digit,” ujar dia.
CEO Asia Pacific & Member of Group Executive Committee Zurich Insurance Group Tulsi Naidu menambahkan, Indonesia merupakan salah satu pasar yang besar bagi Zurich Group. Jika melihat 5 tahun ke belakang, pertumbuhan pasar di Indonesia cukup besar dan memiliki posisi yang kuat di Asia Pasifik.
“Secara jangka panjang, pertumbuhan pasar di Indonesia masih sangat kuat. Indonesia pun memiliki profil yang sangat bagus di industri asuransi,” ujar Tulsi.
Sejalan dengan optimisme pada tahun depan, Zurich juga berkomitmen untuk meningkatkan literasi keuangan masyarakat Indonesia, utamanya generasi milenial. Komitmen ini disalurkan melalui kolaborasi bersama platform pendidikan yang bernama Inspigo.
Di tengah perkembangan era digital ini, literasi keuangan sangat penting khususnya bagi milenial. Pasalnya, dengan memiliki literasi keuangan yang baik, maka keinginan ataupun mimpi yang mereka ingin capai dapat diraih dengan lebih baik.
Adapun, melalui kolaborasi dengan platform pendidikan Inspigo, Zurich ingin menghadirkan wajah asuransi yang segar dan relevan dengan semangat dan nilai generasi muda yang baik.
Zurich menilai kolaborasi dapat memberikan banyak nilai bagi kehidupan masyarakat dan memberikan dampak positif yang nyata bagi komunitas. Zurich ingin membantu generasi muda menjadi lebih tangguh untuk berani mewujudkan potensi terbaik mereka dan menciptakan masa depan yang lebih cerah.
- Genjot Bisnis di RI, Perusahaan Asuransi Asal Korsel Gandeng Lippo
Jakarta – Perusahaan asuransi asal Korea Selatan, Hanwha Life Insurance Co. Ltd telah menandatangani nota kesepahaman (MoU) dengan Lippo Group pada 16 November 2022 di World Trade Center 1, Jakarta. Penandatanganan MoU ini akan memperluas kerjasama antara Hanwha Group dengan Lippo Group.
Penandatanganan MoU tersebut dilakukan oleh CEO Hanwha Life Insurance Co., Ltd., Yeo Seung Joo dan CEO PT Multipolar Tbk, Adrian Suherman, dengan disaksikan oleh CEO PT Hanwha Life Insurance Indonesia, Steven Namkoong bersama Presiden Komisaris PT Lippo General Insurance Tbk, Felix Ali Chendra, serta jajaran manajemen Hanwha Life dan Lippo Group.
Penandatanganan MoU Hanwha Life dan Lippo Group menjadi salah satu agenda dalam kunjungan CEO Hanwha Life Korea ke Indonesia. Sebelumnya, pada 13-14 November 2022, CEO Yeo Seung Joo menghadiri Forum B20, bagian dari rangkaian acara KTT G20 di Bali. Ia juga ikut serta dalam pertemuan Korea-Indonesia Business Roundtable bersama Presiden RI Joko Widodo dan Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol.
“Hanwha Life adalah perusahaan asuransi Korea pertama yang masuk ke Indonesia. Secara grup, kami memiliki komitmen yang besar untuk Indonesia. Melalui penandatanganan MoU ini, Hanwha Life dan Lippo Group berkomitmen untuk merintis masa depan bersama di Indonesia, sekaligus membuka peluang kerja sama dalam berbagai sektor selain asuransi, misalnya dalam sektor finansial (bank digital, manajemen aset, dll), teknologi digital dan kesehatan,” ungkap Yeo Seung Joo dalam keterangan tertulis, Senin (28/11/2022).
“Kerja sama dengan Lippo Group akan membawa Hanwha Life tumbuh semakin kuat di Indonesia. Dengan spirit Add Value, Build Dream dan Lead Culture, Hanwha Life Indonesia siap untuk menjadi No.1 InsurTech dalam kompetensi bisnis,” tegas CEO PT Hanwha Life Insurance Indonesia, Steven Namkoong dalam keterangan tertulis.
