Liga Asuransi – Sidang pembaca yang luar biasa, apa kabar? Jika sebelumnya saya banyak menulis bagaimana “how to” tentang asuransi, kali ini kami ingin membagikan pengalaman kami pribadi tentang kesaktian dari program pemerintah Badan Pengelola Jaminan Sosial Kesehatan atau lebih dikenal dengan BPJS-Kesehatan.
Menurut saya, salah satu program pemerintah yang paling sukses adalah BPJS-Kesehatan karena ia dapat memberikan manfaat langsung kepada masyarakat.
BPJS Kesehatan adalah program jaminan sosial di bidang kesehatan yang merupakan salah satu dari lima program dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), yaitu Jaminan Kesehatan, Jaminan Kecelakaan Kerja, Jaminan Hari Tua, Jaminan Pensiun, dan Jaminan Kematian sebagaimana tercantum dalam Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional.
BPJS Kesehatan memberikan bantuan kemudahan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk mendapatkan pelayanan kesehatan yang layak. Proses pelayanan pengobatan sederhana, hasilnya maksimal dan kualitas pengobatan yang terbaik.
Manfaat BPJS-Kesehatan yang paling penting adalah ia dapat memberikan penggantian biaya kesehatan yang sebelumnya harus ditanggung sendiri oleh masyarakat. Meskipun tetap ada biaya iuran premi yang harus dikeluarkan setiap bulan akan tetapi jika dibandingkan dengan manfaat yang diberikan oleh BPJS Kesehatan, biaya premi itu tidak seberapa nilainya.
Sebagai perbandingan, beberapa tahun yang lalu ketika kita harus membayar semua biaya perawatan kesehatan dengan menggunakan uang sendiri. Akibatnya tabungan terkuras, harta benda terjual dan hutang ada dimana-mana karena semuanya dihabiskan untuk biaya perawatan agar pasien sembuh.
Masalahnya menjadi semakin runyam jika penyakit yang diidap adalah penyakit kritis seperti jantung koroner, stroke, kanker, tumor dan lain-lain karena biayanya sangat tinggi dan jangka waktu pengobatan lama. Biaya pengobatannya sungguh sangat besar walau bagi orang yang mampu sekalipun.
Kali ini saya ingin menuliskan kisah nyata dari pengalaman saya pribadi dalam menggunakan BPJS-Kesehatan ketika istri saya mendapat serangan jantung beberapa hari yang lalu. Saya dan keluarga pemegang kartu BPJS Kesehatan JKN.
Jika Anda tertarik dengan tulisan ini, segera bagikan kepada rekan-rekan Anda agar mereka juga paham seperti Anda. Jika anda lebih menyukai mendengarkan tulisan ini dalam bentuk audio silakan menekan tombol ini.
Beberapa hari sebelum isteri saya mendapatkan serangan jantung, ia sudah mengeluh karena merasa tidak enak badan. Dia mengalami batuk yang berkepanjangan, mungkin sudah hampir dua minggu. Karena dia merasa batuk yang dialaminya adalah batuk biasa maka kami hanya melakukan pengobatan sederhana dengan meminum obat batuk. Hasilnya, kadang batuknya reda tapi beberapa hari kemudian kambuh lagi.
Kemudian dua hari sebelum serangan jantung itu, istri saya mengeluh bahwa punggungnya terasa pegal sekali dan saya coba mengurut dan setelah itu dia merasa lebih baik. Tapi kondisi tubuhnya masih belum segar juga.
Pada hari kejadian serangan jantung itu, saya tetap berangkat ke kantor tapi dalam hati saya sudah mulai ragu. Jam setengah sepuluh saya putuskan untuk pulang sambil menelpon ke hpnya akan tetapi dia tidak menjawab. Saya bergegas masuk ke rumah dan tidak ada yang membuka pintu. Saya langsung ke kamar, saya sangat terkejut karena saya dapati ia tertidur di kamar sambil merintih kesakitan dan badan lemah dan tidak bertenaga.
Akhirnya saya putuskan untuk segera membawanya ke rumah sakit. Sebenarnya beberapa hari sebelumnya sudah saya ajak untuk ke rumah sakit akan tetapi dia menolak karena urusan ke rumah sakit saat ini repot akibat wabah corona dan harus rapid test dan juga takut tertular COVID 19.
Karena kondisinya yang sudah sangat lemah, saya gendong dia ke dalam mobil menuju ke rumah sakit Sari Asih Ciledug, Kota Tangerang berjarak sekitar 7 km dari rumah. Ini rumah sakit langganan keluarga kami. Dalam perjalanan dia terus merintih kesakitan. Setengah jam kemudian kami pun tiba dan saya segera mendaftar.
