Liga Asuransi – Sidang pembaca yang luar biasa, pada hari yang berbahagia ini Kembali kami bagikan berita teraktual seputar asuransi umum yang menarik untuk anda ketahui.
Hingga saat ini wabah Covid-19 di Indonesia belum berakhir. Lonjakan kasus baru setiap harinya membuahkan ketidakpastian bagi perekonomian tak terkecuali pada industri asuransi.
Berimbas pada industri asuransi, dilansir dari Kontan.co.id, Direktur Eksekutif Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI) Dody Dalimunthe memproyeksikan, pendapatan premi industri asuransi umum di lini bisnis Asuransi Harta Benda dan Asuransi Kendaraan Bermotor masih akan mendominasi di tahun ini.
“Lini bisnis Asuransi Harta Benda dan Asuransi Kendaraan Bermotor masih akan dominan di posisi 2021 ini,” kata Dody kepada kontan.co.id, Selasa (8/2).
Sementara itu sampai dengan September 2020, pendapatan premi industri asuransi umum dari penjualan langsung dan pialang asuransi masih mendominasi. Kedua jalur penjualan itu masing-masing berkontribusi sebesar 31%.
Lalu penjualan asuransi lewat bank dan lembaga pembiayaan menyumbang 15% total premi. Sementara, premi dari keagenan sebesar 13% dan distribusi lain-lain menyumbang 20%.
Asal tahu saja, penurunan bisnis asuransi umum masih berlanjut mendekati akhir tahun lalu. Hal ini terlihat dari penurunan pendapatan premi industri asuransi umum mencapai 7,0% yoy atau setara Rp 4,02 triliun menjadi 53,87 triliun hingga September 2020, menurut data AAUI.
Dari total 14 lini usaha asuransi, sebanyak delapan usaha mencatatkan kinerja negatif di sepanjang kuartal tiga tahun ini. Penurunan terbesar dibukukan pada lini asuransi kendaraan minus 20,9%, premi dari asuransi aneka minus 20,6% dan premi asuransi penjaminan turun 16,4%.
Dody menjelaskan bahwa, terkait dengan pandemi covid-19, dimana banyak bidang usaha yang terkena dampak, maka dampak bagi industri asuransi adalah penurunan pertumbuhan premi, dikarenakan turunnya daya beli masyarakat serta penurunan profit usaha perusahaan.
“Dalam mengantisipasi dampak di asuransi umum, maka perusahaan asuransi perlu melakukan review lini usaha, dengan menerapkan seleksi risiko (prudent underwriting). Bisnis yang sudah menunjukkan loss ratio buruk sebaiknya dikurangi atau dihindari,” ujar Dody.
Selain itu juga menurut Dody, saat ini waktunya untuk me-review kembali pencatatan pencadangan teknis untuk memastikan perusahaan asuransi dapat melaksanakan liability ke depan.
“Pandemi ini juga menjadi trigger bagi perusahaan asuransi umum sebagaimana juga bidang usaha lain untuk mengimplementasikan teknologi. Hal ini berlaku untuk semua sisi seperti pemasaran, underwriting, keuangan, analisa data yang mengarah kepada keputusan strategis, bahkan juga mengarah kepada artificial intelligence,” imbuh Dody.
Artificial Intelligence atau kecerdasan buatan hingga kini masih menuai banyak pro dan kontra di masyarakat. Terlepas dari hal-hal negatif tentang AI, banyak alat yang telah diciptakan untuk membantu kita dalam kehidupan sehari-hari. Beragam masalah kompleks yang ada, AI menawarkan berbagai alat yang bermanfaat, dan menjadi solusi terbaik yang pernah ada hingga saat ini.
Kecerdasan buatan telah banyak diterapkan pada berbagai bidang, tak terkecuali pada perusahaan asuransi. Oleh karena itu, dengan melihat perubahan sejumlah cara berbisnis ini, kami berharap agar kedepannya perusahaan asuransi dapat lebih mudah menerima perubahan ini. Sehingga makin banyak peluang yang datang.
Artikel ini dipersembahkan oleh L&G, a smart insurance broker.