Serangan Siber Bisa Terjadi pada Siapa Saja
Dalam dunia digital saat ini, tidak ada lagi batas yang jelas antara perusahaan besar dan kecil dalam hal risiko. Semua yang terkoneksi dengan internet berpotensi menjadi target serangan siber (cyber attack).
Banyak pelaku bisnis di Indonesia masih beranggapan bahwa serangan hacker hanya menyasar perusahaan raksasa seperti bank, marketplace, atau instansi pemerintah. Namun kenyataannya, semua sektor industri kini berada dalam zona bahaya — mulai dari rumah sakit, pertambangan, logistik, manufaktur, hingga UMKM.
Di tengah meningkatnya ancaman ini, peran broker asuransi profesional seperti PT. Liberty and General Insurance Broker (L&G Insurance Broker) menjadi semakin penting.
Sebagai penasihat risiko independen, L&G membantu perusahaan memahami potensi ancaman digital, mengukur eksposur keuangan, dan menyiapkan perlindungan asuransi siber (cyber insurance) yang sesuai.
Melalui pengalaman L&G dalam menangani berbagai sektor industri, banyak perusahaan kini menyadari bahwa cyber insurance bukan sekadar tambahan, tetapi kebutuhan strategis untuk menjaga keberlangsungan bisnis.
Hubungi L&G Insurance Broker sekarang di Nomor telepon 08118507773 untuk konsultasi gratis sebelum risiko menghantui bisnis Anda.
Serangan Siber di Indonesia: Fakta dan Kasus Nyata
Indonesia termasuk salah satu negara dengan frekuensi serangan siber tertinggi di Asia Tenggara. Berdasarkan laporan BSSN (Badan Siber dan Sandi Negara), sepanjang tahun 2023 terjadi lebih dari 400 juta upaya serangan siber. Angka ini naik drastis dibanding tahun sebelumnya.
Berikut beberapa kasus besar yang pernah terjadi di Indonesia dan mengguncang publik:
🔸 Kasus Kebocoran Data PDN (2024)
Serangan ransomware “Brain Cipher” terhadap Pusat Data Nasional (PDN) menyebabkan gangguan layanan publik di berbagai kementerian dan instansi pemerintah. Jutaan data pribadi penduduk terancam bocor, dan proses pemulihan memakan waktu berhari-hari.
Kerugian diperkirakan mencapai ratusan miliar rupiah akibat downtime, gangguan operasional, dan kerusakan reputasi lembaga pemerintah.
🔸 Kasus Tokopedia (2020)
Lebih dari 91 juta akun pengguna Tokopedia bocor dan dijual di forum dark web. Meskipun data sensitif seperti password dienkripsi, informasi pribadi seperti email dan nomor telepon tetap terekspos.
Kasus ini mengguncang industri e-commerce Indonesia dan memicu diskusi nasional tentang pentingnya perlindungan data pribadi.
🔸 Serangan terhadap Bank Syariah Indonesia (2023)
BSI mengalami serangan ransomware yang membuat sistem perbankannya lumpuh selama lebih dari tiga hari. Layanan mobile banking, ATM, dan transaksi nasabah terganggu secara nasional.
Selain kerugian operasional, BSI juga menghadapi tekanan reputasi dan kemungkinan tuntutan hukum dari nasabah.
🔸 Serangan ke Rumah Sakit Harapan Kita dan Dharmais (2021)
Dua rumah sakit besar di Jakarta terkena ransomware “WannaCry” yang mengenkripsi data pasien dan sistem administrasi.
Akibatnya, layanan kesehatan sempat terganggu dan tim IT harus bekerja ekstra untuk memulihkan sistem. Kasus ini membuktikan bahwa sektor kesehatan pun tidak kebal terhadap ancaman digital.
Kasus Global yang Mengubah Dunia Siber
Untuk memahami skala risikonya, mari kita lihat beberapa serangan global yang menjadi pelajaran penting:
🌍 WannaCry (2017)
Ransomware ini menyerang lebih dari 230.000 komputer di 150 negara, termasuk rumah sakit di Inggris (NHS). Operasional medis lumpuh, pasien ditolak, dan kerugian global mencapai lebih dari USD 4 miliar.