Kami harus menunggu sekitar satu setengah jam di depan poli Penyakit Dalam sebelum mendapatkan giliran. Pada saat menunggu itu istri saya benar-benar terlihat kesakitan sekali dan ia terpaksa berbaring di kursi tunggu.
Ketika dokter memeriksa, dokter mulai curiga bahwa keluhan istri saya bukan masalah penyakit dalam atau penyakit gula yang selama ini menjadi keluhan isteri saya. “Ibu saya rujuk ke poli jantung sekarang ya, karena ada masalah dengan jantungnya” kata bu dokter. Kamipun bergegas ke poli penyakit jantung.
Hasil pemeriksaan dari dokter jantung sungguh membuat saya kaget, isteri saya ternyata terkena serangan jantung! Kami tidak pernah tahu selama ini kalau istri saya punya penyakit jantung. Tidak ada keluhan dan tidak ada pula gejala penyakit jantung.
Dokter langsung menghubungi dokter UGD dan saya langsung larikan ia ke ruang UGD. Dokter UGD sudah siap melayani dengan perhatian khusus padahal saat itu pasien UGD sedang penuh sesak. Jika tidak dihubungi oleh dokter penyakit dalam, saya tidak tahu apakah kami akan mendapat pelayanan yang cepat.
Meski sangat sibuk tapi team UGD bergerak cepat. Mereka mempersiapkan tempat tidur dan menyediakan obat pertolongan darurat berupa pengencer darah. Isteri saya langsung mendapatkan perawatan di ruangan dan diberi oksigen. Beberapa saat kemudian isteri saya sudah semakin tenang, rasa sakitnya mulai berkurang.
Ternyata rumah sakit Sari Asih Ciledug tidak mempunyai fasilitas perawatan jantung. Pasien jantung selalu dirujuk ke rumah sakit lain. Ketika mengetahui hal itu saya langsung menghubung keponakan saya Dr. Nanda Iryuza, dokter ahli jantung yang praktek di rumah sakit Harapan Kita.
Mungkin karena sibuk Nanda tidak langsung menjawab. Saya kirimkan pesan via WA dan beberapa saat kemudian dia menelpon. Saya jelaskan kondisi isteri saya. Nanda meminta foto rekaman detak jantung. Setelah saya kirimkan Nanda minta agar saya segera membawa ke rumah sakit Harapan Kita. Kata Nanda, golden time (waktu emas) bagi orang yang terkena serangan jantung adalah paling lama 12 jam, jika lebih dari itu maka harapan untuk bisa tertolong sangat kecil.
Perlu waktu sekitar 1,5 jam bagi team RS Sari Asih Ciledug untuk membereskan persiapan dan penyelesaian administrasi sebelum dipindahkan.
Ketika mengurus pembayaran di loket kasir jantung saya berdebar kencang, takut membayangkan berapa yang harus saya bayar untuk bisa perawatan darurat ini?
“Bapak mau bayar tunai atau pakai asuransi”? tanya petugas. Dengan setengah ketakutan “Pakai BPJS Kesehatan bu” kata saya sambil menyodorkan kartu BPJS atas nama isteri saya. Tampa bertanya lagi, beberapa saat petugas memproses dan kemudian meminta saya menandatangani formulir. Setelah itu urusan pembayaran pun selesai. Jadi semua biaya akan ditagihkan ke BPJS. Tidak sepeserpun yang harus saya bayar. Alhamdulillah.
Untuk diketahui bahwa kami dan karyawan beserta keluarga memang sudah ikut program BPJS Kesehatan sejak beberapa tahun yang lalu. Kartu kami selalu aktif karena kami memang memprioritaskan pembayarannya untuk menghadapi situasi kritis seperti ini.
Beberapa orang karyawan dan keluarganya sudah menikmati fasilitas ini. Hampir semua biaya kesehatan sudah terjamin dan diganti oleh BPJS.
Sekitar jam 4 sore, kami sudah berada di dalam mobil ambulance yang akan mengantarkan isteri saya ke rumah sakit Harapan Kita, dalam kondisi normal bisa dicapai dalam waktu 1 jam. Di dalam ambulance selain pengemudi ada seorang dokter dan seorang perawat. Alat fasilitas penolong seperti infus dan oksigen yang terpasang.
Ambulance berlari kencang menerobos kemacetan dan antrian kendaraan yang ada didepannya. Selain mengeluarkan suara dari sirine ada juga sekitar tiga orang relawan yang menjadi vooriders dengan menggunakan sepeda motor. Setengah jam kemudian kami sudah tiba di depan pintu UGD RS Harapan Kita.
