Liga Asuransi – Tahun 2025 menjadi tahun yang menggembirakan bagi perekonomian Indonesia. Setelah beberapa tahun penuh tantangan akibat pandemi dan gejolak global, sektor pariwisata kini kembali menjadi mesin penggerak ekonomi nasional. Data terbaru dari Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menunjukkan bahwa hingga kuartal ketiga 2025, jumlah wisatawan mancanegara (wisman) yang datang ke Indonesia mencapai 11,2 juta kunjungan — meningkat hampir 28% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.
Kenaikan ini tidak hanya terjadi di destinasi utama seperti Bali, tetapi juga di kawasan Labuan Bajo, Mandalika, Danau Toba, Likupang, hingga Yogyakarta, yang kini menjadi bagian dari strategi Super Priority Destination pemerintah. Sementara itu, wisatawan domestik juga menunjukkan tren positif, dengan lebih dari 700 juta perjalanan tercatat sepanjang tahun, naik sekitar 20% dibanding 2024.
Di lapangan, geliat ini terasa nyata. Hotel-hotel kembali padat, penerbangan domestik dan internasional meningkat pesat, dan pelaku ekonomi kreatif — mulai dari pengrajin lokal hingga penyelenggara konser — kembali menikmati masa sibuk. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB nasional kini mencapai 5,4%, naik dari 4,7% di tahun sebelumnya. Angka ini menjadi sinyal kuat bahwa pariwisata bukan hanya sektor hiburan, melainkan penopang utama pemulihan ekonomi nasional.
Namun, di balik kabar baik ini, ada sisi lain yang jarang dibicarakan: risiko yang ikut tumbuh seiring meningkatnya aktivitas wisata. Mulai dari kebakaran di hotel, kecelakaan di area wisata, gangguan layanan penerbangan, hingga potensi bencana alam di lokasi destinasi — semua ini menimbulkan eksposur risiko baru yang perlu diantisipasi.
Kebangkitan pariwisata bukan hanya tentang jumlah wisatawan, tapi juga tentang bagaimana sektor ini dapat tumbuh secara berkelanjutan dan terlindungi. Di sinilah industri asuransi memiliki peran penting, terutama dalam melindungi pelaku usaha di bidang transportasi, perhotelan, event, hingga infrastruktur pendukung pariwisata.
Dalam konteks ini, L&G Insurance Brokers hadir sebagai mitra strategis yang membantu bisnis di sektor pariwisata memahami risiko, menyiapkan perlindungan yang sesuai, dan memastikan klaim berjalan dengan adil ketika risiko benar-benar terjadi.
“Ketika pariwisata tumbuh, risiko juga meningkat. Namun dengan strategi asuransi yang tepat, keduanya bisa berjalan seimbang — mendukung ekonomi yang tangguh dan berkelanjutan.”
Dampak Ekonomi: Multiplier Effect dari Lonjakan Wisatawan
Ledakan kunjungan wisatawan di 2025 tidak hanya membuat bandara dan hotel kembali ramai. Ia juga menciptakan efek domino ekonomi yang terasa hingga ke pelosok daerah. Sektor pariwisata terbukti menjadi penggerak lintas industri — mulai dari UMKM, logistik, transportasi, hingga konstruksi.
Berikut adalah beberapa dampak ekonomi nyata dari meningkatnya wisatawan domestik dan mancanegara di Indonesia:
1. UMKM dan Ekonomi Kreatif Bangkit Kembali
Wisata yang ramai berarti konsumsi meningkat. Pelaku UMKM di sektor kuliner, kerajinan, oleh-oleh, serta akomodasi skala kecil kembali hidup. Menurut laporan Bank Indonesia Q2 2025, lebih dari 60% pelaku UMKM di kawasan destinasi wisata mencatat kenaikan omzet di atas 25% dibandingkan tahun sebelumnya.
Produk-produk lokal seperti kopi Gayo, kain tenun NTT, dan batik pesisir kembali diminati wisatawan, sementara restoran lokal dan penyedia tur mencatat lonjakan permintaan. Industri kreatif—terutama musik, seni, dan event—juga kembali menggeliat karena meningkatnya jumlah konser dan festival di destinasi wisata utama.
Efeknya bukan hanya ekonomi, tapi juga sosial: lapangan kerja baru terbuka luas. Banyak masyarakat lokal yang kini kembali bekerja sebagai pemandu wisata, sopir, hingga pengelola homestay.
2. Investasi Infrastruktur Mengalir Deras
Pertumbuhan wisatawan mendorong gelombang investasi baru, baik dari pemerintah maupun swasta. Proyek perluasan Bandara Komodo di Labuan Bajo, peningkatan kapasitas Pelabuhan Benoa di Bali, serta pembangunan jalan akses ke Mandalika dan Likupang menjadi contoh nyata bagaimana infrastruktur menopang pariwisata.
Pembangunan hotel berbintang dan resort internasional juga meningkat. Data Colliers Indonesia (2025) menunjukkan bahwa tingkat investasi properti perhotelan tumbuh 18% year-on-year, tertinggi sejak 2018.