Hanwha Life Insurance Co., Ltd merupakan perusahaan asuransi jiwa terbesar kedua di Korea, dengan aset sebesar Rp1.881 triliun (163,6 triliun won) pada 2021. Anak perusahaannya, PT Hanwha Life Insurance Indonesia, telah terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sejak 24 Oktober 2013, dengan aset Rp2,06 triliun pada Kuartal III 2022.
Hanwha Life adalah bagian dari Hanwha Group, grup konglomerasi (chaebol) terbesar ke-7 di Korea yang memiliki pengalaman selama 70 tahun. Pada tahun 2021, total aset Hanwha Group mencapai lebih dari Rp2.500 triliun (224,6 triliun won). Hanwha Group, yang masuk dalam daftar perusahaan Fortune Global 500 (Rank 306 pada 2022) maupun Forbes Global 2000 (Rank 708 pada 2022), adalah pemimpin global dalam industri petrokimia, aerospace, energi terbarukan, teknologi keamanan, konstruksi, properti, hospitality & leisure, serta finansial.
Saat ini, Hanwha Group juga sedang dalam proses akuisisi 62,6% saham PT Lippo General Insurance Tbk, bisnis asuransi milik Lippo Group. Adapun, sampai dengan 28 November 2022, proses akuisisi ini masih dalam proses persetujuan OJK.
Sementara itu, PT Multipolar Tbk adalah bagian dari Lippo Group, salah satu grup konglomerasi asal Indonesia yang terbesar di Asia dengan diversifikasi bisnis paling beragam. Lippo Group bergerak di berbagai sektor, seperti properti, retail, hospitality & leisure, kesehatan, pendidikan, media, telekomunikasi, elektronik, finansial dan teknologi digital.
“Penandatangan kerja sama ini menjadi sebuah permulaan bagi Hanwha Life dan Lippo Group untuk bersama-sama meraih peluang yang sangat besar di masa depan.” ujar CEO PT Multipolar Tbk, Adrian Suherman dalam keterangan tertulis.
- Zurich Indonesia Siap Menjaring Potensi Asuransi Kendaraan Listrik Tahun Depan
JAKARTA, KOMPAS.com – PT Asuransi Zurich Indonesia Tbk (ZAI) menyatakan siap menjaring potensi kendaraan listrik atau electric vehicle (EV) tahun depan.
Presiden Director Asuransi Zurich Indonesia Edhi Tjahja Negara mengatakan, pihaknya akan terus menyimak pertumbuhan dari kebutuhan proteksi kendaraan listrik ini.
“Untuk kendaraan listrik, kami maju terus. Global juga sudah mulai, Kami menyiapkan kapabilitas internal juga,” ujar dia dalam diskusi terbatas dengan media, Rabu (30/11/2022).
Ia menjelaskan, saat ini Zurich Indonesia telah memiliki sebanyak 80 unit kendaraan listrik dalam portofolio perlindungannya.
“Kami masih dorong terus, kami punya subject matter expert (SME) untuk mendorong,” ujar dia.
Subject Matter Expert (SME) sendiri merupakan orang yang ahli dan menguasai bidang tertentu sehingga menjadi sumber informasi serta rujukan dari yang lain.
Edhi yakin, tahun depan pertumbuhan proteksi kendaraan listrik akan sejalan dengan pasar kendaraan listrik itu sendiri.
Terkait dengan peraturan baru yang dikeluarkan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pihaknya akan mengikuti regulasi tersebut.
Pun, sebelum peraturan dari OJK itu diterbitkan, Zurich Indonesia telah terlebih dahulu menjalin komunikasi dengan asosiasi dan regulator.