🌍 Colonial Pipeline (2021)
Perusahaan energi terbesar di AS ini menjadi korban ransomware yang menghentikan distribusi bahan bakar di seluruh pantai timur Amerika.
Akibatnya, pemerintah AS mendeklarasikan keadaan darurat nasional. Total kerugian ditaksir lebih dari USD 5 juta, termasuk pembayaran tebusan ke hacker.
🌍 SingHealth (Singapura, 2018)
Data medis 1,5 juta warga Singapura, termasuk Perdana Menteri, dicuri dari sistem rumah sakit SingHealth. Pemerintah langsung memperketat regulasi keamanan data dan mengeluarkan panduan baru untuk industri kesehatan.
Kasus-kasus ini memperlihatkan bahwa serangan siber bisa menghentikan ekonomi nasional dan menimbulkan kerugian miliaran dolar — bukan hanya masalah IT, tetapi krisis bisnis dan reputasi.
Dampak Nyata: Dari Kerugian Finansial hingga Krisis Kepercayaan
Serangan siber menyebabkan berbagai bentuk kerugian yang berdampak langsung pada kelangsungan bisnis:
- Kerugian Finansial Langsung
Termasuk biaya pemulihan data, pembayaran tebusan (ransom), dan kehilangan pendapatan akibat downtime sistem.
- Kerugian Reputasi dan Kepercayaan Publik
Sekali kepercayaan pelanggan hilang, membangunnya kembali membutuhkan waktu lama dan biaya besar.
- Tuntutan Hukum dan Denda Regulator
Dengan diberlakukannya UU Perlindungan Data Pribadi (UU PDP), perusahaan dapat dikenai sanksi berat bila dianggap lalai.
- Gangguan Operasional
Aktivitas bisnis bisa berhenti total — terutama bila sistem utama (server, ERP, database) disandera.
Banyak perusahaan bangkrut bukan karena diserang, tetapi karena tidak siap secara finansial untuk pulih setelah serangan. Di sinilah fungsi perlindungan asuransi siber menjadi nyata dan strategis.
Bagaimana Cyber Insurance Menangani Risiko Ini?
Cyber Insurance hadir sebagai solusi perlindungan finansial ketika serangan digital terjadi.
Polis ini tidak hanya mengganti kerugian, tetapi juga membantu perusahaan menanggulangi dan memulihkan sistemnya.
Cakupan utama yang dilindungi:
- Data Breach Liability – biaya dan tanggung jawab hukum atas kebocoran data pelanggan.
- Business Interruption – kompensasi atas kerugian pendapatan akibat downtime.
- Cyber Extortion – pembayaran tebusan atau biaya penanganan ransomware.
- Forensic Investigation – biaya penyelidikan digital untuk menemukan penyebab dan pelaku.
- Reputation Management – biaya PR, media handling, dan pemulihan reputasi publik.
- Regulatory Fines and Penalties – denda atau sanksi yang dikenakan regulator akibat pelanggaran data.
Polis yang disusun dengan baik bahkan bisa mencakup layanan 24/7 incident response team, yang siap membantu sejak menit pertama insiden terjadi.
Peran Vital Broker Asuransi dalam Menghadapi Risiko Siber
Mengingat kompleksitas risiko digital, perusahaan tidak bisa hanya mengandalkan IT security.
Perlu kombinasi antara perlindungan teknologi dan perlindungan finansial.
Di sinilah peran broker asuransi seperti PT. Liberty and General Insurance Broker (L&G Insurance Broker) menjadi krusial.
Broker bertugas menganalisis risiko unik dari setiap perusahaan dan mencarikan solusi asuransi siber yang paling sesuai, termasuk:
- Menilai tingkat kerentanan dan potensi kerugian,
- Membantu mengisi kuesioner underwriting secara akurat,
- Menegosiasikan premi dan limit terbaik ke perusahaan asuransi,
- Menjelaskan detail wording polis (termasuk pengecualian),
- Dan yang paling penting: mendampingi proses klaim agar berjalan lancar.