Namun, peningkatan infrastruktur ini juga membawa eksposur risiko baru: konstruksi, keselamatan kerja, hingga tanggung jawab hukum bagi kontraktor. Di sinilah asuransi proyek dan liability memainkan peran penting dalam menjaga keberlanjutan investasi.
3. Transportasi dan Logistik Meningkat Tajam
Pertumbuhan wisata berarti pergerakan orang dan barang yang lebih besar.
Maskapai penerbangan mencatat rekor baru dengan lebih dari 12.000 penerbangan per minggu, sementara sektor pelayaran wisata—terutama di Labuan Bajo dan Raja Ampat—meningkat hampir dua kali lipat dibanding 2024.
Namun di sisi lain, risiko operasional pun meningkat. Keterlambatan penerbangan, cuaca ekstrem, atau kerusakan kapal bisa menimbulkan potensi klaim besar.
Selain itu, dengan meningkatnya permintaan logistik untuk distribusi bahan pangan dan produk wisata, perusahaan angkutan kini semakin memerlukan Marine Cargo Insurance untuk melindungi barang dari risiko kehilangan atau kerusakan selama perjalanan.
Secara keseluruhan, setiap 1 rupiah yang dibelanjakan wisatawan menghasilkan efek ganda di berbagai sektor ekonomi. Inilah yang disebut dengan multiplier effect — dan 2025 membuktikan bahwa pariwisata bukan hanya urusan destinasi, tapi mesin ekonomi nasional yang menumbuhkan konsumsi, membuka lapangan kerja, serta menarik investasi.
Namun di balik geliat ekonomi yang menghangat, satu hal perlu diingat: semakin besar perputaran ekonomi, semakin besar pula risiko yang mengintai.
Dan jika risiko tidak dimitigasi dengan baik, dampak finansialnya bisa meluas ke rantai ekonomi yang lebih luas.
Dampak Langsung Lonjakan Wisatawan terhadap Ekonomi Nasional
Kedatangan wisatawan dalam jumlah besar memiliki efek domino yang signifikan terhadap perekonomian Indonesia. Dalam konteks Q4 2025, peningkatan mobilitas global setelah beberapa tahun pemulihan pasca pandemi, ditambah dengan stabilnya kondisi politik dan promosi pariwisata agresif pemerintah, membuat Indonesia menjadi salah satu destinasi paling ramai di Asia Tenggara.
Beberapa sektor yang terdampak secara langsung antara lain:
- Sektor Perhotelan dan Akomodasi
Kamar-kamar hotel di Bali, Labuan Bajo, Yogyakarta, dan destinasi utama lain mengalami tingkat okupansi mendekati 90%. Hal ini bukan hanya menghidupkan bisnis hotel besar, tetapi juga memperkuat ekonomi lokal melalui penginapan kecil, vila, hingga homestay yang kini juga diasuransikan karena meningkatnya nilai aset dan risiko tamu. - Sektor Transportasi dan Logistik
Dengan naiknya jumlah penerbangan domestik dan internasional, maskapai penerbangan, perusahaan rental mobil, dan operator wisata mengalami peningkatan permintaan signifikan. Risiko kecelakaan, keterlambatan, atau kehilangan bagasi pun meningkat—menjadi peluang penting bagi sektor asuransi perjalanan dan transportasi. - UMKM dan Ekonomi Kreatif
Wisatawan kini menjadi motor penggerak penjualan produk lokal, mulai dari kuliner, fesyen, hingga kerajinan tangan. Namun, di sisi lain, meningkatnya permintaan juga membawa risiko bagi produsen kecil terkait kebakaran, pencurian, dan tanggung jawab hukum. Di sinilah asuransi bisnis kecil (SME Insurance) menjadi solusi proteksi vital. - Infrastruktur Publik dan Investasi Pemerintah
Kunjungan wisatawan besar-besaran mendorong pembangunan infrastruktur baru—bandara, jalan tol, pelabuhan, dan kawasan wisata terpadu. Proyek-proyek tersebut melibatkan nilai investasi triliunan rupiah yang tentu memerlukan asuransi konstruksi, liability, dan engineering agar risiko kerugian finansial akibat kecelakaan atau keterlambatan pembangunan bisa diminimalkan.
4. Sektor Asuransi: Dari Penonton Menjadi Penggerak
Jika sebelumnya industri asuransi hanya menjadi pelengkap dari kegiatan pariwisata, kini perannya berubah menjadi penggerak utama kestabilan ekonomi pariwisata.