Team dari RS Harapan Kita dengan sigap memindahkan istri saya ke ruang perawatan, mengganti peralatan dan mempersiapkan kondisinya untuk tindakan operasi. Ada beberapa formulir yang perlu saya lengkapi dan tandatangani. Termasuk memperlihatkan kartu BPJS Kesehatan.
Satu jam kemudian isteri saya sudah berada di ruang operasi jantung dan Dr.Nanda sendiri yang memimpin operasi tersebut. Alhamdullilah, isteri saya ditolong oleh anaknya sendiri.
Kira-kira sejam kemudian Nanda menelpon dan meminta saya masuk ke ruangan operasi. Ternyata operasinya sudah selesai dan lancar. Nanda menjelaskan bahwa istri saya mengalami serangan jantung karena ada pembuluh darah di jantung yang menyempit. Solusinya, istri saya jantungnya harus dipasangi ring sebagai pengganti pembuluh yang tersumbat itu.
Pasca operasi kondisi isteri saya sudah semakin baik, sudah bisa diajak bicara dan ternyata selama operasi dia juga bisa mengikuti lewat monitor.
Selanjutnya dia akan memasuki masa pemulihan pasca operasi yang biasanya sekitar 2 hari setelah itu baru bisa dipindahkan ke ruang perawatan Intensive Cardiovascular Care Unit (ICVCU)
Tapi dari hasil pemeriksaan yang lebih dalam ternyata istri saya tidak hanya terkena serangan jantung, akan tetapi dia juga mengalami gula darah yang sangat tinggi diatas 300, ada pula gangguan kelenjar tiroid. Dan ternyata masih ada satu penyakit lain yaitu demam berdarah!
Jadi ternyata istri saya mengalami 4 penyakit sekaligus. Akibatnya penderitaannya cukup berat, badan panas, uring-uringan, tidak ada selera makan, tidak bisa tidur serta BAB yang tidak lancar.
Akibatnya istri saya harus berada di ruang ICVCU selama 10 hari. Kami sekeluarga begitu khawatir dengan apa yang akan terjadi. Kondisi kesehatannya tampak semakin menurun. Tapi kami beruntung karena Nanda yang merawatnya secara penuh. Kami selalu diupdate mengenai perkembangannya. Di hari kesepuluh istri saya baru bisa dipindah ke ruangan perawatan dan dua hari kemudian dia sudah boleh pulang ke rumah.
Ketika menyelesaikan urusan administrasi saya hanya diminta untuk menandatangani beberapa formulir dan semua biaya sudah dijamin oleh BPJS Kesehatan. Syukur Alhamdulillah.
Operasi pemasangan ring jantung dan pemasangan ring termasuk operasi besar dan biayanya mahal. Kemudian ditambah lagi dengan biaya perawatan di ruang ICCU selama 10 hari, tentu bisa dibayangkan berapa uang yang harus kami sediakan, bisa ratusan juta rupiah. Tapi kami bersyukur karena sudah mengikuti program BPJS-Kesehatan. Semua sudah terbayar.
Syukur Alhamdulillah, kini isteri saya sudah berada di rumah menjadi masa pemulihan, semoga segera bisa pulih kembali.
Dari pengalaman pribadi saya diatas ada beberapa point yang perlu menjadi perhatian kita semua:
- Pastikan Anda sudah mempunyai kartu BPJS-Kesehatan
- Jika belum segera mendaftar bersama seluruh anggota keluarga Anda
- Bayar iuran tepat waktu agar kartu anda selalu aktif dan bisa digunakan setiap saat
- Kecelakaan dan sakit datangnya tidak terduga, “sedia payung sebelum hujan”
- Ikuti semua prosedur sesuai dengan ketentuan BPJS-Kesehatan
- Jika ada gejala gangguan kesehatan segera bawa ke dokter atau rumah sakit.
Jaminan BPJS-Kesehatan harus diurus sendiri baik oleh anda pribadi oleh perusahaan. Walaupun perusahaan sudah mempunyai program asuransi kesehatan selain BPJS-Kesehatan saya sarankan agar tetap memiliki jaminan BPJS-Kesehatan. Anda tinggal memilih manfaat yang lebih sesuai dengan kebutuhan Anda, atau ada juga paket kerjasama antara BPJS-Kesehatan dengan Asuransi kesehatan yang dikenal dengan istilah Coordination of Benefits (COB).
Tulisan ini dipersembahkan oleh L&G Insurance Broker.
—
HOTLINE L&G 24JAM: 0811-8507-773 (CALL – WHATSAPP CHAT – SMS)
website: lngrisk.co.id
E-mail: customer.support@lngrisk.co.id
—