L&G Insurance Broker telah menangani berbagai klien di sektor teknologi, pertambangan, transportasi, hingga keuangan, dan kini menjadi salah satu pelopor edukasi Cyber Risk Management di Indonesia.
Pendekatan L&G tidak hanya menjual polis, tetapi juga membangun kesadaran risiko dan budaya keamanan digital di lingkungan perusahaan.
Studi Kasus: Bagaimana Asuransi Siber Menyelamatkan Bisnis
Berikut contoh nyata di dunia internasional:
💼 Kasus Perusahaan Logistik Global (2022)
Sebuah perusahaan logistik internasional mengalami serangan malware yang melumpuhkan sistem pengiriman global.
Total kerugian operasional mencapai USD 20 juta, tetapi berkat polis cyber insurance yang mencakup business interruption dan data restoration, perusahaan berhasil memulihkan sistem dalam waktu 72 jam tanpa menanggung beban finansial besar.
💼 Kasus Rumah Sakit di Eropa
Rumah sakit besar di Eropa diserang ransomware. Seluruh data pasien terenkripsi dan hacker menuntut tebusan EUR 200.000.
Asuransi siber menanggung biaya negosiasi, forensik digital, dan sebagian tebusan, serta membantu pemulihan citra rumah sakit.
Pelajaran penting: tanpa asuransi, rumah sakit bisa kehilangan operasional selama berminggu-minggu.
Mengapa Banyak Klaim Cyber Gagal Dibayar
Tidak semua klaim cyber insurance otomatis disetujui. Banyak perusahaan gagal karena:
- Terlambat melaporkan insiden ke asuransi (lebih dari 48 jam).
- Tidak ada bukti forensik yang memadai.
- Tidak mematuhi kebijakan keamanan minimum (misalnya password policy, enkripsi, atau backup).
- Salah paham terhadap isi wording polis.
Broker seperti L&G Insurance Broker membantu memastikan setiap aspek kepatuhan dan dokumentasi klaim terpenuhi. Dengan pendampingan profesional, potensi klaim yang ditolak bisa diminimalkan secara signifikan.
Pelajaran untuk Perusahaan di Indonesia
Dari berbagai kasus di atas, ada beberapa pelajaran penting:
- Tidak ada sistem yang benar-benar aman. Bahkan lembaga pemerintah pun bisa diretas.
- Pencegahan harus disertai proteksi finansial. IT security tanpa asuransi = risiko bangkrut saat serangan besar.
- Broker asuransi adalah mitra strategis, bukan sekadar perantara.
- Perusahaan perlu meninjau kembali kebijakan keamanan data dan SOP digital.
- Regulasi seperti UU PDP menambah urgensi untuk memiliki perlindungan hukum.
Kesimpulan: Belajar dari Korban, Bukan Menjadi Korban
Serangan siber tidak mengenal batas waktu, tempat, atau ukuran bisnis.
Setiap perusahaan di Indonesia — dari startup hingga korporasi besar — kini menjadi target potensial.
Cyber insurance adalah bentuk tanggung jawab bisnis untuk memastikan bahwa ketika insiden terjadi, perusahaan dapat bertahan dan pulih dengan cepat.
Bersama PT. Liberty and General Insurance Broker (L&G Insurance Broker), Anda tidak hanya membeli polis, tetapi juga mendapatkan:
- Analisis risiko siber menyeluruh,
- Desain perlindungan yang sesuai dengan industri Anda,
- Negosiasi premi dan cakupan terbaik,
- Pendampingan penuh selama proses klaim.
Karena dalam dunia siber yang tak pasti ini, satu-satunya cara untuk tetap aman adalah dengan bersiap — bukan berharap.
🔒 Ingin tahu apakah bisnis Anda berisiko tinggi terhadap serangan siber?
Konsultasikan sekarang juga dengan PT. Liberty and General Insurance Broker (L&G Insurance Broker), mitra terpercaya untuk perlindungan asuransi siber dan risiko teknologi di Indonesia.
HOTLINE L&G 24 JAM: 0811-8507-773 (TELEPON – WHATSAPP – SMS)
Situs web: lngrisk.co.id
Email: halo@lngrisk.co.id