Beberapa produk asuransi yang paling relevan dengan lonjakan wisatawan di tahun 2025 antara lain:
- Travel Insurance (Asuransi Perjalanan)
Semakin banyak turis, semakin besar potensi gangguan seperti pembatalan penerbangan, kehilangan barang, atau kecelakaan ringan. Asuransi perjalanan kini tidak lagi menjadi pilihan tambahan, tetapi syarat wajib yang disarankan oleh banyak agen wisata dan bahkan oleh beberapa maskapai internasional. - Property & Asset Insurance (Asuransi Properti dan Aset)
Hotel, restoran, dan resort kini menjadi pusat investasi besar. Asuransi properti melindungi dari kebakaran, banjir, hingga gangguan operasional akibat kerusakan fasilitas. Di Bali dan Lombok, banyak pengusaha properti kini mewajibkan proteksi Property All Risks (PAR) sebelum membuka operasional. - Liability Insurance (Asuransi Tanggung Gugat Hukum)
Kecelakaan yang melibatkan wisatawan di area publik atau tempat rekreasi bisa menimbulkan klaim besar. Oleh karena itu, asuransi liability menjadi penting bagi operator tur, taman hiburan, pengelola resort, dan perusahaan transportasi wisata. - Event Cancellation Insurance
Lonjakan festival dan kegiatan budaya yang digelar di berbagai daerah juga memunculkan risiko pembatalan akibat cuaca ekstrem atau gangguan lainnya. Asuransi pembatalan acara menjadi proteksi baru yang kini mulai populer di industri pariwisata dan hiburan.
Bagaimana Broker Asuransi Membantu Industri Wisata di 2025
Dengan meningkatnya mobilitas wisatawan dan derasnya arus investasi di sektor pariwisata, kebutuhan akan perlindungan risiko semakin kompleks. Tidak cukup hanya membeli polis secara langsung—dibutuhkan analisis menyeluruh, negosiasi dengan berbagai perusahaan asuransi, dan penyesuaian dengan karakter bisnis wisata yang sangat dinamis. Di sinilah peran broker asuransi menjadi krusial.
Berikut adalah beberapa kontribusi utama broker asuransi seperti L&G Insurance Broker dalam mendukung industri pariwisata Indonesia tahun 2025:
- Menyediakan Solusi Asuransi yang Tepat dan Terukur
Setiap pelaku industri wisata memiliki profil risiko berbeda. Resort di tepi pantai, taman hiburan keluarga, hingga operator kapal wisata memiliki eksposur yang unik. Broker membantu mengidentifikasi dan merancang program asuransi yang customized, baik untuk property, liability, travel, maupun employee safety. - Negosiasi Premi dan Syarat Polis yang Lebih Kompetitif
Broker memiliki akses ke banyak perusahaan asuransi, baik lokal maupun internasional. Hal ini memungkinkan broker seperti L&G untuk memperoleh tarif premi terbaik dengan perluasan jaminan maksimal, sehingga bisnis klien tidak terbebani biaya tinggi namun tetap terlindungi secara optimal. - Pendampingan Saat Klaim Terjadi
Salah satu masalah terbesar di industri asuransi adalah proses klaim yang rumit dan memakan waktu. Broker bertugas memastikan klaim nasabah dibayar dengan cepat dan sesuai haknya, karena broker bekerja untuk kepentingan nasabah, bukan untuk perusahaan asuransi. - Memberikan Edukasi Risiko dan Rekomendasi Pencegahan
L&G Insurance Broker secara aktif memberikan risk assessment dan rekomendasi mitigasi risiko, agar klien tidak hanya bergantung pada polis, tetapi juga memahami cara mengurangi potensi kerugian. Misalnya, memastikan sistem proteksi kebakaran hotel berfungsi baik atau meninjau kontrak tanggung jawab hukum dengan vendor wisata. - Dukungan untuk Industri yang Sedang Tumbuh
Broker juga berperan sebagai konsultan bisnis strategis. Di tahun 2025, banyak UMKM pariwisata yang mulai naik kelas, dan L&G membantu mereka mendapatkan akses proteksi layak dengan biaya terjangkau—mulai dari paket asuransi usaha kecil, kendaraan wisata, hingga karyawan musiman.
Kesimpulan dan Rekomendasi
Lonjakan wisatawan internasional yang membanjiri Indonesia di tahun 2025 bukan hanya tanda kebangkitan sektor pariwisata, tetapi juga alarm bagi dunia usaha untuk lebih siap menghadapi risiko yang menyertainya. Setiap investasi di sektor ini—dari hotel, transportasi, hingga bisnis kreatif—memerlukan proteksi menyeluruh agar pertumbuhan ekonomi tidak mudah terguncang.
Asuransi bukan lagi sekadar kewajiban administratif, melainkan bagian dari strategi bisnis berkelanjutan. Di tengah iklim ekonomi global yang fluktuatif dan cuaca ekstrem yang makin sering, bisnis tanpa proteksi sama saja dengan berjalan di tepi jurang tanpa pagar pengaman.
L&G Insurance Broker hadir sebagai mitra yang memahami kompleksitas risiko industri wisata Indonesia. Dengan pengalaman panjang di bidang Property, Liability, Marine, dan Engineering Insurance, L&G siap membantu bisnis Anda menemukan solusi perlindungan yang paling tepat, efisien, dan sesuai kebutuhan. Hubungi L&G Insurance Broker hari ini untuk konsultasi gratis dan mulai lindungi bisnis Anda dari risiko yang mungkin datang bersama peluang besar di sektor pariwisata 2025.