Liga Asuransi – Kebijakan pemerintah yang mendukung ekonomi digital serta situasi terkait pandemi COVID saat ini mendorong meningkatnya penggunaan platform digital, termasuk aktivitas online konsumen dalam memenuhi kebutuhan asuransi mereka.
Dilansir dari Warta Ekonomi Kamis, 04 Februari yang lalu, Hasil studi Swiss Re terbaru menunjukkan platform digital memiliki tingkat penetrasi yang tinggi di Indonesia, dan lebih dari 90% responden menggunakan saluran ini setidaknya sekali dalam tiga bulan sebelum survei dilakukan.
Selain itu, ada pula tren yang berkembang dalam mencari informasi dan membeli asuransi secara online. Jalur tradisional, seperti agen, pialang, atau referral, masih menjadi saluran utama pencarian informasi terkait asuransi di Indonesia. Namun, 76% responden di Indonesia menyatakan minatnya dalam menggunakan saluran online untuk membeli asuransi.
“Upaya-upaya kesehatan dan keselamatan yang dimaksudkan untuk menanggulangi penyebaran COVID-19, kini telah mendorong perubahan paradigma yang jelas menuju digitalisasi pada era pasca-virus,” ujar Jolene Loh, Head Client Markets, Life & Health Asia Tenggara, Swiss Re dalam keterangannya baru-baru ini.
Di antara berbagai jenis platform digital, tambah dia, konsumen Indonesia menunjukkan preferensi yang lebih kuat untuk membeli asuransi melalui dompet digital dan platform e-commerce. Preferensi ini terlihat dari frekuensi penggunaan dompet digital yang tinggi, diikuti oleh situs web atau aplikasi perbankan dan asuransi, serta platform e-commerce.
“Dengan semakin banyaknya platform digital yang memperluas jangkauan bisnis ke layanan keuangan, perusahaan asuransi harus menyesuaikan model bisnis mereka agar lebih relevan dan responsif terhadap kebutuhan nasabah,” ungkapnya.
Sementara ketika responden ditanya mengenai alasan mereka ingin membeli asuransi secara digital, maka aplikasi dan tarif premi terbaik merupakan alasan utama di ketiga pasar (India, Indonesia, Malaysia).
Namun, responden juga mengungkapkan berbagai kekhawatiran ketika membeli asuransi secara online. Setengah dari responden Indonesia merasa tidak yakin akan mendapatkan dukungan yang memadai, terutama ketika mereka membutuhkan bantuan, sementara 40% responden masih memilih untuk mendapatkan penjelasan tentang ketentuan asuransi dari agen.
“Hasil survei kami menunjukkan bahwa meskipun asuransi digital makin populer, dukungan offline masih diperlukan karena kebutuhan akan panduan dan bantuan. Penting bagi perusahaan asuransi untuk menerapkan pendekatan multi-channel untuk melengkapi perjalanan pelanggan online dengan bantuan pribadi untuk mengatasi masalah konsumen.” jelas Jolene.
Sebagai informasi, studi Swiss Re Institute yang berjudul “Going Digital – Insights to Optimise Consumer Appetite for Online Insurance” ini melakukan survei terhadap 1800 konsumen di India, Indonesia, dan Malaysia pada bulan Juni 2020 untuk memahami sikap mereka terhadap platform digital dan persepsi mereka dalam membeli asuransi secara online.
Responden survei adalah pembuat keputusan rumah tangga berusia antara 18 dan 65 tahun serta telah menggunakan platform digital setidaknya sekali dalam tiga hingga enam bulan sebelum survei dilakukan. Platform digital ini mencakup aplikasi/situs web e-commerce, aplikasi pembayaran/dompet digital, aplikasi pelacak kesehatan, platform komputer terhubung, dan masih banyak lagi.
Tidak dapat dipungkiri, selain membawa bencana bagi beberapa industri ternyata di beberapa sisi, krisis covid-19 telah mengubah beberapa proses bisnis dan prospek menjadi lebih baik. Pergeseran perspektif, gerakan menuju nilai tambah bagi masyarakat dan, tentu saja, digitalisasi yang cepat dan sangat dibutuhkan. Semua efek penambahan nilai ini juga telah terlihat di industri asuransi. Oleh karena itu, penerapan sistem berbasis digital sangatlah penting dalam mendapatkan lebih banyak peluang di masa depan.
Perubahan dari sistem yang lama menuju ke digital sudah mulai banyak dilakukan para pelaku usaha di industri asuransi di Indonesia. Dan menariknya, tren baru ini bukan hanya dilakukan oleh perusahaan asuransi saja, tetapi juga para broker asuransi di Indonesia ini yang menempatkan diri sebagai perpanjangan tangan dari perusahaan asuransi dalam menjangkau pasar yang lebih luas.