“Sudah ada pembicaraan di asosiasi, jadi kami juga sudah terlibat,” tandas dia. Sebagai informasi, di sektor asuransi, OJK memberikan insentif dengan menetapkan tarif premi atau kontribusi dapat ditetapkan tarif yang lebih rendah dari batas bawah.
Hal itu diatur dalam Surat Edaran Otoritas Jasa Keuangan Nomor 6/SEOJK.05/2017 tentang Penetapan Tarif Premi Atau Kontribusi Pada Lini Usaha Asuransi Harta Benda dan Asuransi Kendaraan Bermotor Tahun 2017 (SEOJK 6/2017). Insentif di sektor asuransi ini berlaku hingga 31 Desember 2023.
- Ini Fasilitas Asuransi “Trade Credit” bagi Eksportir
JAKARTA, KOMPAS.com – Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI) atau Indonesia Eximbank terus berkomitmen melayani kebutuhan eksportir dalam rangka memastikan keberlanjutan ekspor Indonesia melalui empat mandatnya, yaitu Pembiayaan, Penjaminan, Asuransi, dan Jasa Konsultasi.
Saat ini tantangan yang dihadapi pelaku bisnis di Indonesia untuk membangun dan menumbuhkan bisnis secara berkelanjutan kian berat. Tantangan geopolitik dan dampak perang dagang harus terus diperhatikan dan diantisipasi pelaku usaha.
Direktur Pelaksana Bidang Pengembangan Bisnis LPEI Maqin U. Norhadi mengatakan, bentuk komitmen ini salah satunya diwujudkan melalui fasilitas produk asuransi Trade Credit Insurance dengan fokus memberikan rasa aman dan perlindungan bagi para eksportir Indonesia dalam melakukan ekspor.
“Melalui Trade Credit Insurance, LPEI memberikan ganti rugi kepada eksportir Indonesia terhadap kemungkinan risiko kerugian akibat tidak diterimanya pembayaran dari buyer atau bank pembuka L/C yang disebabkan karena risiko komersial dan risiko politik negara buyer,” jelas Maqin dalam keterangan resminya, Rabu (30/11/2022).
Adapun risiko kerugian dapat disebabkan oleh risiko komersial dimana buyer mengalami kesulitan cash flow dan/atau risiko politik akibat adanya gejolak politik di negara buyer sehingga pembayaran invoice tertunggak atau tidak terbayar sama sekali.
Maqin menjelaskan, fasilitas asuransi ini merupakan wujud peran Pemerintah melalui LPEI untuk membantu eksportir Indonesia dalam meningkatkan confidence level menjalankan kegiatan ekspor, menerapkan manajemen risiko, ekspansi ke pasar internasional, serta meningkatkan daya saing di tataran global yang sangat kompetitif.
Pada tahun 2021, LPEI telah mencapai outstanding nilai pertanggungan sebesar Rp 10,9 triliun, meningkat 34,56 persen dari periode tahun sebelumnya (2020).
Selain itu, Trade Credit Insurance LPEI pada periode 2021 telah berkontribusi dalam mendukung kegiatan ekspor Indonesia dengan memberikan perlindungan untuk transaksi ekspor kepada 637 buyer yang tersebar di 73 negara, antara lain Jepang, Amerika Serikat, Singapura, China, Thailand, Malaysia, Australia, Jerman, Bahrain, Kuwait, Spanyol, Pakistan, Nigeria, Senegal, Kamerun, Pantai Gading, hingga Mesir.
Maqin menambahkan, selama pandemi Covid-19 hingga kini LPEI tetap konsisten dalam memberikan perlindungan kepada existing Tertanggung dari berbagai sektor dalam upaya menjaga mandat LPEI untuk meningkatkan ekspor nasional.
Ia bilang, LPEI tetap berupaya mempertahankan fasilitas asuransi Trade Credit Insurance yang telah diberikan kepada eksportir dengan melakukan monitoring secara berkala untuk transaksi dan kondisi politik negara buyer.
“Kami akan terus menjaga hubungan dengan eksportir Indonesia dengan tidak meninggalkan para eksportir yang telah menggunakan fasilitas asuransi LPEI sebelum pandemi,” ujarnya.
Sebagai upaya mendorong sektor UKM untuk berorientasi ekspor, LPEI akan terus memberikan insurance awareness atas manfaat asuransi ekspor LPEI guna memitigasi risiko atas transaksi ekspor yang dilakukan oleh UKM.
Selain itu, manfaat lain yang ditekankan yakni meningkatkan level of confidence perbankan sehingga menjadikan UKM bankable dalam rangka mendapatkan fasilitas pembiayaan. “Kami harap dengan produk asuransi ekspor LPEI, UKM dapat melakukan penetrasi ke pasar baru dan lebih nyaman bertransaksi dengan buyer,” pungkas Maqin.
Sebagai informasi, bagi para pelaku usaha yang ingin mendapatkan informasi lebih lanjut terkait produk asuransi ekspor LPEI dapat menghubungi Kantor Pusat, Kantor Wilayah, maupun website LPEI.
- Digitalisasi Asuransi, Solusi Meningkatkan Penetrasi Asuransi Jiwa di Indonesia
KOMPAS.com – Meski masyarakat dunia sedang menghadapi perlambatan ekonomi dan kenaikan inflasi akibat pandemi Covid-19, minat masyarakat Tanah Air terhadap produk asuransi jiwa justru semakin meningkat.
Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) dalam Siaran Pers Kinerja Industri Asuransi Jiwa Periode Semester I 2022 menyebutkan bahwa total tertanggung kumpulan mencapai 51,96 juta orang atau naik 23,7 persen secara tahunan. Kemudian, total tertanggung perorangan sebesar 21,94 juta orang.
Angka ini naik 9,5 persen secara tahunan. Ketua Dewan Pengurus AAJI Budi Tampubolon mengatakan, kenaikan kinerja asuransi jiwa, khususnya tertanggung perseorangan, menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia semakin sadar terhadap urgensi proteksi asuransi sebagai perlindungan dan perencanaan keuangan jangka panjang.
“Peningkatan pendapatan premi reguler juga tumbuh sebesar 1,3 persen menjadi Rp 49,7 triliun. Ini mengindikasikan bahwa masyarakat semakin memahami fungsi proteksi jangka panjang dari produk asuransi jiwa,” papar Budi dalam siaran pers yang diterima Kompas.com, Rabu (23/9/2022).
Selain itu, naiknya jumlah tertanggung kumpulan mencerminkan adanya peningkatan permintaan perlindungan asuransi dari pelaku usaha ke karyawan mengindikasikan bahwa terjadi perbaikan ekonomi di hampir seluruh sektor. Hal ini juga menunjukkan bahwa perusahaan semakin berkomitmen untuk menciptakan bisnis berkelanjutan.
Fakta tersebut selaras dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada 2022 yang menemukan bahwa indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan. Nilainya kini mencapai 49,68 persen.
Sementara itu, indeks inklusi keuangan sebesar 85,10 persen. Itu berarti, pengetahuan, keterampilan, dan keyakinan yang mempengaruhi sikap serta perilaku masyarakat dalam pengelolaan keuangan untuk mencapai kesejahteraan sudah ada peningkatan.
Maka tak heran, jumlah tertanggung asuransi jiwa perorangan kini ada peningkatan, walaupun tipis, yakni 8 persen dari total penduduk Indonesia pada semester I 2022.
Insurance technology jadi solusi
Berkaca pada angka tersebut, Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan OJK Horas VM Tarihoran menilai bahwa masih perlu adanya peningkatan penetrasi asuransi jiwa. Hal ini harus diupayakan lewat produk yang mudah diakses.
“Literasi keuangan harus digenjot dengan edukasi dan sosialisasi. Produk ini juga harus mudah diakses masyarakat, misalnya dengan memanfaatkan teknologi digital,” ujar Horas seperti diberitakan Kompas.com, Kamis (6/8/2020).
Baginya, teknologi digital dapat menjadi salah satu kanal distribusi produk asuransi jiwa. Terlebih, sebagian besar masyarakat Indonesia sudah menggunakan smartphone untuk mengakses internet.
Laporan bertajuk “Digital 2022 Global Overview Report” yang dirilis Hootsuite dan We Are Social menyebutkan, pengguna internet di Indonesia mencapai 204,7 juta jiwa atau 73,7 persen dari total penduduk pada Januari 2022. Jumlah ini meningkat 2,1 juta pengguna atau 1 persen jika dibandingkan 2021.
Sumber data yang sama menyebut bahwa hampir seluruh pengguna internet atau sebanyak 94,9 persen di antaranya mengakses internet menggunakan smartphone.
Sementara itu, Kepala Eksekutif Pengawas Industri Keuangan Non-Bank (IKNB) OJK Ogi Prastomiyono mengatakan, kebijakan transformasi digital dalam sektor jasa keuangan juga menjadi salah satu prioritas OJK.
Menurutnya, digitalisasi tidak hanya membantu perusahaan asuransi meningkatkan kepuasan pelanggan, tetapi juga mengefisienkan operasi bisnis.
Untuk mendukung digitalisasi industri asuransi jiwa, OJK juga telah mengeluarkan Peraturan OJK Nomor 13/POJK.02/2018 tentang Inovasi Keuangan Digital di Sektor Jasa Keuangan. Beleid ini berisi ketentuan yang memayungi pengawasan dan pengaturan industri keuangan digital.
“OJK mendorong industri asuransi untuk bertransformasi dalam proses bisnis dan penyediaan layanan kepada konsumen dengan mengoptimalkan penggunaan digital tools,” ujar Ogi.
Peluang bertumbuh dan dukungan pemerintah menjadi angin segar bagi industri asuransi untuk mengembangkan bisnis ke arah digital atau insurance technology (insurtech).
Ketua Bidang Marketing dan Komunikasi AAJI Wiroyo Karsono menilai bahwa insurtech dapat membantu penetrasi asuransi ke masyarakat yang lebih luas. Saat ini, terdapat 10 insurtech di Indonesia.
“Insurtech sendiri awalnya berperan sebagai agregator. Kemudian, insurtech menjalin kerja sama dengan sejumlah e-commerce, misalnya Shopee dan Tokopedia,” ujar Wiroyo dalam media gathering yang digelar di Bandung, Jawa Barat, Kamis (30/6/2022).
Sementara itu, ekonom Poltak Hotradero mengatakan bahwa digitalisasi memungkinkan perusahaan asuransi berinovasi menciptakan produk asuransi yang makin personal dengan kebutuhan nasabah.
“Perusahaan asuransi bisa menyediakan produk serta biaya premi sesuai kebutuhan dan kemampuan ekonomi nasabah,” ucap Poltak dalam webinar bertajuk ”How Insurance and Media Survive During the New Normal and Get Ready for 2022”, Selasa (21/12/2021).
Dengan teknologi digital, kata Poltak, perusahaan asuransi dapat mengumpulkan data nasabah secara lengkap. Data ini dapat diolah untuk menghasilkan analisis profil nasabah, seperti kemampuan ekonomi dan kebutuhan proteksi asuransi.
Dengan demikian, perusahaan asuransi dapat menawarkan produk yang tepat sasaran. Pada akhirnya, penetrasi asuransi jiwa ke masyarakat pun dapat meningkat.
—
MENCARI PRODUK ASURANSI? JANGAN BUANG WAKTU ANDA DAN HUBUNGI KAMI SEKARANG JUGA
HOTLINE L&G 24 JAM: 0811-8507-773 (CALL – WHATSAPP – SMS)
website: lngrisk.co.id
E-mail: customer.support@lngrisk.co.id
—